Nama

483 37 6
                                    

Nama adalah sebutan atau label yang diberikan kepada bendamanusiatempatproduk (misalnya merek produk) dan bahkan gagasan atau konsep, yang biasanya digunakan untuk membedakan satu sama lain.

Setidaknya, begitulah yang Wikipedia katakan.

Namun ada pula, sebagian manusia yang menganggap nama adalah sebuah doa.

Doa dan pengharapan.

Sebuah pemberian.

Pemberian. Ia diberi untuk suatu tujuan yaitu—agar terkabulnya doa.

Namun yang kita bicarakan disini bukanlah manusia seutuhnya.

Melainkan, pedang berwujud manusia.

Apa jadinya seonggok besi diberi nyawa?

Ya, begitulah.

Nama bagi sebuah pedang bukanlah sebuah doa. Ia adalah pemberian dan pencapaian.

Suatu pencapaian.

Pencapaian itu... Suatu hal yang pernah ia lakukan. Atau juga suatu pengalaman yang pernah ia jumpai.

Pengalaman itu berupa kejadian. Kejadian yang ia capai. Sejarah yang memuat tentangnya. Dan akhirnya melekat menjadi sebuah nama.

Maka, nama sebuah pedang bukanlah sembarang. Ia ada karena suatu alasan.

Jika kita teliti dan peduli, pastilah ada sejarah dan cerita dibalik nama itu.

Kenapa ia diberi nama itu?

Apa yang ia pernah lakukan sehingga mempunyai nama itu?

Apa arti nama itu?

Apa tujuan nama itu?

Adakah hal yang berkaitan dengan nama itu?

Sekali lagi, nama sebuah pedang bukanlah sembarang.

Ia adalah jati diri. Karakter. Kisah. Dan jiwa pedang itu sendiri.

Yamanbagiri Kunihiro.

Nama yang indah. Seindah hamon midare yang ia punya.

Kunihiro.

Sang penempanya.

Sejarah bahkan hormat akan kepiawaian Kunihiro dalam menempa pedang. Karena dengan keahliannya itu, ia dapat menciptakan sebuah tiruan—nan indah.

Dan sudah lazim jika Kunihiro tercantum di dalam namanya. Di dalam dirinya.

Lalu, bagaimana dengan Yamanbagiri?

Jika kita artikan satu persatu.
Yama-uba-kiri. Secara literal, Yamanbagiri artinya pemotong penyihir gunung. Itulah ringkasnya.

Namun rupanya tidak seperti itu.
Ada suatu kejadian. Suatu kenangan. Suatu pencapaian yang ia dapatkan bersama Ishihara Jinzaemon dalam sejarahnya.

Memotong Yamauba.

Secara, Yamanbagiri Kunihiro dapat disandingkan dengan Nikkari Aoe maupun Ishikimaru.

Karena mereka telah memotong yokai. Dan itu sangat langka. Pencapaian luar biasa.

Sesungguhnya, nama Yamanbagiri berharga.

"Jika dulu aku pedang pemotong hantu, itu memang benar, tapi kenapa kau harus mengharapkan kekuatan spiritual dari sebuah tiruan."

Ah, kenapa kata-kata itu harus keluar dari mulut seorang Yamanbagiri Kunihiro.

Kata-kata yang menggambarkan betapa rendah dirinya ia.

Kekuatan spiritual setelah memotong yokai.

Dan, sebuah tiruan.

Hal-hal rumit itu rumit. Dapat dipandang salah namun benar disaat yang bersamaan.

Secara teknis, segala hal yang ada pada Yamanbagiri Kunihiro adalah pemberian dari pedang tempaan Chougi, kecuali nama dan hamonnya.

Nama yamanbagiri merupakan hal asli yang ia dapatkan sendiri.

Dan hamon, itu adalah suatu perbedaan yang lumayan mencolok.

Itulah sebabnya Yamanbagiri Kunihiro enggan disandingkan dengan Chougi—dirinya yang asli.

"Aku adalah tiruan."

Tapi tetap saja,

Ah, Yamanbagiri Kunihiro

Mengapa engkau begitu rendah diri?
.
.
.
TRIVIA

Yamauba (山姥, nenek gunung) atau dibaca Yamamba adalah wanita tua golongan yōkai yang hidup di tengah hutan di gunung dalam legenda dan cerita rakyat Jepang. Ia digambarkan bertubuh tinggi, rambutnya panjang beruban semua, sudut luar mata tertarik ke atas, dan mulutnya lebar hingga ke telinga.[1] Nama lain untuknya adalah onibaba (鬼婆, nenek oni) dan kijo (鬼女).

Menjelma sebagai wanita berparas cantik, yamauba akan menawarkan tempat menginap kepada pelancong atau yang kemalaman di tengah gunung. Orang itu juga akan ditawari makan dan minum. Setelah tertidur, orang itu akan dimakan oleh yamauba. Legenda yamauba diperkirakan berasal dari tradisi membuang nenek di gunung dan cerita rakyat Ubasuteyama.
.
.
.
A/n:
Tapi saya lebih suka "Manba-chan" ~~ \(• w •)/~~

Original FakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang