3. A Girl Who Has Secrets

189 74 76
                                    

Pada senja aku mengadu. Mengapa Dia menciptakan gadis semenarik dirimu, dengan mata sesendu itu.

Meskipun dikelilingi gadis - gadis cantik selama hidupnya, Bae Jinyoung tidak pernah sekalipun tertarik pada mereka yang menempel padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Meskipun dikelilingi gadis - gadis cantik selama hidupnya, Bae Jinyoung tidak pernah sekalipun tertarik pada mereka yang menempel padanya. Jinyoung bukanlah tipe laki - laki playboy yang selalu menarik perhatian seperti Jeno. Bukan juga laki - laki super ramah seperti Haechan dan Sanha. Atau seperti Renjun yang selalu menjadi juara kelas setiap angkatan. Ia bukan laki - laki seperti itu.

Ia hanyalah Bae Jinyoung. Laki - laki biasa dengan kepintaran yang juga standar. Polos. Dan tampan. Kata tampan tidak mungkin tidak disematkan pada Bae Jinyoung, 'kan? Mamanya, Bae Irene, punya kecantikan paripurna yang sudah terkenal semenjak Beliau masih sekolah dasar. Pun sang Papa yang punya bibit unggul.

Berteman dengan Haechan, dan Jeno membuat Jinyoung mau tak mau ikut terkenal juga. Kebanyakan gadis yang menyukainya sepakat bahwa kepolosan Jinyoung adalah poin utama dari laki - laki itu. Yah, ketampanannya juga sih.

Akan tetapi, di saat semua gadis memandangnya dengan tatapan kagum dan memuja. Hanya ada satu gadis yang terlihat tidak ramah padanya. Gadis itu selalu sendiri. Entah setiap jam olahraga, setiap jam makan siang, ke perpustakaan, ke koperasi sekolah, ia selalu sendiri. Eh... mengapa Jinyoung tahu semua itu?

Bae Jinyoung menggeleng perlahan lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil mengeluarkan puh pelan dari bibirnya. Jinyoung tidak sepolos itu, kok. Buktinya ia bisa mengartikan perasaan yang muncul pada gadis yang selalu sendirian itu.

Gadis misterius bernama Kwon Eunbin.

⚪⭕⚪

Dua bulan setelahnya.

“Chan, aku mau nanya dong,” ucap Jinyoung sambil menatap Haechan antusias.

“Ya ampun, Baeee. Masih aku-kamuan aja sih lo. Geli nih gue, kita berasa pacaran tahu!” sungut Haechan. Nadanya menggambarkan perasaan antara geli bercampur gemas.

“Yaelah, Chan. Biarin aja si Baejin aku-kamuan. Gak usah maksa lah,” sahut Jeno sambil tertawa.

“Iya nih, Haechan ribet banget.” Jinyoung mendengus.

“Maklum ya, Chan. Jinyoung itu masih kecil, gak pantes pake gue-lo kalau ngomong. Kalau lo mah udah bangkotan!” Jeno kembali menyahut. Ia kemudian tertawa bersama Jinyoung.

“Yaudah sih. Mau nanya apa emang?” tanya Haechan. Ia meletakkan ponselnya di meja, sampingan dengan mangkuk bakso yang sudah kosong.

Jinyoung menyorot Haechan dengan sorot mata berbinar. Haechan mengerut ketika menyadari Jinyoung sesemangat ini.

“Tahu Kwon Eunbin yang itu gak?” pertanyaan itu lolos juga. Bae Jinyoung menunjuk seorang gadis yang makan di kantin pojok, sendirian. Haechan mengikuti jari telunjuk Jinyoung. Gadis itu membelakangi mereka. Haechan meneliti, namun kemudian menggeleng.

Post Pluviam ; K-IdolsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang