Bagian 7

1K 75 32
                                    

Glek glek glek

Setengah gelas es teh manis mengalir ditenggorokanku yang kering dan berhasil menghilangkan dahagaku akibat olahraga tadi.

Aku meletakkan gelas itu di meja. Tak beberapa lama gelas itu diletakkan. Tiba-tiba ada yang mengambilnya dan langsung meminumnya.

"Gara-gara kamu, aku dibully!"

Aku mengerutkan dahiku. Bukannya merasa bersalah pemuda bernama
Damar Ferdinan itu malah berkata demikian. Emangnya marah sama haus itu beda tipis ya?

"Kamu marah?"

"Kamu marah?"Damar mengulangi pertanyaanku dengan wajah yang dijelek-jelekkan. Dia mencoba menggambarkan diriku. Jahat banget Damar.

Setelah itu Damar pergi.

"Damar,"Aku menggapai tangan Damar dan membuat langkah Damar berhenti.

"Kamu beneran marah sama aku?"Tanyaku serius.

Kini Damar mengerutkan dahinya. Tapi kemudian tersenyum.

"Kamu kalau jadi aku gimana?"Tanya Damar.

"Kalau aku jadi kamu, aku sih biasa aja."

"Aku malu!"

"Oh gitu ya. Ya sudah aku minta maaf. Tadi kelepasan. Lagian kamu lucu banget sih, masa-"Aku langsung terdiam ketika Damar menatapku tajam.

"Lepasin tanganku,"Kata Damar.

Aku baru tersadar ternyata aku masih memegang pergelangan tangan Damar. Dia pun melepaskannya.

"Oke, aku gak akan marah sama kamu dengan satu syarat,"Kata Damar.

Setelah itu.....

"Makasih ya. Udah dibayarin,"Kata Damar.

"Sama-sama,"Jawabku.

"Gue suka gaya lo,"Katanya.

Aku hanya bingun menatap kepergian Damar yang kelihatan gembira.

"Gawat Ki!"Chica dengan terengah-engah datang menghampiriku.

Dia menyodorkan hpnya kepadaku. Aku membaca kiriman dari grup WA itu.

Diam tapi menghanyutkan. Setelah Gio, dia mbaperin teman sekelasnya yang namanya Ucup eh sekarang mau ngegaet Damar.

Yang mengirim Pingkan. Kakak kelas itu ternyata tidak berhenti mengincarku.

Terlihat ada 3 foto di bawahnya. Gio yang menggandeng tanganku sehabis dari UKS. Kemudian Ucup yang mensejajariku saat menuju ke perpustakaan dan Aku yang memegang tangan Damar ketika di kantin.

Itu terjadi beberapa menit lalu. Sial, aku dimata-matai. Kalau begini terus apapun yang aku lakukan akan tersebar luas.

Aku jadi harus berhati-hati dalam bertindak. Ini masalah yang cukup serius. Aku harus mengambil tindakan. Tapi apa?

"Kan apa aku bilang Ki!"Kata Chica.

"Makasih ya,"Kataku pada Cica.

"Cica how are you? Mau pesan what?"Sapa bi Saodah pada Cica.

"Sae bi. Mboten pesen nopo-nopo,"Jawab Cica.

Bi Saodah yang aslinya orang
Sundapun terlihat kebingungan.

"Eleh eleh si eneng ngomong apa."

"Jadi giman nih,"Tanya Cica.

"Gak papa Ca. Makasih udah kasih info. Saranku kamu gak usah deket-deket aku aja. Nanti malah ikut difitnah,"Jawabku pada Cica.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Siklus PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang