Dwina menatap heran sahabatnya yang terlihat murung. Penuh perhatian, ia memegang tangan Lita hingga membuat sahabatnya terkejut. "Kamu kenapa? Kok diem aja? Biasanya kamu paling girang kalau aku masakin ayam betutu."
Lita mengerjap, dalam hati merasa bersalah. Bagaimana bisa ia memiliki perasaan buruk terhadap sahabatnya. Dengan memaksakan senyum, menjawabnya. "Nggak kok, Na. Biasalah, Prana berulah lagi."
"Ngapain lagi dia? Sekali-kali kasih pelajaran kali, Ta!" ucap Dwina kesal.
Lita tersenyum lalu menggeleng, "Maksa ngajak pulang. Terus malah ketemu Mister Jan. Dia nolongin aku dari si Prana. Terima kasih, Tuhan!"
Dwina menatap sahabatnya sedikit terkejut. "Tadi... Tadi Mister Jan nolongin kamu?" Lita mengangguk ringan dan meminum teh hangatnya. Giliran Dwina yang merasakan hal yang kurang nyaman. Seketika ia menggelengkan kepalanya. Buat apa ia harus memikirkan Bule mesum, playboy kayak gitu?
"Na, aku udah. Piring kotornya besok aja nyucinya, aku capek banget." Dwina terkejut karena sedang melamun saat mendengar sahabatnya berucap. Lita menatap Dwina aneh, lalu gadis itu memilih menuju kamarnya.
***
Di dalam kamar Dwina berbaring sambil memeluk boneka lumba-lumba kesayangannya. Jan menolong sahabatnya dari Prana, sulit dipercaya. Apa Mister Jan punya maksud lain sama Lita? Pikirnya. Jangan sampai Lita terjebak sama Bule itu. Aku lebih setuju kalau Lita sama Thomas. Lelaki ramah dan sopan, seru batinnya.
Jan itu menyebalkan bagi Dwina. Apalagi tatapan matanya seakan sedang menggoda. Membuat gadis itu tidak suka. Dwina bukanlah gadis yang mudah di rayu. Jan bukanlah tipenya meskipun bule. Ia ingin bule yang lebih dewasa agar bisa membimbingnya. Dan itu pasti bukan Jan.
"Aku harus mencari bule dimana lagi ya? Yang sesuai dengan keinginanku," ucap Dwina sambil kening berkerut. Diliriknya jam dinding sudah pukul 22.00 WIB. "Aku harus tidur besok kerja." Dwina menarik selimutnya lebih tinggi. Setiap malam lebih terasa dingin karena rumah kontrakannya dekat dengan laut. Saat matanya terpejam terpampang jelas wajah Jan yang sedang tersenyum. Sontak Dwina membuka matanya kembali. "Kenapa dia? Sungguh menyebalkan!"
***
Lita selesai merapikan seragamnya. Hari ini ia mendapat jam pagi. Itu artinya hampir semua muridnya berjenjang SMA. Lita mengunci pintu rumah dan menatap sekilas jalan yang mengarah ke Villa. Ia mengendikkan bahunya. Lalu senyum genit terulas. "Hihihi...nanti ketemu Mister Thomas godain ah... Dia lucu banget kalau marah gitu, makin sangar...rraawwrrr..."
Lita langsung menghentikan langkahnya saat sadar dirinya belum sarapan. "Astaga! Aku belum sarapan. Duh... ke toko Dwina aja deh, beli roti. Hihihi... bodo amat dia nanti marah gegara aku nggak makan sarapan di rumah."Lita melangkah riang, semalam mencoba mencerna perasaan tak nyaman itu. Lita sadar, terlalu kekanakan jika harus cemburu pada sahabatnya gara-gara Bule incarannya berbicara berdua dengan Dwina. Baru juga sehari ketemu masa iya, ia harus cemburu.
Sebentar lagi ia akan sampai di toko kue dimana sahabatnya bekerja. Dwina tadi berangkat lebih pagi karena ada pesanan. Senyumnya semakin lebar saat beberapa bangku sudah tertata cantik di depan toko kue itu. Melangkah tanpa beban, Lita ingin mengejutkan sahabatnya. Dwina pernah mengeluh jika Lita jarang sekali mengunjunginya di toko kue. Lita hanya berkilah, buat apa ke toko kue jika setiap hari pasti memakan kue buatan sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fly With Love (GOOGLE PLAY BOOK)
Ficção GeralTERSEDIA DALAM BENTUK EBOOK DI GOOGLE PLAY BOOK!! SINOPSIS : Cerita tentang dua sahabat yang memiliki impian yang sama. Memiliki suami yang berasal dari negara asing. Ketika mereka bertemu bule dari Jerman yang bernama Thomas Wagner dan Jan Biedenka...