221 21 3
                                    

“Kak Hasan,” panggil Hasna, resah menunggu respons dari laki-laki yang sedang memunggunginya itu.

Akhirnya, yang dipanggil pun menoleh ke sumber suara, yaitu perempuan yang rambutnya dibiarkan terurai. Dia tersenyum, kemudian menjawab, “Ada apa, Na?”

“Ng—” Hasna menggigit bagian dalam mulutnya, bingung bagaimana mengungkapkan apa yang selama ini dia pendam. “—nggak jadi deh.”

PENGUMUMAN

Halo! Setelah sekian lama, akhirnya gue mutusin buat re-upload Hasan dan Hasna! Ini versi pertamanya, ya. Tapi udah diedit kok. Jadi ada perubahan dikit.

Mungkin kalian pembaca lama udah lupa sama cerita ini. Tapi semoga kalian masih menanti kehadiran Hasan dan dedek gemesnya, Hasna.

Ngga ngga, canda.

Enjoy ya!

Hasan dan HasnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang