Gimana? Lu suka gak? Kalau gak suka nanti gue cariin lagi deh kamar buat lu. Kalau perlu gue suruh tukang bangunan datang kesini supaya buat kamar yang khusus buat lu -Boy
===============================
AUTHOR'S POV
"Gimana kalau gue beli rumah sendiri aja, Boy?" Citra menoleh ke arah Boy yang masih sibuk menikmati es krim.
"Emangnya, lo punya uang lebih?" tanya Boy memastikan pertanyaan yang diberikan oleh Citra.
"Yah, cuma sekitar dua puluh lima juta, sih." Citra mengeluh. "Apa gue masih bisa beli rumah dengan uang segitu?" tanyanya lagi.
"Mending lo nyewa aja," saran Boy.
"Oh iya, kalau nyewa rumah per-bulan di sekitar sekolah kita berapa? Di sana kan banyak tuh rumah yang disewakan."
"Kayaknya enam ratus ribu rupiah per-bulan," jawab Boy dengan santainya. Citra terkejut dengan biaya sewa per-bulan tersebut.
"Kok mahal, sih?" protes Citra. Boy langsung tersedak karena ingin tertawa atas protesannya tersebut.
"Aduh!" keluh Boy sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Terserah pemilik rumahnya lah, Cit," ujar Boy.
"Ya udah, deh," pasrah Citra, "Lo mau kan bantuin gue nyari rumah buat disewa?" tanya Citra.
"Pasti. Jangan khawatir," ucap Boy singkat begitupun dengan senyuman yang ditunjukkan kepada Citra.
"Thanks," ucap Citra seraya membalas senyuman tersebut.
Sebenarnya, Citra juga merasa tidak enak jika terus-terusan dibantu oleh orang lain, tetapi bagaimana lagi kalau sekarang, hidup Citra bergantung pada dirinya sendiri.
Melihat Citra memanyunkan bibirnya, Boy pun menjadi tambah kasihan padanya. "Ya udah. Untuk sementara, lo tinggal aja di rumah gue," ucap Boy sambil menatap Citra dengan lama. Begitu juga dengan Citra yang terbelalak mendengar ucapan yang keluar dari mulut Boy.
"Hah?" Mulut Citra menjadi kaku.
"Kenapa?" tanya Boy.
"Di rumah lo? Aduh!" keluh Citra, "Gue gak enak tinggal di rumah temen apalagi cowok," ujar Citra.
"Gak papa. Ayo, ikut gue sekarang ke rumah!" ajak Boy yang langsung saja menggandeng tangan Citra. Buru-buru Citra juga dengan cekat membawa kopernya. Hal tersebut terus berlangsung saat mereka berada di perjalanan sampai mereka berdua tiba di rumah Boy.
***
Sesampainya di rumah Boy....
"Assalamualaikum!" Boy mengucapkan salam terlebih dahulu. "Pak? Richki? Aku pulang!" seru Boy.
Tiba-tiba, pintu pun terbuka dan yang membukanya adalah Richki. Ayahnya pun juga keluar dari ruangan dan berjalan menuju arah pintu.
"Kamu sudah pulang, Nak?" tanya Rey kepada anaknya yang baru pulang dengan membawa seorang perempuan, "Ngomong-ngomong, ini siapa?" tanya Rey untuk kedua kalinya seraya menunjuk ke arah Citra.
"Loh! Ini siapa, Kak? Kok cantik banget?" tanya Richki yang membuat Boy merasa Richki sedang bercanda dalam situasi yang tidak mendukung.
"Heh! Jaga omongan sama mata kamu, ya!" Boy memperingatkan. Citra hanya menunduk mendengar pembicaraan mereka.
"Hmm ... iya-iya." Richki asal menurut kepada Kakaknya itu.
"Ayah? Ini teman aku, namanya Citra." Citra langsung menyalami tangan Rey sambil tersenyum singkat sehingga membuat Rey menjadi bingung. "Dia datang ke sini dengan tujuan untuk tinggal sama kita sampai dia dapat rumah sewa. Boleh kan, Yah?" tanya Boy sambil memohon-mohon kepada Ayahnya itu untuk mengizinkan Citra agar tinggal di rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love Is My Brother✔ [TAHAP REVISI]
Lãng mạn"Izinin gue---" -Citra "Ntah kenapa sekarang gue benci banget sama lo, Cit!" -Boy "Gue bakal ngelakuin apa aja supaya Boy mau balik lagi sama gue" -Tasya "Dia cuek, tapi gue suka" -Fania "Maaf. Saya memang orang yang cuek, tapi diam-diam, saya suka...