2

377 53 10
                                    

Kakakku itu adalah salah satu superhero yang ada di dunia  nyata. Dia tidak  bisa terbang seperti superman. Ia juga tidak se-pintar ironman. Ia tak sekuat hulk. Tapi kakakku bisa membawaku terbang tinggi dengan mimpi-mimpinya yang sangat keren. Ia pintar dalam mengurusku. Mana ada superhero yang mau mengurus anak super bandel sepertiku. Ia kuat dan akan selalu berada di baris terdepan dalam melindungiku.

Kakakku yang terbaik. Tidak ada hal yang paling membanggakan didunia ini selain mempunyai kakak seperti Taetae hyung.

Aku sayang hyung..

.....☆.....

Taehyung tidak tau apa yang terjadi pada adiknya. Dari sepulang Taehyung sekolah hingga ia akan berangkat bekerja, adiknya terlihat murung luar biasa. Untuk ukuran anak kecil yang cerewet seperti Namjoon, diamnya ia merupakan pertanda buruk. Bisa ia sedang bersedih, karena waktu kematian kedua orang tua mereka, Namjoon mengunci mulutnya rapat rapat. Ia tidak menangis layaknya anak seusianya, ia hanya diam dan menatap kearah foto mendiang kedua orang tua mereka.

Bisa juga karena ia yang sedang menyembunyikan sesuatu dari Taehyung. Dan sesuatu itu tidak pernah dalam konteks baik. Belajar dari pengalaman lagi, Taehyung pernah mendapati adiknya diam selama berhari hari. Dan Taeyung mendapatkan satu fakta mengejutkan saat itu. Adiknya, Kim Namjoon, mendapatkan bullying dari teman teman sebayanya. Oh, apakah Taehyung pantas memanggil berandal kecil tersebut sebagai teman Namjoon?? Namjoon tidak mendapatkan bullying secara fisik, tetapi secara verbal. Ia diejek oleh teman temannya karena tidak mempunyai orang tua. Ia diejek oleh teman temannya karena mempunyai kakak seperti Taehyung. Dan saat itu Taehyung menyalahkan dirinya sendiri. Namjoon itu adalah tipe anak yang bersikap sok kuat. Akan berusaha terlihat baik baik saja di depan Taehyung. Namun kenyataannya, Namjoon akan diam saat ditimpa masalah. Dulu saat kedua orang tuanya masih ada, Namjoon tidak pernah mau bercerita tentang teman bermaiannya yang suka mengusilinya. Jadilah Taehyung yang harus berinisiatif mengajak Namjoon bercerita lebih dulu. Dan cara itu selalu efektif.

"Namjoonie.." Taehyung memanggil Namjoon yang masih selonjoran di depan meja ruang tamu. Ia sedang mengerjakan tugas sekolah yang diberikan gurunya. Ia mendongak kearah Taehyung yang sedang berdiri di depannya. Namjoon menggumamkan kata "eungg.." lalu kembali melanjutkan aktivitas menulisnya.

"Sepertinya sudah lama ya kita tidak bercerita. Kira kira sudah berapa lama sejak yang terakhir??" Taehyung berpose seperti sedang berpikir. Jari telunjuk berada di dagu dan sesekali di ketukkan. Namjoon yang melihatnya mulai sedikit terprovokasi. Ia berpikir dan sedetik kemudian menyeletuk. "Mungkin sudah satu tahun, hyung. Tapi entahlah. Aku lupa." Sedetik ia bersemangat, dan  sedetik sesudahnya ia kembali murung.

"Hei jagoan. Hyung perhatikan, kau terlihat murung akhir-akhir ini. Ada apa, heumm??" Tehyung mendudukkan dirinya di depan Namjoon. Mengambil buka tugas Namjoon yang sudah selesai diisinya.

"Hyung---" Namjoon ragu-ragu untuk memulai ceritanya. Ia takut akan membebani hyungnya. Padahal hyungnya sudah bekerja sangat keras untuknya. "--- eumm.. aku hanya tidak mengerti pelajaran yang disampaikan oleh Bu guru. Tetapi setelah aku membaca ulang bukunya, aku sudah mengerti sekarang." Setelah berkata seperti itu, Namjoon menampilkan senyum lebarnya. Cara paling ampuh untuk membuat Taehyung percaya padanya. Tetapi sepertinya Taehyung sedikit curiga dengan cerita adiknya. Ia menaikkan sebelah alisnya. "Namjoonie, hyung tidak memaksamu untuk bercerita. Tetapi jika rasanya sudah sangat sesak, hyung selalu di sini dan siap mendengarkanmu." Taehyung mengacak surai adiknya lembut. Ia berdiri untuk beranjak pergi bekerja. "Ya sudah. Hyung pergi dulu. Jaga dirimu di rumah. Anyeong.." Taehyung menutup pintu rumah mereka meninggalkan Namjoon dengan ketakutannya seorang diri.

Sedangkan Taehyung masih memikirkan beberapa kemungkinan tentang adiknya. Kalau begini terus, konsentrasi Taehyung terhadap pekerjaannya bisa terpecah.. uhh, sepertinya Taehyung harus mencoba meminta waktu pulang lebih cepat pada Seokjin hyung, bos nya di ćafe.

..........

"Namjoonie...." taehyung benar benar meminta jatah pulang lebih awal. Sekarang baru pukul sembilan. Lebih cepat sekitar dua jam dari biasanya. Namjoon berlari dari kamarnya, terlihat bingung karena biasanya Taetae hyung-nya akan pulang lebih malam dari ini.

"Eoh.. hyung sudah pulang??" Taehyung hanya mengangguk dan tersenyum lebar. Ia mengusak surai Namjoon lembut.

"Hemm.. Namjoonie sudah makan??" Tanyanya.

"Sudah. Tadi bibi Hyun meberiakan kita teoppokki." Namjoon menunjukk bungkusan teoppokki yang terdapat di meja makan. Taehyung menggiring Namjoon ke meja makan kecil mereka dan mendudukkannya di depannya.

"Sekarang Namjoonie temani hyung makan ya." Taehyung mengambil bungkusan teoppokki yang tersisa. Namjoon duduk di depannya dengan tenang.

"Sekarang, hyung minta Namjoonie untuk jujur. Ada apa sebenarnya dengan mu??" Nada bicaranya masih terbilang lembut, namun tidak dapat dipungkiri aura mendominasi sangat terasa. Namjoon meremas jari jarinya yang berada di bawah meja. Matanya bergerak gelisah. Ragu untuk berbicara.

"Eumm.. tapi hyung jangan marah ya.." Namjoon bertanya hati-hati.

"Ok. Hyung tidak akan marah, asal Namjoonie berbicara jujur dengan hyung." Namjoon mengangguk menyetujui. Memperbaiki posisi duduknya agar lebih nyaman untuk bercerita.

Jadi ceritanya seperti ini. Dua hari  yang lalu, Namjoon mendapatkan bullying lagi. Sebenarnya pembulian yang terjadi padanya sudah berlangsung hampir satu minggu. Dan dua hari yang lalu adalah puncaknya. Dimana senior Namjoon yang berada di kelas lima sekolah dasar itu menghadangnya di depan gang sepi tempat yang biasa Namjoon lewati untuk pergi dan pulang sekolah. Seniornya itu membawa serta teman teman nya yang berjumlah 2 orang. Namjoon di keroyok. Perutnya di tendangi. Untungnya tidak ada luka serius.

"Kenapa mereka melakukan itu semua padamu??" Taehyung tidak sadar sudah berteriak pada adiknya. Ia tersulut emosi setelah mendengar cerita adiknya. Namjoon hanya menunduk. Ini yang ia takutkan, Taehyung yang marah sangatlah mengerikan. Dan lagi ia tidak mau Taehyung stress karenanya.

"Mereka bilang karena aku mengadukan mereka pada ibu guru karena berkelahi di belakang sekolah. Orang tua mereka di panggil ke sekolah. Hyung.. aku salah ya??" Namjoon yang tadinya menunduk sekarang menegakkan kepalanya menatap langsung pada manik mata sang kakak.

"Tentu saja tidak. Yang salah itu mereka. Hyung malah bangga padamu karena berani untuk melaporkan perbuatan mereka. Besok hyung akan ke sekolah, melaporkan berandal kecil itu karena sudah berani memukul adik kesayangan hyung." Namjoon terbelalak kaget. Itu bukanlah usulan yang bagus, mengingat mereka semua dari kalangan menengah keatas. Ia takut, bukannya mendapatkan keadilan, mereka malah mendapatkan masalah yang lain. "Tidak perlu hyung. Aku juga sudah baikan. Mereka itu orang kaya. Lagipula, tidak ada gunanya juga melaporkan hal semacam itu." Taehyung menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Benar apa yang dikatakan adiknya. Mereka terlalu miskin untuk mendapatkan keadilan. Tehyung mengusap pelan rambut Namjoon sambil tersenyum. "Hyung harap hal seperti ini tidak terjadi lagi. Oh ya, perutmu sudah baikan?? Perlu hyung kompres??" Namjoon menggeleng lagi. Ia tersenyum dan berdiri membuka sebagian bajunya di bagian perut. Melihatkan perut tummy nya pada Taehyung. "Lihat hyung, sudah tidak apa apa." Tehyung menarik Namjoon kedalam pelukan hangatnya. Pelukan yang sangat disukai oleh Namjoon. "Maaf hyung tidak bisa menjagamu dengan baik." Lirihnya.

.....☆.....

A/n: Halloooo... capter dua udah selesai.. gimana?? Masih kuat?? Apa udah nyerah dengan cerita gaje ini??

Sampe ketemu di capter berikutnya:) :)

Love, JoJoon💜

Our Spring (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang