01. Pertemuan Sederhana
"Lihat, kita berawal dari pertemuan sederhana. Perkenalan singkat dan obrolan tak bermakna. Tapi ini adalah awal dari kita."
****
Bulan menginjak pada Bulan Mei, yang merupakan pertengahan tahun yang dinanti oleh siswa. Terutama, Raya.Gadis itu duduk di bangku tempat tunggu Bandara Soekarno-Hatta untuk menunggu check in pesawatnya. Sembari ponsel yang ia tempelkan di telinga, matanya sibuk mencari seseorang yang akan menemaninya selama liburan di Bali.
Bodohnya, ia tidak tahu siapa orangnya.
"Astaga, Raya. berarti ini lo sendirian di bandara?"
Raya sempat menjauhkan ponselnya dari telinganya ketika Arra, teman Raya ini memekik tajam. "Iya,"
"Ish," Arra mendecih, "cuek banget, sih. gatau apa gue di sini khawatir sama lo, hah?"
"Percuma lo khawatirin gue kalau gue gak mau dikhawatirin sama lo," balas Raya tajam dan dingin, seperti biasanya.
Di seberang telepon, Raya bisa mendengar bahwa sahabat satu-satunya ini mengehela napasnya dengan kasar. "Emang susah ya ngobrol sama cewek cuek tapi jago bikin cerita."
"Bodo amat. Gue tutup, ya? Mau cari orangnya dulu,"
"Oke. Take care, Raya. nikmatin liburan lo. Jangan lupa oleh-oleh, ya. kirimin gue foto suasana Bali, ya. jangan foto lo juga."
"Bawel." kemudian, Raya menutup sambungan secara sepihak.
Raya menggenggam ponsel dengan kedua tangannya. Matanya terus mencari sosok yang seharusnya sudah berada di sampingnya sejak lima belas menit yang lalu. Sebetulnya ia bukan tipe orang yang khawatir seperti yang ia lakukan sekarang ini. Tapi ini adalah perjalanan jauh. Ke Bali adalah perjalanan pertama Raya. Apalagi menaiki pesawat. Jujur, ia sendiri belum pernah menaiki pesawat.
Namanya Dafina Araya Barsha. Gadis cuek yang pintar menulis cerita seperti yang sudah dikatakan oleh Arra dalam telepon singkat tadi. Perjalanannya ke Bali pun karena ia memenangkan lomba menulis cerpen tingkat provinsi yang hadiahnya liburan ke Bali. Sebenarnya Raya ingin menukarnya dengan uang aja. Tapi tidak bisa.
Jemari Raya terus mengetuk layar ponselnya dengan gugup. Kakinya tidak bisa diam karena takut jika akhirnya ia akan ke Bali sendirian. Tidak lama setelahnya, ada laki-laki yang duduk di sebelahnya dengan napas yang memburu. Ransel hitam yang nampak berisi banyak tersebut langsung ia letakkan di bawah, sementara tubuhnya ia sandarkan ke sandaran bangku tempat tunggu. Raya mengamati setiap gerak-gerik cowok tersebut sembari menatapnya dengan aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kanta
Teen Fiction/kan.ta/ (n) Batas. Namanya Dafina Araya Barsha. Gadis cuek yang ternyata pemenang lomba menulis cerpen tingkat Provinsi. Hadiahnya lumayan. Ia berkesempatan untuk liburan ke Bali bersama pemenang menulis puisi. Maka, perjalanan Raya pun dimulai. T...