Kelinci Awan (2)

5.7K 696 180
                                    

Name is a monument to life. From the name, one can find an endless string of stories.

***

Jiang XianLi adalah putra tunggal Sandu Sengshou, amat dimanjakan dan dijaga ketat oleh ayahnya. Dia memiliki wawasan luas dan kemauan keras, beriringan dengan temperamen ringan hasil didikan sang ibu.

Klan Jiang tahu betul, seorang Jiang Cheng adalah tsun. Bermulut pedas dan bertindak garang, namun berhati lembut. Bagi XianLi, ayahnya adalah pahlawan terhebat. Sangat sedikit orang yang benar-benar dihormati oleh Sandu Sengshou tersebut—jadi siapapun yang dihormati sang ayah, Jiang XianLi akan memperlakukannya serupa.

Bergelimang harta dan kasih sayang, serta mendapat hal-hal terbaik dalam hidupnya, hanya ada sedikit yang benar-benar ia hargai. Alat-alat kultivasi maupun panduan praktisi mudah didapatkan. Jiang XianLi juga bukan orang yang tamak dan rakus benda-benda langka.

Tapi apapun sesuatu yang diberi langsung oleh ayah atau 'beberapa orang hebat', akan dijaga dengan nyawa. Contohnya, pedang dan jimat giok merah—pemberian seorang kerabat.

Seseorang yang amat jauh dan begitu dikagumi ayahnya. Seseorang yang berhasil merebut atensi ayahnya, bahkan dari urusan sekte. Seseorang yang selalu membuat ayahnya meledak dalam amarah—yang bercampur kelembutan.

Aneh, ayahnya—Jiang Cheng— seorang pria kompleks dapat dengan mudah dibuat berekspresi begitu banyak. Orang itu bahkan diizinkan memasuki aula leluhur klan Jiang dan berdoa bersama sang ayah.

Jelas saja Jiang XianLi penasaran siapa orang itu.

Ibunya bilang, orang itu bergelar Yiling Laozu—seorang kultivator berbakat yang berkelana untuk menuntaskan kekacauan. Ibunya juga bilang, bahwa jimat giok merah miliknya diberi oleh orang itu.

Jiang XianLi berputar dalam tanya, siapakah gerangan orang yang amat spesial ini? Dia bersusah payah mendapat pelukan dan senyuman sang ayah, namun orang itu dengan mudah mendapatkannya.

Nama orang itu adalah Wei WuXian.

Shixiong Jiang Cheng, malah sudah mirip saudara kandung. Dari beberapa cerita yang ia dengar, pernah terjadi pertikaian hebat antara ayahnya dengan Wei WuXian. Tapi entah kenapa, orang-orang menutup mulut untuk hal itu.

Bahkan saat XianLi menanyakan pada ibunya, wanita lembut itu hanya menjawab, "Apa yang terjadi di masa lalu, biarlah berlalu. Kita tidak bisa menilai seseorang begitu saja karena kita bukanlah dewa."

Ibunya seolah berpesan, jangan pernah membenci si Yiling Laozu ini. Tidak peduli seburuk apapun kelihatannya seseorang, pasti ada alasan tertentu yang tidak dimengerti tiap individu.

Wei WuXian ini pernah dicap sebagai manusia paling jahat sejagat raya, tapi ia tidak peduli. Jiang XianLi juga tidak peduli, sebab orang itu telah menyelamatkan dirinya sekali—saat XianLi diculik untuk tebusan mahal dari Jiang Cheng.

Jiang XianLi adalah bocah dengan pemikiran dewasa, pasti banyak hal yang membuat ayahnya begitu menyayangi dan menghormati Wei WuXian ini. Maka demi meluruskan segala keraguan dan kesalahpahaman di esok hari, Jiang XianLi memaksa sang ayah bercerita tentang pamannya tersebut.

Jiang Cheng tidak menutupi apapun tentang kekejaman hidup yang terjadi pada masa itu, ia tahu betul putranya mampu memilah mana yang benar dan mana yang salah. Mampu berpikir lebih dewasa bahkan lebih dari sang ayah.

Jiang Cheng, di pengujung cerita berpesan, "Jangan pernah membencinya. Aku tidak mengizinkan keturunanku membencinya tanpa alasan kuat. Masa lalu cukup aku dan dia saja."

Kisah di Balik AwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang