Akhirnya author update!!!
Vote and comment juseyo
Happy reading!!
***
Pada masa-masa awal sekolah dasar, aku mempunyai teman-teman baru. Aku berpisah dari teman masa kanak-kanakku. Mulai melangkah menuju tujuan masing-masing.
Awalnya menyedihkan, tapi lama kelamaan aku mengerti apa yang dimaksud dengan kehidupan. Ada kebahagiaan juga ada kesedihan. Semua pasti akan berputar.
Di sekolah dasar aku bertemu dengan Yuri, anak yang lucu, suka olahraga, dan suka membantu. Aku dan dia merasa cocok dan akhirnya dia pun menjadi teman dekatku.
"Yuri-ah.. Ada tugas proyek sistem tata surya nih. Kita mau ngerjain dimana dan kapan?" tanyaku.
"Bagaimana kalau pulang sekolah besok?" jawab Yuri.
"Dimana?"
"Rumahmu jauh ya Hyun?" tanya Yuri.
"Iya nih. Gimana kalau di rumahmu aja?"
"Kayaknya nggak memungkinkan deh," kata Yuri.
"Memangnya kenapa?"
"Em itu, soalnya di rumahku rame," kata Yuri.
"Keluargamu?"
"Mm, ya gitu deh," jawab Yuri ragu.
"Tenang aja, aku nggak keberatan kok. Di rumahku juga kadang kayak gitu. Namanya juga kehidupan"
"Nggak ah Hyun. Nanti aku dimarahin mama kalau bawa temen ke rumah. Rumahku juga agak jauh. Kamu mau jalan 5 kilometer dari sini?" kata Yuri.
"Yah, tapi kan masih jauhan rumahku. Rumahku 20 kilometer hayo"
"Tapi kan kamu naik transportasi. Ada kakakmu juga," kata Yuri.
"Em iya sih. Ah udah ah, kita kerjain di sekolah aja. Besok kan pulang awal."
"Oke"
Setiap hari, aku dan Yuri selalu bersama. Mulai saat tiba di sekolah hingga pulang, kerja kelompokpun sering bersamanya. Namun entah mengapa kami tidak pernah saling curhat tentang hal pribadi kami.
Yuri selalu ingin curhat, tapi aku jarang mengiyakannya. Itu juga karena si kembar Eunbyul, kembaran Eunbi selalu memprotes kami. Alasan yang tidak begitu masuk akal bukan?
Misalnya saja saat kelas 2 dulu aku sekelompok dengan Eunbyul. Dia bercerita tentang kedekatanku dengan Yuri. Dia bilang jika Yuri jahat lah, pelit lah, dia juga bilang jika Yuri bukan dari keluarga baik-baik. Tentu, itu agar aku mau menjauhi Yuri dan membuatku menjadi dekat dengan Eunbyul itu.
Flashback on
"Aku bosan hanya berdua dengan Eunbi. Mau di rumah lah, jalan-jalan lah, di sekolahpun sama saja," ketus Eunbyul.
"Aku tau. Tapi terima apa adanya. Dia kembaranmu dan itu takdirmu."
"Aku ingin kau berteman denganku juga. Bukan dengan Yuri yang tidak jelas itu," kata Eunbyul yang menusuk hatiku dan tangisku pun tertahan. Bagaimana jika Yuri mendengarnya.
"Em, kamu kan juga temanku. Kita semua berdelapan belas disini ini teman, iya kan?," tanyaku pada teman sekelompokku yang lain, Kim Hyo.
"Ya, benar. Lalu, buat apa kita satu kelas dan satu sekolah kalau kita semua bukan teman? Lagipula kan semua pasti punya teman dekat, kenapa kamu melarang Seohyun mempunyai teman dekat Byul?" jawab Hyo mengoceh.
"Iihh, kan aku juga pengen punya temen deket. Aku pengen curhat, juga pengen tau cerita temen-temen yang lain gimana. Masa hari-hariku cuma sama kakakku Eunbi terus? Aku udah tau semuanya tentang Eunbi tanpa perlu cerita, beda sama kalian yang punya temen curhat," kata Eunbyul protes.
"Makanya baik-baik sama orang, nggak usah ngegas, deketin baik-baik, jangan ngomongin kejelekannya orang, dan jangan juga bikin kita jadi pusat perhatian," rem Hyo blong lagi karena dia juga emosi.
"Eh, eh ada apa ini ya?" tanya Bu Song Jihyo.
