"Lo punya adik?" Zea menggelengkan kepalanya.
"Lo punya kakak?" Kali ini Zea menganggukkan kepalanya.
Zea sedang bersama Dhito di perpustakaan, Dhito yang meminta Zea menemuinya di perpus sepulang sekolah. Zea tidak merasa keberatan, karena dia juga dijemput telat hari ini.
"Cowok?" Zea menganggukkan kepalanya lagi.
"Ganteng gak? Gantengan mana sama gue?" Tanya Dhito padanya.
"Ganteng kakak-"
"Ku"
"Hehe"Akhir-akhir ini, Zea dan Dhito dekat, banyak gosip sana sini antara mereka. Tapi pesan Dhito waktu itu membuat Zea percaya bahwa Dhito bisa membenarkan fakta antara mereka.
Dhito entah karena apa, sering meminta Zea menemaninya di perpustakaan. Zea suka membaca, menemani Dhito sambil mrmbaca bukan sebuah masalah, lagipula perpustakaan sekolah mereka memiliki buku-buku yang sangat banyak, ia bisa memilih buku disana. Ketiga kalinya Zea menemani Dhito di perpustakaan, ia hanya ditinggal tidur. Dan Dhito selalu memintanya untuk sekedar menemani, tidak lebih dan tidak ada pemaksaan. Dan itu setiap hari kamis dan jumat saja, hari senin sampai dengan rabu, Dhito cukup sibuk dengan belajar dan latihan basket atau sekedar nongkrong dengan squadnya itu. Zea mau karena itu bisa memberi dia keuntungan, meminta bantuan mengerjakan pr misalnya.
Dhito bukan cowok bodoh, dia hanya akan tidur di perpustakaan setiap jumat, anggap saja kamis adalah bonus karena hari kamis banyak guru-guru killer yang membuatnya lelah mengerjakan tugas gila guru-guru itu.
Dia belajar setiap hari senin sampai rabu sepulang sekolah, setiap selasa dan jumat ia akan mengikuti latihan basket di sebuah taman yang terdapat lapangan basket di dalamnya, letaknya tak jauh dari sekolah.
Sebagian dari kesehariannya ia sendiri yang mengatakan, sebagian lagi, Zea yang mencarinya. Ngestalk sana sini, jadinya ya gitu haha.
Pernah waktu sedang stalking, ada satu foto di tag-tag an instagram Dhito, memperlihatkan foto Dhito dan seorang perempuan berfoto bersama. Tapi saat dibuka akun instagramnya, sudah tidak aktif, dilihat dari terakhir kali akun itu meng-upload foto, itu dua tahun lalu. Dua tahun lalu berarti ketika Dhito SMP. Zea memang penasaran, namun dia belum berhak untuk bertanya, tapi Zea sudah berasumsi bahwa itu adalah orang dimasa lalu Dhito.
"Lo laper gak?" Dhito memecah lamunan Zea, Zea mengangguk.
"Telpon keluarga lo, pulang telat. Lagi makan sama gue" Dhito bangkit dari kursinya menuju pintu perpustakaan disusul Zea.
"Lo udah bilang?" Dhito mryakinkan Zea yang sedari tadi diam saja. Zea menggelengkan kepalanya.
"Gue tadi bilang apa?" Dhito tau, Zea memang sedang badmood-badmoodnya. Dhito tidak mendapat jawaban dari Zea.
Dhito merebut ponsel Zea dan mencari kontak mamanya. Dhito menelpon mama Zea.
"Halo, tante?"
"Ini siapa ya?"
"Ini temennya Zea, Zea mau makan tante, katanya laper"
"Oh dijemput telat ta ini?"
"Gausah tante, biar saya aja yang anter pulang setelah makan"
"Yaudah, jaga Zea ya nak"
"Iya, tan"
"Okee"Dhito menggenggam tangan Zea untuk mempercrpat langkahnya menuju parkiran. Selama perjalanan Zea tidak banyak bicara. Dia sedang mood untuk diam saja, tapi Dhito yang banyak bicara. Kenapa ketika Zea sedang ingin berteriak kesana kemari, Dhito hanya menanggapi dingin. Dan sebaliknya, Dhito lah yang banyak bicara?
Mereka sudah sampai di sebuah warung, Zea bukan tipe cewek yang makan dimana pun bukan sebuah masalah baginya. Asalkan tempatnya bersih dan hemat biaya, walapun orang tuanya tergolong orang mampu, bahkan sangat mampu. Tapi dia tidak meminta banyak, asalkan orang tua nya selalu ada untuk dia itu sudah cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside Your Eyes (PLS JGN DIBACA INI CUMA MENGINGAT MASA2 CRINGE)
Teen FictionKamu huruf A, aku huruf Z. Kamu si huruf A yang pertama di hati huruf Z. -Zearra Zetta Gue orang pertama, lo orang orang terakhir. Orang terakhir di hati orang pertama. -Ardhito Reynaldiansyah