3

26.4K 3K 28
                                    

"Rivan, Andra punya kenalan yang mau dikenalkan padamu." Mira berkata. Kini dia bersama suami juga seluruh anak menantu dan cucunya berkumpul di ruang keluarga setelah acara makan malam selesai.

"Siapa dia, Ndra?" tanya Rivan. Dia menyimpan ponsel miliknya setelah urusannya selesai.

"Muridku," jawab Andra dengan tenang. Mata Rivan membelalak kaget. Bukan hanya Rivan yang terkejut mendengar jawaban Andra. Tapi, orangtua Rivan juga Fadhil dan istrinya ikut terkejut.

"Kakak tidak salah?" tanya Fadhil pada Andra.

"Memangnya apa yang salah?" tanya Andra balik dengan alis terangkat sebelah. Di atas pangkuan Andra ada anak perempuannya yang masih berusia dua tahun. Gadis kecil itu terlihat asik dengan permainan rubik yang diberikan oleh Viana, istri Fadhil.

"Kau mengenalkan anak kecil padaku?" tanya Rivan. Dia melemparkan bantal sofa yang ada di sampingnya pada wajah Andra. Beruntung, Andra sudah menyerahkan anaknya pada Fitri hingga anaknya tidak terkena lemparan bantal dari Rivan.

"Dia bukan anak kecil, Kak," jawab Andra dengan kesal. Dia melemparkan balik bantal yang dilemparkan Rivan barusan.

"Bukannya kau mau seorang istri yang perawan? Nah, dia juga masih perawan," ucap Andra dengan frontal.

"Kau yakin? Kebanyakan remaja sekarang menganut hidup bebas," ucap Rivan.

"Yang satu ini beda, Mas. Aku tahu kalau dia adalah gadis yang baik. Dia juga berjilbab," jawab Fitri. Rivan terlihat ragu dengan ucapan adik iparnya barusan.

"Memangnya kalian mau kalau murid kalian menjadi kakak ipar kalian?" tanya Rivan. Andra dan Fitri tersenyum kecil mendengarnya.

"Itu tidak menjadi masalah buat kami, Mas. Kalau sudah jodoh kami juga tidak akan bisa melarang," jawab Fitri.

"Apa yang dikatakan Fitri benar, Rivan," sambung Hermawan, ayah Rivan.

"Jika sudah jodoh, tidak ada siapapun yang bisa menghalangi. Kamu juga jangan terlalu pilih-pilih. Jangan merasa terbebani juga dengan usia yang terpaut jauh. Kamu juga harus ingat kalau usia Ayah dan Ibu terpaut sembilan tahun," lanjut Hermawan. Rivan terdiam mendengarnya. Pembahasan tentang pernikahan memang selalu menjadi kekalahan telak baginya.

"Dia cantik, solehah, baik, berjilbab, dan sopan santun. Mas pasti akan menyukainya," ucap Fitri.

"Dari mana kau tahu semua itu?" tanya Rivan dengan mata memicing.

"Dia adalah murid kesayanganku dan Mas Andra. Jadi, aku sudah tahu bagaimana wataknya," jawab Fitri lagi. Rivan terdiam dan mempertimbangkan ucapan adik dan iparnya barusan. Mungkin, kata ayahnya benar juga. Usia yang terpaut jauh mungkin saja tidak menjadi masalah. Yang penting kedewasaan diri.

"Baiklah. Perkenalan dulu mungkin boleh," putus Rivan. Andra dan Fitri tersenyum mendengarnya.

"Baiklah. Besok aku hubungi Kakak lagi," balas Andra. Rivan mengangguk pelan. Dia pun pamit untuk segera pergi ke kamarnya.

"Andra, kamu tidak salah menjodohkan Rivan dengan muridmu?" tanya Mira. Andra menatap ibunya dan mengangguk kecil.

"Aku tidak salah, Bu. Banyak alasan kenapa aku melakukan ini," jawab Andra. Mira terlihat kebingungan mendengarnya.

"Boleh Ibu tahu apa saja alasannya?" tanya Mira. Andra terdiam beberapa saat dan mengangguk. Dia pun mulai menceritakan apa saja alasan yang dia miliki hingga dia berpikir untuk mengenalkan kakaknya dengan muridnya.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Zahra baru saja selesai melaksanakan sholat isya sekaligus mengaji sebentar. Merasa kantuk mulai menghampiri, Zahra pun menyudahi acara mengajinya. Dia melipat dan membereskan peralatan sholatnya.

