Bab 2

6K 456 8
                                    

Helaan napas gugup berulang kali dikeluarkan oleh Andromeda. Sudah tak terhitung pula dirinya mondar mondir berjalan di depan jendela ruangannya.

Hal itu dia lakukan karena hari ini merupakan hari dimana Bara akan datang ke kantornya guna membicarakan detail bangunan Waller Mall. Awalnya, An bersikap biasa saja dengan pria itu. Namun, kejadian di club dua hari lalu membuatnya terserang kegugupan yang luar biasa.

Setelah menciumnya waktu itu, Bara meninggalkan bekas yang asing untuk An. Apalagi tatapan yang diberikan pria itu setelah ciuman mereka selesai. Begitu dalam dan seakan penuh akan hasrat.

Jam dinding di ruangannya sudah menunjukkan waktu pukul 10.20. Sepuluh menit lagi adalah waktu yang Bara tentukan untuk mendatangi Andromeda guna membicarakan perihal pekerjaan.

An mengambil napas dan menghembuskannya beberapa kali guna menenangkan diri. Setelah merasa agak tenang, dia menduduki kursinya dan meminum teh yang tersedia di mejanya.

Dia memejamkan matanya sejenak, namun kilasan memori malam itu malah menyerangnya lagi.

Sial!

Suara ketukan pintu membuat An membuka kedua matanya.

"Masuk."

Sandra, sang sekretaris memasuki ruangan Andromeda dan segera menghampiri atasannya itu.

"Pak Bara Angkasa sudah datang, Bu." ucap Sandra yang tanpa sadar membuat pacuan jantung An semakin cepat.

"Ok, suruh masuk." balasnya seraya berdiri dan membenahi pakaiannya yang masih terlihat rapi.

An kembali melakukan pernapasan beberapa kali sebelum akhirnya sang tamu masuk.

Bara datang bersama sekretarisnya. Namun, entah kenapa pandangan Andromeda terkunci pada sang pemilik mata berwarna hazel yang tampak luar biasa menawan dengan setelan jas berwarna hitam.

Pandangan pria itu benar-benar mematikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pandangan pria itu benar-benar mematikan.

Dehaman Bara, akhirnya membuat An tersadar dari lamunannya dan membuat dia segera menghampiri tamunya lalu menyalami kedua pria itu.

"Silahkan duduk." ucapnya sambil menunjuk sofa tamu yang berada di tengah ruangan.

"San, tolong bikinkan teh, ya."

"Baik, Bu." balas Sandra sambil berjalan menuju pintu keluar ruangan atasannya.

"Jadi, bangunan seperti apa yang diingankan ?" tanya An dengan pandangan menuju sekretaris Bara. Dia lebih memilih untuk memandang pria itu dari pada atasannya.

"Vian, tolong kasih berkasnya." pinta Bara seraya menyodorkan tangannya guna meminta berkas. Vian segera mengambil map yang berada di tasnya dan meletakkan benda itu di tangan bosnya.

Pada akhirnya, Bara yang menyerahkan map itu kepada An.

Pikiran licik muncul di benak Bara untuk menggoda wanita di hadapannya ini.

My Forever Always - PINDAH KE DREAMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang