Sudah lama namun masih sama
Tetap kurawat hati yang lebam membiru
Terpukul kenyataan dari masa-masa gelap yang ditelantarkan sunyi
Terkapar di ujung waktu jauh dari piara akan detik yang kerap membekuLiah menjamah dalam celsius rendah
Mencium epidermis yang kering ditumbuhi riak tangis
Kau masih menjadi keindahan yang bersemi di ladang tubuhku
Ilalang subur di ingatan
Bunga mekar di telungkup tangan
Pohon-pohon rimbun dibatas kenangan
Menjadi ekosistem dari lesatan pelepasan yang kulestarikan
Ratapan menyelimuti dan ancaman mengahntui tak henti-hentiSiapa kita
Siapa kita
Siapa kita berani melawan garis masa
Telah tertulis nyata sebagai pergantian di dunia
Dalam batas paling tipis antara kesedihan dan bahagia
Menjadikannya celah di arteri yang mengalir di sekujur diri
Membuatnya merdu sebagai irama yang membuka imajiTernyata selama ini kau bukan hidup dimataku
Melainkan disampingku
Sejauh ini kau bukan bayang di langkahku
Melainkan dihidupkuSedalam ini kau lebih dari sekadar pori-pori
Menyerap yang masih terjangkau menyingkap yang lama terpantau
Semua dari-Nya akan kembali pada-NyaBarangkali luka datang
Sebagai tanda bahwa kita
Terlalu bahagia
Hingga rasa diimbangkan
Agar tetap merasakan
Lara selumrahnya manusiaSuatu hari tepat pada detik yang telah ditiupkan kuasa oleh Sang Maha
Kita akan bertemu
Kita akan bertemu
Kita akan bertemu
Kita akan bertemuHidup akan mati napas akan terhenti
Tidak dengan doa-doaku
Tidak dengan doa-doaku
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Wira Nagara
PoetryLihat.. Tepat setelah lampu-lampu di padamkan Kau menyala sebagai satu-satunya yang aku rindukan. Disini, Di tempat yang paling kamu hindari Aku pernah berdiri Menggores kata menulis warna Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan Ak...