14.

21 6 0
                                    

Semua menatap Hanum simpati. Mengerutkan dahi dan menyemangati Hanum. Keringat Hanum terus bercucuran. Berjatuhan dan berakhir pada usapan tangan Lia. .

"Aku ambilin tisu."

Lia merogoh kantong tasnya. Ia mencari benda tipis sekali pakai. Dapat! Lia segera mengeluarkan helaiannya. Lalu mengusap pelan pelipis Hanum.

Huakkkk!!

Hanum mengeluarkan cairan dari lambungnya. Namun kali ini tak ada nasi, hanya cairan saja.

Candy semakin panik. Lia dengan cepat mengusap keringat-keringat yang terproduksi itu. Kinan masih membaluri tengkuk Hanum dengan minyak telon yang ia bawa. Setidaknya itu bisa sedikit memberikan rasa rileks.

"Sudah enakan?"

Candy memelankan suaranya. Ia menatap Hanum penuh iba. Hanum terlihat sangat tersiksa.

"Mulutku panas. Tenggorokan dan perutku juga."

Hanum meremat kembali kantong plastiknya. Ia disodorkan lebih dari tiga kantong plastik.

"Kalian minggir aja. Muntahkukan bau!"

Hanum mengisyaratkan pada teman-temannya untuk sedikit menjauh. Hanum sedikit malu. Ia sudah merepotkan banyak orang. Membuat panik orang-orang di sekitarnya.

Atma berdiri dari bangkunya. Ia berjalan keluar tanpa mengeluarkan kata-kata. Hanum merasa tidak enak hati. Pasti karena muntahnya yang bau, Atma jadi tak tahan.

Selisih satu menit dari Atma, Wian juga berdiri dan pergi. Hanum benar-benar merasa bahwa dirinya sangat bau. Sangat menganggu! Hanum menundukkan pandangannya. Tenggorokannya sangat panas.

"Udah ndak muntah lagi?"

Kinan bertanya pelan pada Hanum. Hanum menggeleng. Tapi terlihat jelas pada raut wajah Hanum, ia sangat tertekan. Mungkin efek air aki itu sangat berpengaruh untuk kesehatan Hanum. Terlebih lagi, badan Hanum yang kecil, kemungkinan besar ia mempunyai sistem imun yang lemah.

"Ini minum!"

Itu tangan Atma. Tangannya terulur untuk memberikan sekaleng susu bergambar beruang. Lengkap dengan keadaan kaleng susu yang sudah dibuka dan sedotan putih yang bengkok.

"Susu berfungsi untuk menetralisir benda asing yang ada di tubuh lo."

Atma menyerahkannya secara paksa. Ia memberikan tatapan seperti, 'Minum sekarang!' Hanum mengangguk. Ia langsung meminumnya.

"Habisin!"

Hanum mengangguk lagi. Ia menambahkan tekanan agar debit susu yang naik bertambah.

Enak. Susu bergambar beruang ini memang enak. Manisnya pas dan sedikit membuatnya nyaman. Perutnya tidak begitu memberontak lagi.

"Sudah habis!"

Hanum tersenyum. Ia meletakkan kaleng tersebut dihadapannya. Hanum segera mengusap keringatnya sendiri dengan tangan. Tersenyum kecil dan meratapi wajah-wajah sahabat.

"Tenang aja dong! Aku masih hidup!"

Hanum menepuk pelan pundak Kinan. Ia terlihat sangat tegang. Keringatnya bahkan ikut berjatuhan.

"Makanya kamu itu kalau dibilangin Pak Kim harus nurut kan tadi beliau bilang jangan masukan bahan praktikum ke dalam mulut kalau nggak nanti mal..."

"Wahh santai dong Al! Nggak perlu nge-repp gitu. Napas dulu kalau ngomong!"

Candy reflek menutupi mulut Lia yang mengoceh tanpa jeda. Lisannya yang faseh berbicara cepat, nadanya yang melengking dan logatnya yang ingin menangis pasti membuat siapa saja yang mendengarnya langsung mengerutkan dahinya. 'Mau ngomong apa nangis sih?' Kurang lebih seperti itu.

LupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang