03; coward

3.7K 464 31
                                    

Writer’s POV


“Lagi-lagi ini. Aku penasaran siapa yang selalu memberiku makan siang  seperti ini," gumam Wonwoo yang baru saja mengambil bekal dari lokernya.

Sejak hari itu Wonwoo selalu menemukan bekal di lokernya. Iaa berasumsi bahwa si pengirim aalah orang yang sama,  mengingat wadah merah yang selalu digunakan, tak lupa di setiap bekal itu selalu ada surat yang menyatakan itu dari penggemar rahasia Wonwoo. Sebenarnya sempat ada keinginan bagi lelaki kurus itu untuk mencaritahu siapa orang yang mengaku sebagai penggemar rahasianya.  Ia sangat penasaran,  pasalnya Wonwoo bukanlah siswa teladan kesayangan guru ataupun siswa tenar yang keberadaannya disadari oleh semua orang.  Bukan sama sekali,  malah bisa dibilang Wonwoo adalah golongan kutu buku pendiam yang terbiasa mendekam di perpustakaan ataupun menikmati kesendirian di atap.  Jadi aneh rasanya saat tiba-tiba ada seseorang datang memberinya hadiah dan mengaku sebagai penggemar rahasia. 

Eh,  tapi tunggu sebentar...  Bisa saja bekal yang Wonwoo terima adalah 'hadiah nyasar'. Tidak menutup kemungkinan,  justru kemungkinannya sangat besar.  Lagipula kalau dilihat-lihat,  nomor loker Wonwoo ini diapit oleh siswa -siswa tenar.  Katakanlah si pemilik loker nomor 16, Yoon Jeonghan si diva sekolah.  Ketenarannya tak perlu diragukan lagi,  bisa dipastikan seluruh warga sekolah tau dan mengenal lelaki cantik penuh pesona itu. Kemudian si nomor 18, Kwon Soonyoung alias Hoshi,  ketua ekskul dance di sekolah yang pastinya sangat terkenal di kalangan siswa putri. Dengan kemampuan menarinya yang mumpuni serta karisma yang menguar, Hoshi menjadi salah satu dari jejeran cassanova sekolah.  Dan sekarang coba bandingan dengan Wonwoo, ia hanyalah sebutir batu di antara berlian.

Namun meski dengan fakta tersebut,  Wonwoo masih saja bimbang. Ayolah,  di sisi bawah wadah tersebut sudah tertera untuk siapa bekal tersebut ditujuan.  Wonwoo tak bisa mengelak lagi dengan bukti nyata itu. 

Melupakan fakta yang coba ia sangkal berkali-kali,  Wonwoo memilih untuk berhenti memikirkannya.  Waktu makan siang sudah hampir usai,  dan ia belum sama sekali menyentuh makanan yang ia terima. Lebih baik sekarang ia melesat ke atap kemudian menyantap bekal yang sudah disiapkan dengan sepenuh hati oleh sang pengirim sebelum istirahat benar-benar usai dan Wonwoo dibuat mati kelaparan sampai saatnya pulang sekolah.

Mingyu’s POV


Bangun pagi kemudian berkutat dengan alat-alat dapur sudah menjadi rutinitasku selama sepekan ini.  Berlandaskan keinginan untuk dekat dengan si kutu buku,  aku menjalaninya dengan senang hati. Saat makan siang pun sama saja,  aku menghabiskan waktu untuk melihat Wonwoo menyantap bekal pemberianku di atap.  Entah ia sadar atau tidak saat kuperhatikan,  namun melihatnya menikmati bekal itu sedikit banyak membuat hatiku tenang.  Walaupun terkadang aku merasa seolah semua ini sia-sia karena aku tak akan pernah bisa benar-benar dekat dengan Wonwoo apabila aku terus bersembunyi. 

Ia bahkan tidak mengenalku,  bagaimana bisa aku mengharapkan hubungan yang lebih dari pengagum dan idolanya.  Aku memang pengecut.  Bahkan saat aku mencoba mengembalikan novelnya yang tertinggal di perpustakaan,  butuh waktu lama bagiku untuk berpikir apakah aku harus mengembalikannya atau tidak. Padahal Wonwoo bukanlah anak nakal yang pemilih dalam berteman,  hanya saja ia terlihat nyaman dengan kesendiriannya. Percaya atau tidak,  hal itulah yang menarik perhatianku selama ini.  Aku ingin menjadi satu-satunya teman yang ia miliki.  Seorang teman yang bisa diandalkan dan dipercaya,  itu adalah suatu kebanggaan tersendiri bagiku. Tapi kembali lagi,  jika aku tetap pengecut seperti ini,  kurasa semua itu hanya akan menjadi angan yang cepat atau lambat pasti pupus oleh waktu. 

Lantas,  jika aku memiliki keberanian yang lebih,  haruskah aku menyapanya?  Tidak. Aku memang diharuskan untuk menjadi berani. Baiklah,  sudah diputuskan,  mulai besok aku akan lebih bertekad dan membuat suatu pijakan sebagai langkah awal dalam mewujudnya keinginanku.  Ingat Kim Mingyu,  waktu yang kau miliki tidaklah banyak,  jadi jangan kausia-siakan.



Writer’s POV


Pada dasarnya,  kata hanyalah kata.  Terhitung seminggu sudah berlalu semenjak ucapan Mingyu yang menyatakan akan memberanikan diri menyapa seseorang yang selama ini ia sukai, namun kenyataannya Mingyu tak pernah melakukannya.





to be continued.

 [✔] Best Part ☆ MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang