6

26 3 0
                                    

Plak!

Suara tamparan terdengar nyaring.

Ya, Daniel menampar Sejeong, kekasihnya, di depan Nayoung, selingkuhan Daniel.

Sejeong menitikkan air matanya, sebelum akhirnya menatap Daniel, dan berkata,

"Aku tidak berhutang pejelasan padamu." dan berbalik pergi.

Daniel terkejut dengan apa yang baru saja dia lakukan.

"Sejeong, tunggu, tunggu, maaf, maafkan aku, aku tidak bermaksud menamparmu, dengarkan aku,"

Daniel mencoba meraih tangan Sejeong, namun, Sejeong menghempas tangannya.

"Dengar, aku minta maaf, aku tahu aku salah, Sejeong, please listen to me."

Daniel masih berusaha mengejar Sejeong.

"Aku tidak berhutang penjelasan padamu akan apa yang telah aku lakukan pada wanita itu, dan aku tidak ingin mendengarkan apapun lagi dari dirimu, cukup sampai disini Daniel. Kita sudahi semua."

Sejeong berlari, meninggalkan Daniel.

"Sejeong, tunggu SEJEONG! Shit!" Daniel tidak tahu lagi harus bagaimana. Dia berlutut, di tengah jalan yang ramai, menangis.

"Daniel?" Nayoung menyentuh bahunya yang lebar.

"Lepaskan!" Daniel berkata kasar.

Awal mula cerita bagaimana Sejeong meninggalkan Daniel.

~~~~~~

Tujuh tahun kemudian.

Sejeong berjalan menuju café-nya yang baru dibuka minggu lalu. Senang? Tentu, ini adalah salah satu cita-citanya. Memilki sebuah café. Dan terima kasih kepada seseorang yang membantunya dan mendukungnya.

"Selamat pagi semuanya." Sapanya pada seluruh karyawannya.

"Pagi noona!" ini Seonho, maknae dari seluruh karyawan disini.

"Pagi!" dan ini Jaehwan, sahabatnya sekaligus orang yang diangkat Sejeong menjadi tangan kanannya untuk membantunya mengurus café ini.

"Ah, dimana Yoojung?" tanya Sejeong sambal celingukan melihat karyawannya yang paling mungil.

"Hm, mungkin terselip, coba dicari di belakang." jawaban Jaehwan sukses membuat Sejeong terkiki.

"Terselip, ohmo, Jaehwan ah, kamu sungguh lucu!" Sejeong sampai menitikkan air matanya.

Hari ini, Sejeong akan menghabiskan waktunya di café. Karena memang dia ada waktu.

"Selamat datang."berkali -kali mereka mengucapkannya untuk menyambut para pelanggan.

Hingga akhirnya, tanpa Sejeong sadari, seorang anak kecil, mungkin berusia sekitar tiga tahun, membuka pintu, dan berdiri di depan kasir.

"Hai." sapa si anak kecil, namun Sejeong tidak bisa melihatnya.

Menyadari sesuatu, Sejeong jinjit untuk mengintip ke bawah meja-nya.

"Ao, hai nona kecil, ada yang bisa kubantu?" Sejeong dengan senyumnya yang membuat matanya hilang.

"Saya ingin itu." si anak menunjuk ke sebuah cake dengan hiasan sebuah strawberry diatasnya.

"Ah, ne! Akan saya ambilkan." Sejeong membuka lemari pendingin tersebut dan mengambilnya.

"Dimana ibu mu?" tanya Sejeong sambal meletakkan kue nya ke atas piring dan membawa sang anak ke meja.

"Tidak tahu." jawabnya santai sambil menyendok kue tersebut dan melahapnya.

S T O R YWhere stories live. Discover now