Batas ke-03

83 6 0
                                    

3. Ada Seseorang

"Aku tidak tahu sepenting apa rumah bagimu. Tak peduli akan hal itu, yang penting aku terbuka untuk bisa kau anggap rumah. Pulang lah. Kembali padaku."

****

"Gimana?"

"Gimana apanya?"

"Tanah Lot?"

Menikmati cerahnya langit Bali di hari kedua, Arya mengajak Raya ke Tanah Lot, pantai dengan bangunan Pura di sebelah kirinya.

"Jauh, gak?" tanya Raya sembari memasukan ponsel ke dalam tas selempangnya.

"Gak tahu, pakai taksi aja,"

"Serah," balas Raya, kemudian melenggang pergi, kembali meninggalkan Arya seperti biasanya.

Melihat ditinggal oleh Raya, Arya segera menyusulnya. Tapi setengah perjalanan, ponsel Arya berdering dari dalam saku kemejanya. Ia berhenti, lalu memandang perempuan yang sedang ia susul. Raya sama sekali tidak menoleh, padahal Arya tahu Raya tidak tahu jalan.

Nama Lanang tertera di layar ponsel Arya. Arya sempat berdecih sebelum mengangkat telepon dari temannya ini.

"Ha-

"GILA LO!" pekik Lanang, dari seberang telepon. Sontak Arya menjauhkan ponsel dari telinganya. "Lo liburan kagak calling-calling, gela."

"Kenapa lo selalu histeris setiap gue pergi? Takut rindu?"

"IYA, GUE RINDU LO, RESH!" Arya terperanjat kaget ketika suara Lanang berubah menjadi suara Satya, teman Arya juga. "Oleh-oleh ya, Bebeb Aresh. Lo ke Bali, kan? Titip pie susu 5 dus lah. Oke?"

Arya menggelengkan kepalanya, tidak heran dengan sikap kedua sahabatnya. Ia memilih melanjutkan langkahnya untuk menyusul Raya yang kini sudah jauh dari jangkauannya. "Lo tahu gue ke Bali, dikasih tahu siapa?"

"Ya siapa lagi, dong?" balas Lanang dengan nada usil.

"Siapa?"

"Andin."

"Oh,"

Andin juga merupakan sahabat Ararya Byakta Naresh. Berteman sejak kelas dua SD, hingga sekarang menempuh masa masa terkahir SMA. Andin bisa dikatakan teman seperjuangan Arya. Andin bisa juga dikatakan lebih dari sahabat, karna apapun keadaannya, Andin selalu ada di samping Arya. Tidak peduli Arya sedang menginginkan kehadiran Andin atau tidak, Andin selalu ada di sampingnya.

Tapi terkadang Arya tidak sadar akan satu hal. Tidak ada pertemanan antara laki-laki dan perempuan yang murni. Status mereka selalu di ambang pertemanan. Mengaku sahabat diantara keduanya, padahal ada perasaan yang tak tersampaikan dari hati. Entah Arya sengaja tidak tahu atau benar-benar tidak tahu, Andin tidak pernah mempedulikannya. Tugasnya hanya berdiri di samping Arya, kapan pun Arya butuh dirinya.

"Oh, doang, Resh?"

Langkah Arya semakin dekat dengan posisi Raya sekarang. Raya menunggu taksi yang akan membawanya ke Tanah Lot. Tangannya terulur berharap ada taksi yang berhenti untuk memberinya tumpangan. Tapi tidak kunjung dapat. Hingga akhirnya Arya tiba di sebelahnya, Raya diam dan menurunkan tangan. Ia menatap ke bawah, seolah-olah ia malu dengan laki-laki yang ada di sampingnya.

"WOE ARESH!" pekik Satya di seberang telepon. "Lo gak dalam misi pengintaian, kan? Sampe diem segala,"

Iya. Melihat sosok Raya membuatnya bungkam. Apalagi menyamai langkahnya agar berjalan beriringan. Fokusnya hanya ada pada sosok Raya sampai lupa kalau teleponnya belum dimatikan. "Lo kangen gue, kan? Ngaku lo, Bang Sat." jawab Arya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang