3

6 1 0
                                    

Seminggu telah berlalu, Seperti yang ibu katakan bahwa Arjuna dan orang tuanya akan datang kerumahnya untuk memastikan hubungan kami.
Tak kusangka papa yang baru pulang dari luar kota turut senang dengan keputusan yang kuambil, di berkata bahwa aku sudah benar benar dewasa dalam mengambil keputusan ini.

Jam menunjukkan pukul 02.30. terlihat seseorang pria menggunakan jas abu-abu didampingi wanita berjilbab paruh baya yang bisa ditebak bahwa itu ibunya dan sedang memasuki rumah.

Arjuna beserta ibunya sudah datang. Aku duduk rapi di kursi ruang tamu. Mendadak menjadi pendiam dan sangat menjaga sikap. Gugup pun sudah pasti menyerangku, hanya ingat apa yang ibu katakan yaitu cukup diam dan hanya bicara saat ditanya.

"Aku rasa harus membiarkan mereka berdua bicara terlebih dahulu sebelum lebih lanjut, ya kan ?". Sindir ibunya Arjun.

"Iya, ajak Juna ke balkon aja." Suruh ibu ke padaku.

Aku hanya patuh, berjalan menuju balkon diikuti pria ber jas abu-abu dibelakang ku.
Ku akui dia itu tampan namun sosok yang sangat dingin, pendiam, dan ya, sangat membosankan. Tapi seperti perkataan banyak orang Don't judge someone from the cover. Jadi aku hanya ingin berfikir positif tentang nya.

Setelah 5 menit berdiri di atas balkon dengan suasana penuh kecanggungan, dengan basa basi aku mencoba memecah keheningan yang terjadi diantara kami.

"Haha, lama gak ketemu ya ". Dengan polos aku bertanya.

Dia membalikkan badan ke arah ku dengan tatapan serius yang membuat raut wajahku aneh karena gugup.

"Apa yang membuat kau setuju? ". Tanya Juna serius.

"Aku hanya berpikir ibu sudah memberikan yang terbaik untukku". Jawabku polos.

Juna kembali menghela nafas.

"Jujur aku menyetujui ini karena permintaan ibuku dan desakkan perkejaan. Terserah jika kau berubah pikiran ". Sahut Juna santai.

"Ehm, aku bisa maklumi itu. Tapi.. apa kau sudah memiliki kekasih atau sudah memiliki hubungan dengan seseorang? ".
Aku menanyakan hal yang seharusnya aku tanyakan, tak ada satupun orang yang akan memulai hubungan dengan suatu kebohongan.

"Ya, aku punya. Dia seorang model di salah satu majalah. Sebelum dia pergi ke Bali untuk urusan pekerjaan aku sudah memutuskan hubungan dengannya ". Jelas Juna.

Pria ini sepertinya sudah matang menyetujui pernikahan ini. Lalu hanya aku yang masih bingung. Bagaimana akan memulai semua ini, apakan hidup ku kelak akan bahagia?, Sedangkan yang kuinginkan hanyalah kebahagiaan. Namun aku melihat sedikit keyakinan pada Juna. Jadi aku putuskan untuk melanjutkan keputusan ku. Entah apa yang akan terjadi nanti biarlah terjadi.

"Asya!!" Teriak Juna memecah lamunanku.

"Ya jadi gimana? Berubah pikiran? ".

"Tidak. Aku melihat keyakinan dimata mu. Entah itu benar atau tidak, semoga kau tak pernah merusak kepercayaan ku ". Jelas ku pada Juna.

"Baiklah. Jika itu keputusan mu ". Ucap Juna sambil berbalik arah menuju ruang tamu.

Ada sedikit penyesalan yang kurasakan. Ada juga rasa yakin untuk menjalani ini. Hanya berharap apa yang kupilih ini adalah jalan terbaik.

.......

Malam nya saat aku kekamar ibu untuk mengambil sarung bantal. Aku ingin menanyakan sesuatu pada ibu untuk menghilangkan dilema yang kurasakan.

" I.. ibu.. apa yang terjadi kalau dalam suatu hubungan tidak ada rasa cinta dan kasih sayang? ".

"Seperti masakan yang hambar tanpa gula, garam, micin, dan bumbu lainnya. Jika hubungan tidak memiliki bumbu-bumbu maka akan terasa hambar". Ujar ibu menjelaskan padaku.

I and MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang