Tumpukan buku tebal diedarkan pemuda cantik itu kepada [Name].
"I-ini ...," gumam [Name] menatap ngeri.
"Pelajarilah sebagai resepsionis yang magang di kantor perusahaan tempatku bekerja."
Sebelum membuka buku tebal, selembar kertas kontrak perjanjian diletakkan di atas meja. [Name] membaca sekilas, lalu sepasang maniknya membola penuh saat melihat nominal gaji yang melebihi upahnya bekerja paruh waktu. Menggiurkan, pikirnya.
"Apa tidak apa-apa menarikku tanpa seleksi?" tanya [Name] memegang bolpoin.
Tenn tersenyum tipis. "Tidak masalah karena aku terkait pihak HRD. Simpel saja. Jika kau merasa berutang budi, lakukanlah. Jika kau tak sanggup, berhentilah."
[Name] mengangguk mantap. "Akan kulakukan! Tawaranmu kuterima!"
—————————————————
Lost and Found
Tiga: Sedikit Lebih Dekat
—————————————————
"Jangan lupa dibuat laporan kegiatan periodik untuk hari ini, ya?"
"Baik!"
"Latte untuk tiga orang. Taruh saja di meja itu, nanti akan segera kami ambil."
"Baik. Akan segera dipesan."
"Pastikan ruangan lantai tiga sudah dibersihkan karena kita kedatangan tamu."
"Baik."
Pemuda berambut abu-abu yang sedang menunggu pintu elevator terbuka memandang bingung sesosok gadis yang berlalu-lalang di sekitar lorong lantai dasar. Tidak lama, pemuda berparas cantik dan mungil berdiri di sampingnya dan menunggu di depan elevator yang sama.
"Sebagai resepsionis, dia benar-benar sibuk bekerja."
Tenn yang tetap fokus memandang layar ponsel menjawab, "Dia harus bisa karena sudah terjadi tiga hal. Pikirkan saja soal menyelesaikan pekerjaanmu, Gaku."
Rekan kerja Tenn, Yaotome Gaku menautkan alis. Dia tahu gadis itu bisa dipekerjakan atas rekomendasi Tenn. Kebetulan pula perusahaan mereka membutuhkan resepsionis sejak diberhentikan minggu lalu. Beberapa karyawan lain terpaksa menggantikan posisi tersebut dan kewalahan karena tugas utama.
"Tiga hal?"
"Pertama, dia membutuhkan uang. Kedua, dia berutang budi kepadaku. Tiga, aku menawarkan pekerjaan ini sebagai solusi. Kesimpulan dari ketiga hal itu bahwa kami terjalin simbiosis mutualisme."
Tenn melangkah masuk saat tiga orang yang telah berada di elevator mulai keluar.
"Tidak menyapanya?" tanya Gaku masih tetap penasaran. "Tapi entah kenapa, aku merasa pernah melihat gadis tu ...."
Tenn menekan tombol lantai enam. Ia tidak lagi angkat bicara. Sudah jadi kemauan gadis itu untuk bersikeras menjalankan "utang budi" yang bahkan tidak diingatnya.
"Pekerjaan kita masih banyak. Lebih baik jika bisa pulang sebelum pukul lima sore."
***
"Aku bisa gila," gumam [Name] duduk di kursi toilet. "Panduan hanya buku teks yang kupahami hanya dalam tiga hari sama sekali berbeda dengan kondisi realita."
Tsumugi tampak khawatir. [Apa kau bisa bertahan?]
"Seharusnya bisa. Mungkin aku belum terbiasa. Aku tidak menyangka jika TRG Retail Corporation benar-benar menjalankan aktivitas sepadat gedungnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ˡᵒˢᵗ & ᶠᵒᵘⁿᵈ [ᵉⁿᵈ]
FanfictionWalaupun bukan kisah tragis, tetapi pertemuan pertama mereka bermula dari kejadian ironi. Setahun silam, Tenn terluka karena menolong [Name]. Tentu saja gadis itu memutuskan untuk berutang budi. Namun seakan hanya ilusi, [Name] tidak menemukan jejak...