³🌓-si galau bagian dua

1K 178 29
                                    

🌓

🌓

🌓

Bagaimana kondisi (name) sekarang yah? pasti dia menyesali keputusan sepihaknya waktu itu. Batinku sebal sambil meminum sekotak susu yoghurt strawberry.

Tengok kanan, ada sepasang orang pacaran.

Tengok kiri, sepasang wanita dan laki laki bermesraan.

Lihat ke atas, sepasang burung lovebird sedang bulan madu dibawah awan,

Menunduk, ada banyak pasang semut mengadakan acara kawinan.

Sungguh terlalu pemandangan ini, lalu harus lihat kemana?!

Melihat pasangan pasangan tadi, jadi teringat (name), setiap hari ia datang ke kelasku berteriak riang memanggil namaku dan mengajak makan siang bersama diatap sekolah.

Dulu ... saat aku masih bersama dengan (name), jarang sekali dia melarangku dekat dengan gadis selain (name). Gdis itu dapat berteman baik, dengan siapapun. Dia membuat pengecualian untuk dia bergaul dengan berandal, ia diperingatkan oleh ayahnya.

Aku saja sampai bingung, kenapa (name) memutuskanku?

Setiap hari, aku pasti membelikan (name) susu kotak dan itu pasti bergantian dengannya atau menraktir sesuatu, aku hampir tidak pernah lupa.

Ketika makan siang, aku pasti selalu bersamanya, sampai-sampai teman perempuanya sebal melihatku.

Tiap hari aku menghampiri (name) kerumahnya, mengajaknya untuk berangkat sekolah bersama. Setelahnya (name) menghampiriku untuk pulang bersama.

Disaat pulang sekolah, sering sekali (name) memintaku untuk menggendongnya,dengan berbagai alasan ... misalnya kakinya pegal atau sakit, kepalanya pusing, atau sedang tidak enak badan.

Aku tidak keberatan sih ...

Tanpa alasan yang pasti, aku pun tak menyukai sikapnya yang tiba-tiba seperti itu. Seolah ada iblis yang menarik roh (name), dan menggantinya dengan (name) baru untuk mengisi tubuhnya.


Jelaskan, apa yang terjadi disini?

🌓🌓🌓

"Nomor antrian 271, atas nama (fullname)."

Akhirnya, ia bisa memasuki ruangan serba putih itu. Ia tak akan menyerah soal ini. Tak peduli lagi dengan cinta dan mimpi, (Name) hanya ingin tetap hidup.

"Ini.. akan menjadi operasi yang sulit, apalagi kau butuh dua pendonor. Kalau ginjal, mungkin masih bisa dicari. Tapi lever? Harus ada pasien yang mati otak, agar bisa mendapat donor. Dan itu agak sulit didapat ..." terangnya, beberapa saat setelah (Name) memberi map berisi rekam medis.

"Tapi ini ... masih bisa ditolong kan?"

"Usiamu memang sudah memasuki 16 tahun, tapi itu masih berada di bawah tanggungan dokter bedah anak. Aku bukan spesialis bedah anak, jadi akan terlalu berisiko bagiku untuk mengoperasimu." Jelasnya, lagi-lagi dokter itu

"Mooshiwake gozaimasen, tapi rumah sakit ini juga sama sekali belum pernah mengoperasi dengan dua organ bersamaan."

"..." Keadaan hening sesaat, dua orang itu menyelam dalam pikiran masing-masing. Kondisi buruk tubuh (Name) tak bisa dipungkiri lagi. Ini sudah ketiga kalinya sebuah rumah sakit menolak melakukan operasi itu.

"Kudengar, di Tokyo ada spesialis dokter bedah anak yang mendapat nobel. Namanya Midorima Shintaro, dari Nanaru Hospital. Kau bisa coba kesana, aku berharap yang terbaik diberikan untukmu." Saran yang cukup bagus dan membangkitkan semangat, tak bisa dipungkiri kebenaran informasinya.

