Ketika "Ih.... Ko.." -mu Tak Pada Tempatnya

104 6 2
                                    

Harapanku ketika semua kalimat disini tertulis ; semoga ini membawa hal baik setidaknya untukku sendiri, ketika suatu saat bagian ini kubuka dan kubaca kembali

~~
First way,

"Ih ko lu gendut si?"

**
Ketika ada temanmu yang menunjukkan suatu hal yang dia buat kepadamu dan,

"Ih ko ginii sih"

Ketika ada temanmu memperlihatkan baju barunya kepadamu,

"Ih ko modelnya kaya gitu sih"

**
Other situation

"Ih ko muka lu jerawatan sih?"

"Ih ko lu pendek sih?"

**
Ketika temanmu bercerita tentang masalahnya with her crush atau masalah lainnya,

"Ih ko lu lebay sih? Masalah kaya gitu doang lu nangis, cuma gara - gara hal kaya gitu"

**
Bahkan ketika ada temanmu bekerja disuatu bidang yang notabene tidak "wah" bagi orang Indonesia,

"Ih ko lu mau - maunya sih jadi petani? Panennya berapa bulan sekali, mana belum tentu berhasil"

**
Mungkin, beberapa dari kita akan merespon "Ih ko" itu  dengan jawaban,

"Iya, kalo gue kaya gini emang kenapa?

Dan mengabaikan semua "ih ko" itu begitu saja dan dia tetap bisa bertingkah seperti biasanya and keep going on their way like nothing happened.

Tapi tidak semua orang mampu menjadikan semua "ih ko" yang kita berikan sebagai batu loncatan untuk mereka menjadi jauh lebih baik dengan ucapan,

"Ih lu liat aja nanti, pasti nanti lebih keren, liat aja gue pasti berhasil"

Lalu kembali tertawa riang -lagi- like nothing happened and their still ok with anything.

Tapi, akan ada juga mereka yang merasa insecure setelah mendengar berbagai "ih ko" dari kita.
Merasa kalau tidak ada yang mau mendengar mereka.
Merasa kalau tidak ada yang bisa menerima ada apanya mereka.
Buktinya?
Buktinya diluaran sana banyak yang memilih menjadi orang introvert, menjauhi orang - orang, memiliki ketidak percayaan diri, ketidak percayaan terhadap orang - orang.
Merasa lemah, merasa tidak baik dalam melakukan hal apapun. Merasa,

"Ih iya, ko gue kaya gini"

"Ih gue salah apa, iyaa gue ga pengen kaya gini"

"Ini semua kan bukan keinginan gue"

"Gue juga gamau ko kaya gini"

"Salahnya dimana?"

"Gue harus kaya gimana?"

"Udahlah, gausah cerita ke siapa - siapa lagi"

Dan tanpa kita sadari, "ih ko" kita akhirnya merusak orang lain, entah itu merusak fikiran mereka, merusak mental mereka, merusak sikap mereka, dan lebih jauh nya akan lebih banyak hal lain yang rusak yang sebenernya sering kali kita anggap semua itu sepele, tapi tidak semua orang juga akan mengganggapnya sepele.
Karena makna "sepele" bagi setiap orang akan berbeda.

Ketika kita tidak menempatkan "ih ko" kita pada tempat yang seharusnya, pada orang yang tepat, maka tanpa kita sadari akibatnya pun akan berdampak besar.

Cobalah untuk lebih menghargai apapun yang orang disekitar kita bagi, ceritakan, tunjukkan dan lakukan sekecil apapun itu.

Ketika kita bertemu dengan teman kita yang menurut kita dia overweight cobalah respon dengan kalimat

"Wey olahraga yu, udah lama engga"

Dan kalimat lain yang lebih baik, dengan tujuan yang baik dan cara yang baik. Lakukanlah demi kebaikan kita dan demi kebaikan mereka yang berbagi suatu hal itu kepada kita.

Ketika pada akhirnya kita berhasil berdamai dengan perbedaan, maka "ih ko" itu dengan sendirinya akan menghilang, dan kita menjadi lebih ringan lebih tenang dan dengan sendirinya pemahaman - pemahaman baru akan kita dapat.

Bukankah ilmu itu datangnya tidak hanya dari buku? Tidak hanya dari pengajar, pendidik kita di sekolah, kampus, tempat kursus dan seterusnya kan? Mereka - meraka yang ada dihidup kita juga bisa memberikan ilmu penting kepada kita.

***

KKEUT~~~~
Gaje? Iya, sesuai genre yang tercantum : random. Sambil nunggu ide buat Can We.
Thank you ^-^

StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang