No proofreading.
*
Terhitung sudah lebih dari tiga bulan Jimin mengajak Jungkook bergabung bersama dengan sahabat-sahabatnya. Mereka menerima dengan senang hati karena merasa Jungkook dapat diandalkan untuk menggantikannya mejaga Jimin. Kepribadian Jungkook yang ceria namun tegas, membuat mereka semua terkesan. Alasannya, karena selain dapat membuat Jimin tertawa lepas, Jungkook juga bisa membuat Jimin tunduk menurutinya.
Seokjin sempat merasa tersaingi karena Jimin tidak lagi takut padanya. Hoseok sempat merasa sedikit terabaikan karena candaannya tidak lagi selucu Jungkook. Dan Taehyung... sampai saat ini, masih saja sering merasa cemburu pada kedekatan mereka berdua. Tidak dapat disembunyikan, tetapi Taehyung jelas memiliki perasaan lebih dari sahabat pada Jimin, dan Jungkook tahu itu. Sayangnya, Jiminlah satu-satunya orang yang tidak berpikir sejauh itu. Baginya Taehyung sudah menjadi sahabat sehidup semati. Hanya sahabat.
"Cari tempat duduk sana. Mau pesen apa?"
Jungkook bertanya sebelum mendorong pelan tubuh Jimin menjauhi counter pemesanan, sedangkan yang dipelakukan begitu hanya menurut dan mengatakan beberapa nama yang sudah sangat dihafalnya.
"Besok latihan jamberapa?"
"Jam sepuluh. Jemput, ya?"
Menghentikan gerakan tangan yang membawa minumannya di depan bibir, Jimin menatap Jungkook dengan wajah yang dibuat semanis mungkin. Menggerakkan bulu mata hitam nan lentiknya membuat Jungkook mendengus malas.
"Oke. Jangan telat bangun." Sebenarnya, tanpa dirayu seperti itupun, Jungkook akan tetap menjemput Jimin. Karena sejujurnya, dia akan melakukan banyak hal agar bisa dekat dengannya sesering mungkin. Mencuri hatinya dan membuatnya mencintainya.
"Hey." Jimin memasuki mobil yang menunggunya di tempat parkir gedung agensinya. "Udah lama nunggu?"
Jungkook mengangkat tangan kirinya dan melihat jam di sana, "Baru sepuluh menit. Gimana latihannya?"
Hari itu, selain mengantarkan Jimin ke studio latihan di pagi hari, Jungkook juga menjemputnya setelah lelaki manis itu selesai dengan kegiatan rutinnya pada jam lima sore. Menunggunya di dalam mobil dan mengajaknya makan malam sebelum mengantarnya ke apartemen.
Malam itu, ada satu hal yang ingin diutarakan Jungkook pada Jimin. Setelah menunggu momen yang tepat dan memantapkan hatinya, dia yakin kalau malam itu adalah saatnya untuk jujur mengenai perasaannya. Maka setelah makan malamnya selesai, Jungkook dengan sengaja mengajak Jimin berkeliling di taman apartemennya sebelum benar-benar membiarkan tubuh lelah Jimin untuk istirahat.
"Jimin,"
"Hm?" Kegiatannya menatap bintang-bintang di langit terganggu, dia menoleh untuk merespon panggilan Jungkook.
Jungkook menggaruk belakang kepalanya, "Ehm- sorry, gue gak tau harus bilang kayak gimana. Gue tau gue bukan cowok yang romantis, atau apapun itu yang bikin hati lo meleleh, tapi-"
"Tapi?" Jimin menunggunya melanjutkan, dengan senyum hangat yang terpatri di bibir merahnya.
"Tapi gue rasa," Berhenti lagi, Jungkook sedikit membuang napas. "Emm- gue sayang sama lo."
Sudah jelas. Jimin bahkan sudah tahu, sejujurnya. Melihat bagaimana Jungkook berlaku di depannya, bagaimana Jungkook menuruti sekaligus membatasi keinginan Jimin untuk dituruti. Bagaimana Seokjin dan Hoseok selalu menggodanya dengan mengatakan Jungkook menyukainya, Jimin dapat menebak waktu ini akan datang cepat atau lambat. Dan mendapatinya datang di waktu secepat ini, Jimin langsung tertawa begitu Jungkook menyelesaikan pernyataannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] sorry, love • kookmin
Fiksi Penggemar"Sorry." Jimin tersenyum lemah mendengar kata maaf terucap dari bibir tipis Jungkook. Dia menggeleng, kemudian sebelum kesadaran direnggut paksa darinya, dia berujar untuk terakhir kalinya. "No, I'm sorry, because I love you." Pada akhirnya, kalimat...