Jimin menyeruput es kopinya. Mengamati jalan kota yang ramai karena ini tepat jam makan siang. Entah apa yang ada dipikirannya sampai meminta izin untuk pulang lebih cepat dan membiarkan Sungwoon mengambil alih tugasnya, sama seperti hobinya melimpahkan pekerjaan pada Taemin.
Ia habiskan kopinya dalam sekali teguk dan membuang gelas kertasnya ke tong sampah yang paling dekat, lalu kembali mengikuti kemanapun langkah kakinya membawanya pergi.
Sampai kemudian tanpa sengaja pandangannya terpaku pada seorang wanita yang berjalan mendekati mobil yang terparkir di depan sebuah gedung perkantoran. Jimin mengerjap, sebelum sadar akan sesuatu dan segera menghampiri wanita itu.
"Nyonya!" Jimin memegang tangan wanita itu yang hampir mencapai gagang pintu mobil. Jimin menatapnya lamat, dan keyakinannya semakin bertambah begitu netra mereka beradu pandang.
"Maaf" Wanita itu memandang lengannya dan Jimin bergantian dengan tatapan bingung. Bermaksud menanyakan maksud tindakan lancang anak muda dihadapannya.
"Kau lupa padaku rupanya?" Jimin melepas pegangannya agak kasar. Tatapannya berubah sinis. Dia benar-benar orangnya. Meski sudah belasan tahun berlalu, sungguh Jimin tidak akan lupa dengan wajah itu.
"Bagaimana dengan bocah yang kau pisahkan dari adiknya. Kau masih tidak mengingatnya?" Jimin menjeda. "Atau kau hanya pura-pura lupa, Nyonya Kim?" Tangannya ia lipat di depan dada.
"Apa maksud perkataanmu anak muda? Tolong menyingkir. Sepertinya aku tidak pernah memiliki urusan denganmu" Yoon Ha mencoba menyingkirkan Jimin, namun Jimin justru menariknya dan menyudutkannya ke badan mobil. Yoon Ha membelalak. Ia sudah siap dengan umpatan langkanya saat Jimin lebih dulu bersuara.
"Park Jimin, kau pasti ingat Park Jimin, 'kan?". Tanya Jimin penuh penekanan. Yoon Ha bergeming sejenak, berusaha mengingat.
"Sepertinya... Aku pernah mendengar nama itu"
"Dia adalah bocah yang kau pisahkan dari adiknya. Adiknya, Park Taehyung! Jangan bersikap munafik di hadapanku, Nyonya Kim!"
Yoon Ha membulatkan mata. Sekelebat ingatan masa lalu terlintas dikepalanya dan membuatnya kembali dihantui rasa takut. Akhirnya hari ini datang, hari ketika Jimin muncul dan akan membawa Taehyung pergi darinya.
"Kau..."
"Ya, aku Park Jimin" Jimin menyela.
"Tidak, jangan mencari Taehyung lagi". Yoon Ha berusaha menyingkir, namun Jimin kembali menahannya. Sementara ia mulai gelisah karena orang-orang disekitar mulai memperhatikannya.
"Biarkan aku pergi. Aku masih banyak urusan"
"Tidak sebelum kau berjanji akan memberitahu Taehyung yang sebenarnya"
Yoon Ha menggeleng. "Aku tidak akan melakukannya"ucapnya penuh penekanan. "Kim Taehyung... Sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi denganmu"
"Kau pikir ikatan darah bisa kau ubah semaumu, Nyonya? Kau tidak bisa mengelak. Park Taehyung adalah adikku dan kau tidak bisa merubah itu"
Yoon Ha memperhatikan Jimin sekilas sambil melipat tangannya di depan dada. "Kau bahkan tidak punya apapun untuk membuktikannya" ujarnya. "Sekalipun ku katakan pada Taehyung yang sebenarnya, dia tidak akan percaya"
"Dia akan percaya jika kau yang mengatakannya!"
Yoon Ha baru akan membalas saat Jimin kembali berucap. "Bisa kau bayangkan sendiri bagaimana rasanya saat kau dipaksa berpisah dengan orang yang sangat berarti bagimu?"
Yoon Ha bungkam. Tubuhnya mendadak menegang.
"Ku pikir kau tau artinya kehilangan"
Entah kenapa hatinya sakit mendengar kalimat itu. Kata 'kehilangan' seolah membawa ingatan tersendiri yang pernah membuatnya terkurung dalam kegelapan tidak berujung dimasa lalu.
Itu, sudah sangat lama, tapi tetap saja tidak akan bisa hilang dari ingatannya sampai kapanpun juga.
"Aku sudah kehilangan ibuku, apa kau juga akan mengambil Taehyung dariku?"
Yoon Ha terdiam, kemudian menggeleng pelan dengan tatapan kosong. Ingatan ketika ia harus kehilangan anaknya, kembali lagi dan membuat perasaannya kembali tersiksa.
Ia ingat alasan dibalik keinginannya mengadopsi seorang anak. Itu semua karena dia ingin terlepas dari kesedihan atas kehilangan anaknya. Dia ingin rumahnya kembali dipenuhi suara gelak tawa anak kecil yang berlarian di dalam rumah. Dan Taehyung berhasil membuat keinginannya terpenuhi. Belum lagi, tidak lama setelah itu ia dikaruniai anak kedua, Kim Jungkook, darah dagingnya sendiri.
Ia tak bisa mendeskripsikan kebahagiaan itu. Bahkan dia merasa telah menjadi orang paling bahagia di dunia.
Tanpa ia sadari bahwa semua itu berasal dari kebahagiaan orang lain yang telah ia renggut.
"Aku tidak akan membawa Taehyung pergi. Aku hanya ingin Anda mengatakan pada Taehyung siapa aku, dan buat Taehyung mengakui aku adalah kakaknya. Tolong". Pinta Jimin.
Dengan linangan air mata yang tidak tau sejak kapan membasahi pipinya, Yoon Ha kemudian mengangguk pelan, masih dengan bayangan masa lalu yang kembali mencabik perasaannya.
Bagaimana pun juga dia adalah seorang ibu. Belum lagi dia tau pasti bagaimana rasanya berpisah dan kehilangan.
Benarkah sudah saatnya Taehyung untuk tau yang sebenarnya? Apa tidak terlalu cepat? Bagaimana jika setelah itu Taehyung lebih memilih tinggal bersama Jimin dan meninggalkannya?
Pertanyaan-pertanyaan itu sekarang memenuhi pikirannya. Membuatnya gelisah akan kemungkinan buruk yang tidak ingin dia bayangkan.
Dia telah membesarkan dan merawat Taehyung dengan baik tanpa membeda-bedakannya dengan Jungkook. Apa itu belum cukup untuknya mempertahankan Taehyung sebagai anaknya? Apa itu belum cukup untuk Taehyung mengakuinya sebagai ibu bahkan setelah Taehyung tau segalanya?
Jimin menjauhkan dirinya. Membungkuk singkat pada wanita itu sebelum berlalu dari sana setelah mengucapkan terima kasih.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ MOONCHILD | Park Jimin
RandomMereka yang dipisahkan pada akhirnya kembali bertemu, namun dengan keadaan yang tidak lagi sama. "Taehyung-ah" "Apa sebelumnya kita saling mengenal?" ©Lswaga