Dari Agie dan Lissie

29 1 0
                                    

Hey! Bogirls! Is it right if I said that we have long time no see?

Jika sebelumnya aku mendapat pelajaran besar dari Sasa dan Andi, kali ini Agie dan Lissie yang memberiku cerita, memberi makna.

***

Agie dan Lissie.
Mereka itu teman dekat yang sangat dekat.
Sering sekali mereka menghabiskan waktunya bersama.

Agie yang memiliki banyak teman, sahabat, ringan hati dalam artian dia bisa menyikapi situasi apapun dengan baik dan bukan tipikal yang mudah stress karena dia menyikapi dengan santai serius setiap permasalahannya juga tidak terlalu pemikir.

Lissie yang merasa hanya memiliki dua orang sahabat dan satu diantaranya adalah Agie begitu menyayangi keduanya, terutama Agie yang belakangan sering berada disekitarnya.

Bagi Lissie, Agie masuk dalam deretan orang yang berpengaruh dari garis cerita hidupnya.
Apa perannya?
Banyak.
Sebagai teman, sebagai sahabat, sebagai kakak, dan seterusnya.

Perannya beragam dan seluruh perannya berpengaruh.

Lissie yang memiliki ingatan buruk tentang satu dan banyak hal, terus mengungkung ingatannya,mendekap erat ingatan buruknya tanpa berdamai dengannya membuatnya sering kali menyiksa otak,hati, akal dan fikirannya sendiri.

Bahkan hingga detik dimana ia berdiri sekarang, ketika ia sudah mengenal Agie yang perlahan membawanya melihat dunia luar, membawanya mengenal dunia, membawanya terlepas dari ingatannya dan terlepas dari ketakutannya terhadap manusia.

Agie terus berusaha membawanya berdamai dengan dunia, dengan ingatan dan dengan manusia diluaran sana.

Tapi ia melupakan satu hal, ia melewatkan titik penting, fase penting bahwa Lissie harus memeluk ingatannya dengan benar, dengan lapang dan memeluknya dengan senyuman.

Dari keduanya aku belajar, perasaan sayang tidaklah cukup hanya sebatas sayang saja.

Tempo waktu itu, aku mendengar Agie berkata hal yang sangat dibutuhkan bagi mereka yang mulai memutuskan untuk bersama,
Agie berkata pada Lissie,

"Hey, aku menyayangimu. Tidak hanya sebatas dirimu saja, tapi semua.
Semua lukamu, semua kekuranganmu, semua masa lalumu.
Aku menyayangimu dan semua resiko yang mungkin aku terima dari menyayangimu ini"

Jelas terlihat dimataku bagaimana Lissie bersikap waktu itu.

Tidak mudah.
Dan tidak semua orang bisa menyayangi satu individu berikut seluruh hal yang melekat pada individu itu.

Termasuk mungkin aku.

Atau kalian yang sedang duduk menatap layar membaca tulisan ini?

Atau mereka yang sedang duduk bersila bersenda gurau dengan temannya, atau juga mereka yang sedang berlalu lalang menjalani hidupnya yang sangat kompleks.

Terkadang, perkataan "aku menerimamu", tanpa sadar masih diikuti standar yang sudah ada pada fikiran kita.

Mungkin aku, harus lebih sering berdiskusi dengan Agie atau Lissie, juga berdiskusi dengan diriku sendiri, begitupun kalian.

Mungkin kita belum mengenal diri kita dengan baik sepenuhnya, apa yang ingin kita lakukan seumur hidup pada keseharian kita? Hal apa yang ingin kita capai? Hal apa yang tidak bisa kita terima? Apa itu bahagia bagi kita? Kebahagiaan seperti apa? Teman seperti apa yang kita butuhkan? Dan pertanyaan mendasar lain yang seringkali terlewatkan, karena kita terlalu sibuk.

Sibuk untuk mengejar standar orang lain, sibuk untuk mengejar kebahagiaan tanpa tau, apa itu kebahagiaan bagi kita?
Karena kebahagiaanmu, belum tentu berlaku juga menjadi kebahagiaanku.

Look back to yourself, talk with yourself and start to find our real friend who will standing with us in our whole life.

******

Thanks to read it with me ^-^

Oh! Kalian bebas berbicara padaku tentang apapun 😉

See you ~

StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang