Love Cuisine [2]

13.2K 655 7
                                    

Kilauan cahaya yang menembus tirai putih itu sejak tadi sudah menghangatkan punggung telanjang miliknya otot-otot punggungnya yang kekar seolah tak terganggu dengan belaian sang sinar, terlihat jelas jika Pria itu tidak benar-benar berniat bangun pagi ini. Ia tenggelam memeluk bantal putih empuk yang sengaja ia pesan dari Italy.

"Tuan, Serapannya sudah selesai."

Tangan kokohnya meraba nakas meja dengan mata yang masih tertutup, menemukan yang ia cari matanya dengan berat ia buka sedikit.

07.15

'Oh, Shit.' Batinnya seketika itu pula tubuhnya ia paksa untuk berdiri.

Ini memang hari minggu, dia bekerja sedikit lebih siang dari biasanya. Tapi dia harus melakukan rutinitas paginya terlebih dahulu.

Workout.

Dia suka hidup sehat dan didalamnya olahraga berada di list paling atas.

Jam sembilan pagi setelah ia menghabiskan saladnya ia berangkat menuju tempat kerjanya lebih awal, dia tidak mau terjebak macet lagi. Meskipun begitu ia tetap juga terkena macet, sebenarnya bukan karena traffic light yang bermasalah tapi karena terjadi kecelakaan dipersimpangan jalan.

Butuh satu jam untuknya agar sampai ke restoran miliknya. See, dia akhirnya datang tepat waktu beberapa menit sebelum anak buahnya mendahului.

"Ini pertama kalinya aku melihatmu di parkiran, Chef."

Pria itu tersenyum tipis, "Yeah, a little bit late."

Ia berjalan meninggalkan pria itu setelah menyapa, ia tidak begitu menyukai percakapan di pagi hari dan itu merupakan alasan mengapa dia menghindari berpapasan dengan pegawainya setiap pagi hari.

Ia melirik restoran yang sudah bersih oleh cleaning service, terkadang sembari berjalan ia menyempatkan diri untuk menyentuh atas meja memastikan jika restorannya sudah benar-benar dibersihkan dari abu ketika cukup puas maka dia akan berjalan menuju kantornya dilantai dua dengan tenang.

Sebenarnya, Ia memiliki head chef di dapurnya, tapi karena ia tipe orang yang tidak begitu mudah percaya dengan orang lain maka dia mengambil alih sebagai Chef kepala dan menjadikan Chef kepala sebelumnya sebagai Chef pendampingnya.

Ia baru selesai mengganti pakaian dengan pakaian dapurnya kemudia telepon di mejanya berdering

"Sir, Ada seseorang yang akan membooking restoran kita dari jam 12 siang sampai jam 12 malam untuk acara keluarga."

"Atas nama siapa?"

"Atas nama Barbara Jolie, Model terkenal majalah Vogue."

****

Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada mengunci diri seharian didalam kamar di hari minggu, begitulah menurut wanita berusia dua puluhan itu. Sudah enam hari dia sibuk sepanjang hari bekerja sebagai penulis majalah makanan dan hari ketujuh adalah saatnya mengisi ulang tenaga untuk enam hari kedepannya.

Baru saja ia ingin melanjutkan tidurnya, kamarnya kini sudah di dobrak tanpa ampun dari luar, pelakunya siapa lagi kalau bukan saudara laki-lakinya yang sedari dulu tidak tahu apa yang namanya privasi.

"Brother! Ketuk pintu dulu sebelum masuk!" Teriaknya kencang sedangkan si pelaku hanya berkedip tak merasa bersalah.

"Ibu menyuruhmu bangun, nanti tubuhmu semakin membesar."

Saudara laki-lakinya seekor ini memang tidak tahu yang namanya filter dalam berbicara, sudah tau dengan jelas kalau Coco tidak pernah berniat besarin badan masih saja selalu dibilang begitu.

Love Cuisine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang