/de.la.pan/

1K 126 12
                                    

/ren.ja.na/

/de.la.pan/

"Pake tubuh lo," jawab Mean dengan santainya.

Kedua mata Plan mengerjap.

Otaknya mencerna kata-kata tidak masuk akal yang baru saja Mean katakan.

"Tubuhku?" ulang Plan.

"Iya."

"KAU PIKIR AKU INI MANUSIA MURAHAN!? JAGA UCAPANMU!" pekik Plan seraya menghampiri Mean dengan alur napas yang semakin cepat.

Mean terkejut melihat Plan yang tiba-tiba marah dan dengan lancangnya melewati garis kesepakatan mereka.

"Lo yang minta cara lain, ya gue kasih. Salah gue apa?" ucap Mean dengan polosnya.

Detak jantung Plan semakin cepat seiring emosinya yang semakin memuncak.

Plan berjalan mendekati Mean yang sedang duduk di tepi tempat tidurnya.

"Kamu pikir aku sudi membayar kemeja murahan itu dengan tubuhku!?" bentak Plan seraya menunjuk Mean tepat di hadapan matanya.

Tidak ada lagi rasa takut, bagi Plan ini sudah keterlaluan.

Mean tidak menjawab sepatah kata pun.

Mean hanya memperhatikan wajah marah Plan dan menatap tepat di pupil mata Plan yang membulat menandakan emosinya yang memuncak.

"Kalau itu kemeja murahan, kenapa lo gak bisa gantiin besok?" balas Mean dengan santainya.

Plan berusaha menormalkan kembali deru napasnya.

"Sabar, Plan. Percuma berdebat dengan manusia serampangan seperti dia," hibur Plan dalam hati.

Plan menghela napas panjang lalu menjawab, "Aku memang tidak bisa menggantinya besok, apa itu berarti kamu bisa merendahkanku semaumu?"

"Kapan gue ngerendahin lo?"

Pertanyaan Mean itu menggagalkan usaha Plan untuk menenangkan dirinya.

Plan memalingkan wajahnya dan menjawab dengan kesal, "Kamu kan yang tadi menyuruhku untuk membayar kemeja itu dengan tubuhku? Atau ada makhluk lain di ruangan ini yang bicara padaku?"

Mean terkekeh pelan.

Plan menggertakan giginya, "kamu pikir ini lucu?"

Mean lalu berdiri tepat di depan Plan.

Mata Mean menyelusuri badan Plan dari atas kepala hingga ujung kakinya layaknya mesin scanner.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Plan mulai takut.

Plan dengan spontan menyilangkan kedua tangannya untuk menutupi badannya seakan mata Mean bisa melihat tembus pandang.

"Jangan-jangan dia penjahat kelamin," pikir Plan yang takut dengan gerak-gerik Mean.

"Lo pikir bayar pake tubuh lo itu maksudnya ngelayanin gue kaya pelacur?" tanya Mean seraya kembali duduk.

Plan menjawab dengan anggukannya.

"Maksud gue tuh lo bayar pake tubuh lo dengan cara jadi babu gue, bukan jadi pelacur gue. Siapa juga yang mau sama badan kurus kaya lo," tutur Mean menjelaskan sekaligus mengejek.

"Hah!?"

"Kenapa lagi? Masih belum ngerti?" desah Mean kesal.

Mulut Plan hanya ber'o' ria, ternyata dirinya salah mengartikan ucapan Mean.

RENJANA /ren.ja.na/ [MEANPLAN LOVE STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang