Wajah seorang Bara Angkasa Waller yang sedang menduduki kursi utama di ruang rapat nampak serius. Sebagai pemimpin tertinggi, pria itu harus mendengarkan segala laproran dari berbagai program kerja dari para pekerjanya. Ia harus tahu apakah perusahaannya berjalan dengan baik atau tidak.
Direktur keuangan sedang mempresentasikan laporannya di depan sana. Lelaki paruh baya bernama Harun itu kini tampak serius saat menjelaskan segala hal yang bersangkutan dengan pemasukan serta pengeluaran Waller Corp.
Setelah Harun menyelesaikan pemaparannya, pria itu berdiri tegap dan siap menunggu tanggapan dari sang atasan yang meskipun usianya jauh dibawahnya, namun sangat ia hormati itu.
"Kenapa omset mall cabang ketiga kita bisa turun ?" tanya Bara dengan pandangan lurus nan tajam menatap Harun di seberang sana. "Mall pesaing yang letaknya tidak jauh dari kita menghadirkan tenant populer, Pak. Oleh karena itu, pengunjung mall yang tertarik memilih untuk mendatangi mall pesaing dari pada mall milik kita."
"Cari tahu tenant yang lebih tenar dari pada milik mereka. Saya mau tenant itu masuk ke Waller Mall." sahut Bara sambil menautkan kedua tangannya di atas meja.
Harun yang mendengarnya mengangguk lalu berkata, "Baik, Pak Bara. Saya akan segera bergerak dan menawarkan kerja sama."
"Ok. Selanjutnya."
=====
Bara menghempaskan tubuh lelahnya di sandaran kursi dengan sebelah tangan yang melonggarkan ikatan dasinya yang terasa lebih kencang sekarang. Lelaki itu memejamkan matanya seraya memijit pelipisnya pelan.
Rapat besar memang sangat menguras tenaganya. Banyak yang harus diperhatikan dan ditanggapi, belum lagi Bara juga harus memikirkan solusi untuk mengatasi permasalahan yang muncul.
Ting
Sebuah pesan baru saja masuk, membuat Bara merogoh saku jasnya kemudian membuka kedua matanya. Jemarinya bergerak mengaktifkan layar ponsel dan segera membuka pesan itu.
Bara tersenyum senang saat membaca pesan yang dikirim oleh Andromeda barusan. Istrinya mengiriminya sebuah foto Rainer Arkananta Waller, putra pertama mereka yang kini berusia tujuh bulan.
Semangat kerjanya, Pa. Cepat pulang.
Seketika rasa lelah yang Bara rasakan barusan meluap hilang. Pria itu mengusap pelan layar ponselnya yang menampilkan gambar anaknya sambil memasang senyum lembut. Ia lalu mengetikkan balasan pesan yang kemudian dikirimkan kepada istrinya.
Thankyou, baby. Papa will come home soon, love you.
Bara lalu meletakkan kembali ponselnya ke atas meja. Ia kemudian mennghela napas pelan tatkala memandang beberapa berkas yang tertumpuk di pinggir mejanya.
"Well, sepertinya gue harus mengerjakan ini dulu sebelum bisa pulang dan ketemu Rei."
=====
KAMU SEDANG MEMBACA
My Forever Always - PINDAH KE DREAME
Romance#PutraTheSeries #TrioTamvanGendengTheSeries Senyum bahagia seorang Bara Angkasa langsung lenyap saat dirinya menemukan sang kekasih yang ingin dilamarnya sedang meregang nyawa. Kekasih yang sudah dipacarinya selama 6 tahun itu ditemukan terkapar den...