Lia itu nakal, tapi masih dalam batas sewajarnya. Itu semua kalau bukan atas ajaran Arga—sepupu laknatnya—dan Dimas serta Leon, mungkin dia tidak akan bertingkah demikian. Hari ini, hari senin dan sudah dapat ditebak bagaimana hari senin itu dimulai sebelum pembelajaran. Ya, upacara. Upacara akan dimulai sebentar lagi, murid-murid mulai berkumpul di lapangan dan mulai berbaris sesuai kelas mereka masing-masing.
Bagaimana dengan Lia dan kawan-kawan?
Keempat orang itu memutuskan untuk pergi secara sembunyi-sembunyi. Mereka seringkali melakukannya saat merasa malas untuk berpanas-panasan. Alasannya pun juga cukup simpel, karena mereka malas, setidaknya mereka nanti saat upacara tidak mengganggu teman-temannya yang lain.
Gudang belakang sekolah yang jarang sekali digunakan adalah tempat persembunyian keempat orang tersebut. Sebelum pergi ke sana, empat orang itu biasanya akan membeli gorengan dan air yang akan mereka konsumsi di sana. Kalau kata Arga gorengan tersebut adalah obat mujarab untuk rasa was-was. Meskipun mereka sering bolos, rasa takut masih dirasakan oleh empat orang tersebut.
"Gorengannya di tempatnya Mbak Nur kok jadi kecil gini, sih?" Leon tampak mengeluh dengan suara berbisik yang membuat ketiga temannya menoleh secara serempak.
Lia mengangguk membenarkan apa yang dikatakan oleh Leon. Warung Mbak Nur adalah tempat langganan mereka, setidaknya keempat orang itu beranggapan jika warung itu cukup murah, apalagi mereka sering mendapatkan gorengan gratis dari perempuan seksi tersebut.
"Tau nggak sih, katanya Mbak Nur bentar lagi mau kawin." Dimas tiba-tiba berujar, tapi langsung mendapatkan pukulan dari Lia. "Lo kenapa mukul gue, sih?" tanyanya dengan kesal.
"Ya lo sih pake ngomong kawin. Mbak Nur itu nikah, bukan kawin, kayak hewan aja kawin."
Percakapan dari Lia dan Dimas hanya ditanggapi gelengan oleh Arga dan Leon. Empat orang itu memang sering bertengkar, dan pemicunya tentu adalah Lia. Meskipun demikian, Lia adalah ratu dari empat orang tersebut mengingat gadis itu merupakan yang paling muda diantara yang lain. Meski seringkali mereka harus bersabar dengan tingkah Lia yang kekanak-kanakan, tapi hal itu pulalah yang membuat pertemanan menjadi lebih kuat.
"Ini upacara udah mau selesai belum sih?" tanya Arga dengan tangan mengambil gorengan yang berwadah plastik tersebut.
Lia mengambil ponselnya yang berada di saku seragam lalu menyalakannya untuk melihat pukul berapa sekarang. "Kalo yang ngasih amanat kepala sekolah, kayaknya masih lama banget, tapi kalo yang ngasih amanat guru yang lain kayaknya bentar lagi selesai." Ucapan dari Lia mendapat anggukan dari Leon, keduanya kemudian bertos ria karena merasa satu pemikiran.
Sembari menunggu upacara yang sepertinya masih cukup lama, ketiganya tetap memutuskan untuk tinggal di sana sembari menunggu bel masuk. Suara upacara dari lapangan tidak terdengar begitu jelas di gudang, sehingga mereka tidak bisa memastikan kapan sesungguhnya upacara berakhir.
"Ledakkan 10 bom dalam adegan Meksiko, belum pernah punya 5 zombie dan skor 12, sama ubah 2 tank menjadi koin." Lia bergumam saat memainkan game pada ponselnya hingga membuat ketiga laki-laki yang berada di sana seketika menoleh.
Permainan Zombie Tsunami adalah game yang paling disukai oleh Lia. Dulu ia ingat saat pertama kali mempunyai ponsel, game ini adalah aplikasi pertama yang ia unduh. Meskipun sering diejek oleh teman-temannya, Lia tidak pernah menghapus permainan tersebut. Mereka selalu mengolok-olok Lia yang seperti anak kecil saat melihatnya memainkan game itu. Namun, Lia tidak menggubris sehingga membuat mereka tidak mengganggunya kembali.
"Woy, ada orang datang." Arga yang sedari tadi berada paling dekat dengan pintu memberi tau.
Lia seketika menghentikan game yang ia mainkan dan mulai mendengarkan suara langkah kaki yang makin lama terdengar jelas. Saat itu pulalah Lia dan ketiga temannya langsung kelabakan. Gorengan yang tinggal satu diambil oleh Dimas lalu dimakannya, air mineral milik Leon yang belum tersentuh sama sekali dibiarkan begitu saja. Keempat orang tersebut berusaha sembunyi walaupun itu tampak mustahil. Empat orang itu saling berdempetan bersembunyi pada tumpukan bangku yang sudah tidak bisa digunakan lagi.
"Harusnya mereka di sini." Terdengar suara seorang pemuda setelah pintu gudang terbuka dan disusul suara beberapa orang yang datang sambil berbincang-bincang.
"Harusnya tadi kita nggak berisik."
Suara kedua yang menyahut dikenal jelas oleh Lia dan teman-temannya. Suara itu adalah suara seorang pria paruh baya yang suka berteriak ketika mereka berbuat salah. Suara Pak Ibnu, guru bahasa Inggris yang galaknya melebihi guru BP. Pak Ibnu atau yang biasanya dipanggil Mr. Galak oleh kebanyakan murid memang cukup menyeramkan dan kalau menghukum murid yang beliau anggap bandel tidak tanggung-tanggung.
"Coba kita keliling sini dulu, mungkin mereka ada di sini." Terdengar suara seorang perempuan, yang Lia yakini adalah Bu Veronica yang merupakan guru sejarah kesayangan murid laki-laki karena kebaikan dan kesabarannya saat mengajar, jangan lupakan jika perempuan berumur 26 tahun itu cukup cantik dan masih lajang sehingga banyak murid laki-laki yang menggodanya.
Lia dan ketiga kawannya langsung panik, mereka saling menatap dengan raut wajah was-was. Tak lama, seperti yang dapat ditebak, mereka tertangkap basah dan digiring untuk mendapatkan hukuman. Namun, sebelum itu, Pak Ibnu menjewer telinga kiri dan kanan dari keempat muridnya lalu mengeluarkan kalimat pedasnya panjang lebar.
***
Prolognya segini aja dulu. Sama seperti cerita CLARIO dan MYSELF, CCT bakalan aku revisi. Untuk jadwal publish cerita ini nggak tentu ya, soalnya aku bukan tipe orang yang bisa setiap minggu update atau setiap hari apa update, tapi aku bakalan usahain cerita ini bisa cepet update-nya.
Makasih♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Cewek Tomboy✔
Teen FictionFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! Pernah berjudul: -Si Tomboy Vs Si Ketos -Cewek Tomboy Vs Ketua Osis *** Nakal, bandel, suka berkata kotor, urakan, perusuh, suka bolos, seenaknya sendiri, dan sering dihukum adalah gambaran dari Adelia, atau yang kerap...