"Itu bu, Eunbyul yang mulai," jawab Hyo secepat kilat dan mendahului Eunbyul.
"Eunbyul!! Kamu mulai lagi ya," kata Bu Song.
"Ehm, anu bu."
"Byulie!!" panggil seseorang yang tak lain adalah kakaknya, Eunbi.
"Kenapa? Aku salah?" tanya Eunbyul ngegas.
"Nggak boleh gitu ah. Udah kita semua kan temenan," kata Eunbi.
"Tapi hari-hari aku cuma sama kamu tau, sedangkan kamu sering main sama Hyelim, Sunmi, sama Hyo juga."
"Iya dong, kan Eunbi baik" kata Hyo.
"Jadi, maksudmu aku nggak baik gitu??" kata Eunbyul ngegas.
"Eitss sudah-sudah. Kalian sudah bersama selama 5 tahun sejak kelas 1 SD. Masa masih marah-marahan seperti anak kecil yang memperebutkan mainannya?" kata Bu Song mencoba melerai.
"Kalian semua dengarkan sini, ibu mau bicara. Kalian ini satu sekolah, apalagi satu kelas, kalian bertemu setiap hari. Setiap detik dan menit di sekolah ini kalian lakukan bersama. Apa artinya jika kalian semua bukan teman?" tambah Bu Song.
"Setiap orang pasti punya teman dekat, tidak ada yang melarang. Kau boleh selalu bersamanya, tapi juga jangan abaikan teman kalian yang lain. Kalian hidup tidak hanya berdua, ada banyak orang di sekitar kalian. Jadi, bertemanlah dengan semuanya dan jangan buat teman kalian menjadi sedih hanya karena hal sepele. Kalian paham?" jelas Bu Song panjang lebar.
"Paham bu" jawab semua siswa.
"Baiklah, ibu ingin kalian bermaaf-maafan dan setelah itu kerja kelompok kalian baru bisa diteruskan" kata Bu Song.
Kami semuapun bermaaf-maafan dan meneruskan kerja kelompok seperti biasa.
Flashback off
Sejak saat itu aku mulai jaga jarak dengan Yuri. Hanya kadang-kadang saja kami saling curhat. Kami lebih sering curhat lewat handphone ataupun surat secara diam-diam. Jika ada yang mengetahuinya mereka juga akan ikut-ikutan curhat padaku dan ujung-ujungnya aku tidak boleh dekat dengan Yuri.
Jika aku menerima curhat salah satu temanku, nantinya satu persatu dari mereka malah menumpahkan segalanya padaku. Ingin ku tolak cerita mereka, tapi nanti mereka pasti berpikir macam-macam lagi. Aku hanya bisa mendengarkan dan menjawab sebisanya.
Ada yang membicarakan si A, ada juga yang membicarakan balik si B. Selalu saja membuat kepalaku pusing.
Maka dari itu, aku tidak suka curhat, karena tidak mau membebani pikiran teman-temanku jika aku curhat pada mereka. Aku lebih suka menulis semuanya dalam buku diaryku. Buku diary yang tak bisa menangis, tertawa, dan marah ketika mengetahui ceritaku.
Suatu hari sepulang sekolah, aku badmood karena situasi di sekolah. Seperti biasanya, teman-temanku membuat diriku bingung bukan main. Ingin kubuang jauh-jauh hal yang mereka katakan tadi, tapi tidak bisa, itu masih terus terngiang di kepalaku karena itu juga menyangkut sahabatku Yuri.
Aku menunggu Yoona eonni selesai jam tambahan di taman bermain. Tak lupa kutumpahkan semua yang terjadi dalam buku diaryku. Entah mengapa, perlahan air mataku menetes.
Saat itu juga hujan turun seperti mengiringi tetesan air mataku. Tak sempat bagiku untuk membuka payung ataupun berteduh.
Terlihat Yoona eonni berlari-lari mencariku. Aku melambaikan tangan padanya, tapi ia tampak mengabaikanku. Aku menangis. Terlihat bahwa buku diaryku tidak basah di bawah rintikan air hujan. Rambutku, tubuhku, dan semua pakaianku pun tak basah karenanya.
Apa yang terjadi padaku??
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Let It Rain
Teen FictionKemampuan yang jarang dimiliki orang-orang, aku memilikinya. Apa aku salah akan hal itu? .. Mereka bisa berbuat begitu, mengapa aku tidak? Mereka boleh begitu, mengapa aku tidak? Siapa aku di mata mereka, dan siapa mereka di mataku mungkin memang...