Midorima Shintaro memang dokter yang menjadi tujuan terakhirnya dalam petualangan penyakitnya.

(Name) mengukir senyum, dan memahat keteguhan dalam hatinya.

🌓 🌓 🌓

"Kurasa aku bisa melakukan operasi ini, nanodayo." dr. Shintaro menaikkan kacamatanya yang sedikit turun.

"Benarkah?! Tapi apa risiko komplikasi dari pelaksanaan operasi ini?" kentara sekali (Name) berbinar dan sangat bersyukur. Biaya operasi mungkin mahal, tapi ia pikir ayah nya akan mampu untuk membayarnya.

Semoga saja.

"Operasi transplantasi dua organ sekaligus itu memang sangat sulit. Bisa saja ada penolakan terhadap organ yang didonorkan, atau infeksi. Tapi selebihnya, kau akan baik-baik saja selama dalam operasi tidak terjadi kesalahan dan secara rutin memeriksakan kondisi kesehatanmu, nodayo." Ia menulis sesuatu di selembar kertas dan lain-lain.

"Kapan operasi ini bisa dilangsungkan?" Tanya (Name). Tadinya tak ada harapan untuk penyakitnya, ia sudah terlanjur putus asa dan membuat keputusan terburu-buru.

"Opname akan dilangsungkan selama 2 minggu penuh, mulai ... saat kau sudah mendaftar di resepsionis."

"Sou.." (Name) mengangguk paham dan hatinya terasa berbunga-bunga, dr. Shintaro yang melihatnya ikut senang. Tapi dalam hati ia juga sangat was-was seandainya operasi ini gagal.

Ini operasi transplantasi dua organ pertama baginya, pun begitu langka terjadi di Jepang.

"Berapa lama waktu pemulihannya?"

"Paling sebentar 7 bulan, atau bisa saja setahun nodayo." Kemudian dr. Shintaro memperhatikan kembali pasiennya, celingukan.

Ia memang sudah cukup besar, tapi masih butuh bimbingan orang tua untuk bertanya segala macam tentang penyakit dan operasi yang harus dijalaninya.

"Dokter mencari orang tuaku?" (Name) membaca selembar kertas yang terdapat tulisan tangan dokter bedah di hadapannya.

"Uh.. ya kurasa ada alasan mengapa mereka tidak bersamamu sekarang. Dengar, operasi ini butuh kesehatan mental yang bagus. Paham maksudku?"

(Name) kembali menggigit bibirnya, mengais sisa kekuatan.

"..tentu, aku bisa mengatasinya. Dan ini, aku harus memberikannya pada orang tuaku?" Ditatapnya sepasang mata dokter muda itu oleh pasiennya.

"Setiap operasi membutuhkan persetujuan dari wali yang akan dioperasi. Bukan hal yang tidak mungkin kan? Maksudku– di rekam medismu saja tertera tanda tangan ayah dan ibumu.. nodayo."

"Err ... tentu saja. Kalau begitu, aku pamit. Terimakasih untuk hari ini, dan mohon bantuannya untuk ke depannya." (Name) beranjak dari kursi dan ber-ojigi beberapa saat.

Cklek

Pintu tertutup kembali. Shintaro melepas kacamatanya, dan memijat pelipisnya yang terasa sedikit pening. Kasus kali ini, sangat kecil tingkat keberhasilannya. Persentase keberhasilannya 15% kalau ia yang menjalani dan dapat bertahan hidup hanya sekitar 4 tahun kedepan.

Ia menguras otaknya, memikirkan cara terbaik agar (Name) bisa bertahan lebih lama. Ia membuka kembali jurnal dosen pembimbingnya yang beberapa waktu lalu sudah pensiun, dr. Tsunade. Kalau saja dokter itu masih disana, pasti Shintaro tak akan merasa secemas ini.

🌓

🌓

🌓

-nana

-ˋˏ [HQ!!] ˎˊ₊· ͟͟͞͞➳K.tobio [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang