Bagian 2

24 4 0
                                    

Setelah akhirnya diijinkan dan terbebas dari penjaga sekolah yang menyebalkan, Maira langsung buru-buru masuk ke dalam kelas, takut akan guru di kelasnya sudah masuk.

Akan tetapi, langkahnya terhenti saat akan menuju kelas. Di depannya ada seseorang yang membuat jantungnya berdetak sangat kencang. Alvaro, ya dia Alvaro, kakak kelas yang sudah tiga bulan terakhir ini ia sukai. Berada tepat dua meter di depannya, dan mengarah berjalan menuju Maira.

Maira seakan mematung dan tak bergerak. Ditambah Alvaro yang bertanya padanya, jantungnya menjadi tak karuan. Wajar saja Maira merasakan hal ini, sebab dia selalu mengalami hal ini saat bertemu ataupun melihat Alvaro dari kejauhan.

"Telat lagi? " tanya Alvaro. Wajar saja ia bertanya seperti itu, karena Alvaro sering melihat Maira telat dan berlari-lari menuju kelasnya.

Maira berusaha untuk mulai mengatur nafas dan mengatur jantungnya tersebut, agar dapat menjawab Alvaro tanpa gugup. Sebab ini adalah kali pertama Alvaro bertanya padanya.

"I.. iiya. " jawab Maira, dengan tetap terbata-bata.

"Ya udah, cepet masuk kelas sana. Tadi kakak liat sudah ada guru yang masuk ke kelas mu. " terang Alvaro.

Maira hanya mengangguk, tak berani menjawab, takut kalau dia menjawab dia bisa terbata-bata lagi.

Saat akan meninggalkan Alvaro. Langkahnya terhenti saat mendengar Alvaro mengatakan suatu hal...

"Oh yaa, biasain jangan telat lagi yaa. " sambil tersenyum mengarah ke Maira.

Sontak saja saat itu Maira seperti akan terbang, melayang di udara. Dia begitu bahagia, sebab jarang sekali Alvaro memberikan senyuman seperti itu, karena dirinya dikenal sebagai seorang yang pendiam dan tertutup, apalagi kepada seorang perempuan.

"Gak senyum aja udah ganteng, ini ditambah senyum lagi... Emmm makin ganteng aja dehh". Batin Maira.

"Astagfirullah. " ucap Maira dengan pelan.

"Ada apa? " tanya Alvaro yang sempet mendengar Maira mengucapkan Astagfirullah.

Maira tersentak dan segera menggelengkan kepalanya, menunjukkan bahwa dia tak apa-apa.

"Ya udah, cepet ke kelas. " perintah Alvaro.

Maira mengangguk dan segera meninggalkan Alvaro menuju ke kelas.

Alvaro hanya memperhatikan punggung Maira yang kian menjauh dan berlalu.

Dia berdecak kecil, "anak itu... " sambil tersenyum kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Jangan lupa kasih bintang dan komen yaa. Biar aku semangat buat nulisnya lagi:)

UNTUK ALVAROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang