--; iya?

560 77 4
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 09:30 a.m. Bel tanda istirahat juga sudah berbunyi.

Siswa-siswi juga sudah berlalu lalang di koridor. Nampaknya mereka ingin menuju kantin.

Nanti sitirahat gue perlu ngomong sama lu.

Kalimat itu terlintas begitu saja, seakan menyuruh Saeron untuk mengingat kejadian tadi pagi.

Haruskah Saeron menemui Jeno? Atau di abaikan saja?

"Ron, kantin kuy" ajak Nancy yang sudah berdiri di samping mejanya.

"Mager"

"Ke kantin anak ipa gimana?" tawar Hina.

"Tambah mager"

"Ga biasanya lo mager ke kantin, apalagi kalo diajak ke kantin ipa" sahut Nancy.

"Ya gimana, gue mager aslian nih"

"Yaudah, gue sama Nancy ke kantin dulu deh" ucap Hina pada Saeron.

"Nit-"

"SAERON!"

"Eh siapa anjir teriak teriak" ucap Nancy yang kaget dengan suara lantang itu.

"Lu punya utang ya?" ledek Hina ke Saeron.

"Ron! Gue perlu ngomong ini cuy" ucap yang barusan teriak di depan kelas.

"Anjay si Jeno rupanya" gumam Hina.

"Yah mampus malah ketemu di kelas kan hggg" gumam Saeron begitu lirih.

"Woi! Pak Chanyeol nyuruh kita ngadain sertifikasi BTA cuy" ucap Jeno.

"Alhamdulillah!" Teriak Nancy begitu girang.

"Anjay gue kira mau ngomong apaan anjir! Ngagetin tau ga!" yang diajak bicara malah marah marah.

"Gimana? Mau diadain kapan ron?" yanya Jeno tanpa memperdulikan kalimat Saeron barusan.

"Hari rabu aja ya, nah besok kita ngebahas dulu sama member gemes yang lain" ucap Saeron yang kemudian di setujui Jeno.

"Siap bosqu" kemudian Jeno melangkah pergi.

"Mampus nambah kerjaan lagi" ucap Hina sambil berjalan menuju pintu kelas.

Diikuti Saeron dan Nancy tentunya.

"Gue ga mau kalo suruh bikin kepanitiaan" ucap Hina lagi.

"Ya kan kita bikinnya rame-rame hin, sama siyeon sama somi juga" ucap Saeron yang kini sudah disebelah Hina.

"Gila ya, kenapa ga mereka aja yang bikin. Kita terus. Bosen gue" oceh Nancy.

"Mana beta tau kan beta tidak tau" ucap Saeron asal.

Setelah mengucapkan itu, kemudian Saeron mendapatkan tatapan sadis dari kedua temannya.

Yang ditatap hanya menunjukkan senyuman khasnya kemudian jalan mendahului mereka berdua.

Sedangkan disudut sekolah yang lain, "Cuy" panggil seseorang.


"Siyeon" panggilan kedua.

Merasa terpanggil, Siyeon pun mencari cari sumber suara tersebut.

"Merinding gue, ada suara gaada wujudnya" gumam Siyeon lirih.

"Gue yang manggil anjir" jawab seorang lelaki yang tangannya sudah menepuk pundak Siyeon. Pelan, namun cukup membuat Siyeon terkejut.

alim? [Dalam Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang