Mingyu’s POV
Kenapa menyapanya saja aku tak berani? Padahal setiap hari aku melakukannya pada banyak orang. Namun nyatanya bibirku selalu terasa kelu saat berhadapan dengan sosok itu. Apakah ia penyihir yang bisa membuat tubuhku lumpuh begitu saja? Bahkan tubuhku selalu berdiri kaku di balik dinding keras, menyembunyikan diri di saat kesempatan lebar terbuka bagiku. Aku ingin menjadi berani, aku tidak bisa selalu seperti ini. Aku ingin dekat dengannya, aku ingin menghabiskan sisa waktuku dengannya.Bisakah aku menukar keberanianku dengan milik seekor kucing yang biasa bermanja dengan Wonwoo saat makan siang? Oh, kupikir kucing itu justru akan menolak menukar nyali besarnya dengan nyali ciut milikku. Dasar Kim Mingyu pengecut! Beberapa hari terakhir ini yabg kulakukan hanyalah berharap tanpa mampu bertindak. Aku terus berdoa agar ada cara lain untuk mendekatkanku dengan si dia, namun kembali lagi, aku memang butuh keberanian lebih.
Tap
Tap
Tap
Aku menapaki setiap tangga di depanku, setiap langkahku terasa berat seolah aku tak mampu melanjutkannya. Jika dipikir-pikir, langkah lemahku ini adalah hidupku. Ibaratnya, aku ingin mencapai atap di ujung sana, namun sayang dayaku terlalu lemah hingga tak sanggup menapak. Haha, dramatis sekali hidupku ini.
Aku menghentikan langkahku sejenak. Melihat ke bawah dan menyadari ada banyak sekali orang berlalu-lalang memotivasiku untuk lebih maju. Katakanlah aku terlalu melankolis, bukankah menyapa itu tindakan mudah? Teman-teman sebayaku juga banyak yang melakukan tindakan nekad untuk memperjuangkan seseorang yang dicintainya. Berulangkali aku berjanji pada diriku sendiri untuk membuat suatu perubahan, akan tetapi tanpa realisasi semua itu lenyap —omong kosong belaka. Aku semakin berpikir, jika nanti aku telah benar-benar mendapatkan Wonwoo aku juga akan melakukan kesalahan yang sama; ingkar janji. Membayangkannya membuatku takut. Jadi sekarang apa yang harus kulakukan? Baik menyerah atau berjuang semuanya ada di tanganku, pilihanku. Masa yang akan datang tergantung akan apa yang kupilih di masa sekarang.
Yosh! Sudah kuputuskan, aku akan benar-benar berubah. Mari kita buang Kim-Pengecut-Mingyu dari kepribadianku. Huh, entah mengapa hari ini aku lebih gugup dari biasanya. Apakah karena aku akan menyapanya? Hahaha, perasaan baru beberapa menit lalu aku mengeluh karena takut. Tapi kini, aku melangkah tanpa ragu, mencapai langit di ujung tangga, aku memulai perubahanku.
Wonwoo’s POV
Seperti biasanya aku menemukan bekal di lokerku. Aku mulai terbiasa dengan kegiatan baruku ini, sedangkan dalam hati aku terus berusaha untuk tidak penasaran dengan penggemar rahasiaku. Sulit memang, tapi sudah 2 minggu terlewati dan aku belum juga mengetahui siapa orang yang telah repot-repot membawakanku bekal. Jangankan siapa, petunjuk pun tidak ada. Jadi aku memilih untuk tetap diam, melanjutkan rutinitasku untuk pergi ke atap, duduk bersila kemudian menyantap bekalku.
Cklek
Seseorang membuka pintu atap, tanpa mengalihkan pandangan bisa kuketahui bahwa orang itu adalah Mingyu. Jangan tanya bagaimana bisa aku tahu karena hampir setiap aku menghabiskan makan siang di tempat ini, maka lelaki itu juga akan ada. Aku tidak tahu apa yang ia lakukan di sini, beberapa kali kulihat ia hanya berdiam di sisi pagar atau terkadang pula aku mendapati dirinya tengah menatapku. Karena itulah aku terbiasa dengan keberadaannya.
Tanpa menghiraukan hal itu, aku melanjutkan kegiatanku. Hanya saja hari ini ada yang menggajal perasaanku, entah pikiranku belaka atau memang Mingyu terlihat aneh? Bagaimana aku harus menjelaskanya? Tak seperti dirinya yang selalu bersikap kelewat tenang, kedatangannya kali ini tampak gusar dan gelisah.
“Bolehkah aku duduk di sini?” Kudongakkan kepalaku, dan menyadari kalau yang bertanya adalah Mingyu. Bukannya menjawab aku malah diam. Ini sangat jarang terjadi, dan kalau aku tidak salah ingat ini adalah kali pertamanya menyapaku di tempat ini.
“Yasudah kalau tidak boleh," lanjutnya membuatku terkesiap.
Aku langsung tersadar, “A-ahh , maaf aku melamun tadi. Tentu saja kau boleh duduk disini," ujarku sambil menepuk tempat kosong di sampingku, mengisyaratkan padanya untuk duduk di sampingku.
Mengherankan. Canggung kurasakan karena biasanya aku menghabiskan makan siang sendiri. Kini kami makan bersama, kebetulan lagi ia juga membawa bekal yang terlihat sama denganku. Aneh, pikirku.
Mingyu’s POV
Aku sangat gugup, hingga memegang sumpit pun aku tak kuat. Rasanya aku ingin berteriak kegirangan karena bisa duduk bersebelahan dengan Wonwoo. Setelah memendam rasa untuk waktu yang begitu lama ini adalah suatu kemajuan bagiku. Ia terlihat senang dengan kehadiranku, jadi bisakah aku menyimpulkan bahwa ia menerimaku? Haha, dasar Kim-Bodoh-Mingyu. Masih terlalu awal untuk merayakan, ulangku dalam hati. Diam-diam aku mengulum senyum.
—to be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Best Part ☆ Meanie
Fanfictionpea-chy ©2018 [REPUBLISH, REVISED] Loker dan atap sekolah menjadi saksi bisu akan benih cinta yang tumbuh di antara Mingyu dan Wonwoo.