Setelah selesai, Zahra membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Zahra tidak langsung memejamkan mata. Dia malah mengingat semua kenangan menyakitkan yang terjadi pada hidupnya dan hidup ibunya.

Sejak lahir, Zahra sudah bertemu dengan Tiara. Saat masih kecil, Zahra tidak mengerti dan tidak tahu apa hubungannya dengan Tiara dan ibu Tiara, Revina. Namun, saat dia duduk di bangku SMP, Zahra baru mengerti bagaimana kondisi keluarganya. Dan Zahra sampai menangis saat ibunya bercerita.

Ardi, ayah Zahra menikah dengan Winda, ibu Zahra. Setelah tiga tahun menikah, Winda baru hamil. Dan anak yang dia kandung waktu itu adalah Zahra. Kebahagiaan karena kehamilannya disusul dengan kesedihan dan rasa terpukul saat Winda tahu Ardi berpoligami tanpa sepengetahuannya. Dan istri kedua Ardi adalah Revina yang saat itu ternyata juga sedang mengandung. Tak lain dan tak bukan adalah Tiara.

Sedih dan tersiksa Winda rasakan. Apalagi dengan sikap pilih kasih Ardi terhadapnya dan Revina. Winda selalu berpikiran untuk menyerah. Namun, dia kasihan pada anaknya.

Entah sengaja atau tidak, Ardi malah menyuruh Revina tinggal bersama mereka. Hal itu semakin menyakiti hati Winda. Tidak ada istri yang rela melihat suaminya bercumbu mesra dengan wanita lain walaupun wanita itu juga berstatus istri suaminya.

Sampai usia Zahra 15 tahun, Winda tetap bertahan dalam rumah tangga bagai neraka. Hingga akhirnya dia menghembuskan nafas terakhirnya.

Sedari kecil, Zahra selalu diperlakukan tidak adil. Jika Tiara melakukan kesalahan, maka Revina akan menyalahkan dan menuduh Zahra. Hingga Zahra dan Winda dimarahi oleh Ardi.

Sampai sekarang, Zahra masih selalu diperlakukan tidak baik dan seenaknya. Namun, tak ada pilihan bagi Zahra. Semua keluarga ibu dan ayahnya berada di luar kota. Dan Zahra tidak bisa menghubungi mereka.

Selama ini, Zahra selalu bersabar dengan semua perlakuan tidak baik dari Ardi, Revina dan Tiara. Yang bisa dia lakukan hanya menangis di kamar untuk menumpahkan segala kesedihan hatinya. Apalagi setelah dia kehilangan ibunya. Zahra menjadi sendirian.

Ingin Zahra merasakan kasih sayang utuh dari orangtua. Namun, pengaruh buruk dari Revina sudah meracuni pikiran ayahnya. Dan perilaku buruk Revina juga mendarah daging dalam diri Tiara.

Zahra tidak tahu sampai kapan dia harus hidup tersiksa seperti ini. Setiap hari, dia harus merasakan sakit di pipi akibat tamparan ayahnya. Setiap hari dia harus merasakan sakit di punggung akibat pukulan rotan oleh Revina. Dan setiap hari Zahra harus merasakan sakit hati atas pembullyan yang dilakukan Tiara di rumah maupun di sekolah.

Zahra merasa beruntung karena Andra dan Fitri selalu perhatian terhadapnya. Tak lupa, Zahra juga selalu mendo'akan mereka berdua setelah selesai sholat. Keberadaan dua guru panutannya itu membuat Zahra merasa lebih baik. Saat keluarganya mendzolimi dirinya, masih ada orang lain yang peduli dan menyayanginya.

Mengingat kedua gurunya itu, Zahra jadi teringat akan ucapan Andra di sekolah tadi. Zahra lupa menanyakan siapa yang akan Andra kenalkan padanya. Siapa namanya dan berapa umurnya. Zahra benar-benar ingin tahu itu dulu.

Tapi, dia sudah membuat keputusan untuk mau berta'aruf dulu dengan laki-laki itu. Dan mungkin, Zahra bisa mendapatkan jawaban langsung dari orangnya saat ta'aruf nanti. Memikirkan itu, Zahra langsung memejamkan mata. Hatinya berdo'a kepada Allah semoga langkah yang dia ambil tidaklah salah.

'Ya Allah, ridhoilah langkahku ini. Semoga ini adalah jalan terbaik bagi hambamu yang selalu terdzolimi ini. Amin Ya Allah.'

__________________________________

Jangan lupa vote dan komennya ya...

Rivan & ZahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang