"Ngapain aja lo di dalem tadi?" tanya Renjun pada Haechan.
Mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu Haechan sontak terdiam.
Ini. Adalah pertanyaan yang sedari tadi Haechan hindari mati-matian, walaupun dia sendiri tau cepat atau lambat Renjun pasti bakal nanyain perihal itu ke dia.
Dan kayaknya emang sekarang adalah waktunya.
"Gak ngapa-ngapain." jawab Haechan pura-pura gak acuh. Padahal dalem hati, dia udah misuh-misuh pas mengingat kejadian sekitar setengah jam yang lalu.
Haechan sama Renjun emang lagi jalan bersisian sekarang, mereka sama-sama menghadap ke depan. Tapi meskipun begitu, Haechan masih bisa ngerasain tatapan tajam Renjun ke arahnya.
"Jangan boong." Jari telunjuk Renjun mengacung di depan wajah Haechan, ngebuat Haechan mundurin kepalanya dengan wajah bingung.
"Gue nggak boong kok." jawabnya yang langsung dibalas tatapan lebih tajam oleh Renjun.
"Serius?" tanya Renjun.
Haechan mengangguk.
"Terus tadi lo sama Jaemin ngapain dong? Diem aja gitu di dalem sana?"
"Yaa... iya," jawab Haechan, "Mau ngapain lagi emang?"
Sedetik setelah ngomong kayak gitu, Haechan langsung menyesal. Kalimatnya barusan itu pastilah memperbesar rasa curiga bercampur penasaran milik Renjun, karena sekarang sahabatnya itu ngeliatin dia dengan mata menyipit.
"Ikut gue." ujar Renjun sambil narik tangannya Haechan. Sementara Haechan cuma bisa ngikutin langkahnya Renjun yang ngebawa dia ke toilet sekolah terdekat dengan jantung berdebar-debar.
"Lo ciuman sama Jaemin ya?"
Denger pertanyaan itu keluar dari Renjun, ngebuat lidahnya Haechan kelu. "K-kok lo bisa tau sih?!" pekiknya kaget. Untung aja di toilet itu lagi sepi gak ada orang.
"Plis deh, Chann." Renjun mendelik, "Ya gue pasti tau lah!" ujarnya, "Bibir gue juga bentukannya bakal jadi gini kalo abis ciuman sama Jeno! Lo aja yang gak pernah ciuman sama Mark, jadi gak tau rasanya." Renjun menepuk bibir Haechan yang bagian bawahnya emang sedikit membengkak.
"Na Jaemin bangsaaaat!" teriak Haechan kesal.
Renjun tertawa, "Jadi lo beneran ciuman sama Jaemin?" tanyanya, "Gak inget lagi sama Mark?"
"Bukan gak inget, Njun! Emang Jaeminnya aja yang nyosor gue duluan!" jelas Haechan membela diri, "Lagian di dalem tadi kan gelap! Kalo gue tau dia mau nyium gue, pasti dia udah gue tampol duluan!" lanjutnya. "Bibir gue cuma buat Mark Lee! Dan Mark Lee seorang! Gak ada yang lain!"
Lagi-lagi Renjun ketawa, "As I expected from bucin dunia akhiratnya Mark Lee."
Bukannya marah, Haechan malah senyum lebar dikatain 'bucin dunia akhiratnya Mark Lee'. Udah biasa juga sih. Bisa dibilang kalau Haechan itu emang bangga sama titelnya yang seorang bucin.
"Iyalah!" ujar Haechan senang.
Renjun mengangguk-angguk.
Tiba-tiba ekspresi wajahnya Haechan menggelap.
"Njun," panggilnya.
"Hm?"
"Jangan bilang ke Mark ya."
"Apaan?"
"Gue sama Jaemin... ituuuuuu." ujar Haechan dengan bibir mencebik, "Gue takut Mark marah."
"Yaelah. Santai aja sihh. Manusia batu kayak Mark gitu mah gak bakal marah."
Haechan berdecak, "Pokoknya kalo Mark tau hal ini dan marah ke gue, yang pertama bakal gue cari bukan lo," ujarnya, ngebuat Renjun ngernyit bingung, "tapi koleksi boneka Moomin lo."
"Lah? Mau ngapain anjir?" tanya Renjun.
"MAU GUE BAKAR SEMUA!" pekik Haechan sambil ketawa ngakak, yang pada akhirnya mulutnya malah langsung disumpel sama kaos kaki milik Renjun.
▄▄▄▄▄
"Mark, kamu mau es krim rasa apa?"
Yang dipanggil namanya cuma mendongak sekilas dan menatap Haechan sebelum kemudian membali fokus pada handphonenya. "Terserah." jawabnya tak acuh.
"Beneran terserah aku ya?" ujar Haechan, "Jangan protes loh!"
"Iya." jawab Mark.
Haechan tersenyum, setelahnya Haechan berjalan dan mulai mengantri di tempat pemesanan. Sebuah helaan napas pelan meluncur keluar dari bibirnya.
Saat ini Haechan emang lagi ngedate sama Mark, pacarnya, di salah satu kedai es krim di deket sekolah. Tapi seperti biasa, Mark gak menunjukkan ekspresi senang sama sekali. Berbanding terbalik sama Haechan, yang selalu keliatan bahagia tiap jalan sama Mark.
Sebenernya Haechan juga udah biasa sih sama sikapnya Mark yang kayak gitu. Mereka kan emang udah hampir satu tahun pacaran.
Tapi tetep aja. Kadang dia juga ngerasa capek sendiri. Gak heran kalau Renjun ngejulukin Mark itu manusia batu, karena kenyataannya Mark itu emang jarang berekpresi. Ngomong ke pacarnya sendiri aja singkat-singkat banget. Apalagi ke orang lain.
Beberapa kali Haechan juga menemukan dirinya pengen minta putus dari Mark, tapi sayangnya dia gak seberani itu. Haechan takut menyesal, makanya dia selalu berusaha buat mempertahanin hubungannya sama Mark.
Pas Haechan balik ke meja tempat Mark duduk dengan membawa dua cup es krim di kedua genggamannya.
Keningnya berkerut saat melihat Mark ternyata gak lagi sendirian kayak waktu dia tinggalin tadi. Ada seseorang yang duduk di depan Mark.
Mata Haechan menyipit, berusaha memperjelas pengelihatannya sebelum kemudian menyadari kalau sosok yang duduk di depan Mark itu adalah sosok pemuda yang beberapa jam lalu baru aja mencuri ciuman dari bibirnya.
"Anjing!" umpat Haechan lirih sembari mempercepat langkahnya menuju meja yang dituju.
▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄
KAMU SEDANG MEMBACA
Devilish Joy┇jaemhyuck✔
FanfictionHaechan gak menyangka kalau sebuah permainan bodoh bakal membuat dia terus-terusan digangguin sama sosok pemuda menyebalkan bernama Na Jaemin. ⚠Yaoi;bxb!! ⚠non-baku, bahasa campur aduk ⚠swear words! Na Jaemin x Lee Haechan ©-lucidheights, 2018