/du.a.pu.luh.sa.tu/

1K 148 38
                                    

/ren.ja.na/

/du.a.pu.luh.sa.tu/

*Plan's Point of View*

Benar juga apa yang dikatakan Gun dan Title.

Apa yang berubah setelah Mean menyatakan perasaannya?

Bahkan pagi ini bisa-bisanya bersikap biasa saja.

Kau itu belum menanyakan pertanyaan sakral itu padaku!!

Si bodoh itu memang menyebalkan.

Sial, kata-kata Gun dan Title terngiang-ngiang terus di kepalaku.

"Kamu sakit kepala?"

Ah, suara ini.

Dan sejak kapan dia memakai aku-kamu?

Aku mendongak dan wajahnya sungguh berada hanya 10 cm di depan wajahku.

Aku refleks memundurkan kepalaku.

"Kamu kenapa? Sakit kepala? Migrain? Amnesia?" tanya Mean seraya tangannya terangkat mengelus kepalaku.

Deg. Deg. Deg.

Kamu yang amnesia.

Menyatakan perasaan lalu lupa meminta aku jadi kekasihmu.

Dasar.

Aku mendelik sebal ke arahnya.

"Lagi PMS ya?" katanya menggodaku.

Memang bakat alaminya membuatku marah.

"Apa sih!?" kataku tak tahan.

Mean menarik tanganku hingga badanku berdiri tegap di depannya.

"Ayo ikut!" 

"Mau kemana?"

"Ikut aja, jangan bawel!"

Tanpa persetujuan dariku, dia seenaknya menarik tanganku untuk mengikutinya.

Sampailah di parkiran mobil, dia langsung mendorongku untuk masuk ke dalam mobilnya.

Akhirnya aku pasrah.

Menolak Mean bukanlah pilihan yang tepat.

Selang beberapa detik, dia sudah duduk di sampingku.

"Kita mau kemana?" tanyaku lagi.

"Kita ak—"

"Tidak mau. Aku ada kelas satu jam lagi," tolakku telak.

"Kalau kamu mau bohong mikir dulu. Kita kan sekelas dan hari ini sudah tidak ada kelas," sahutnya.

Ah Plan bodoh!

Kami kan satu kelas.

"Pokoknya aku tidak mau!" tolakku bersikeras.

"Padahal aku mau mengajakmu makan ice cream dan macaroon."

Apa??

Aku langsung menoleh ke arahnya.

"Ya sudah kalau kamu tidak mau ikut," kata Mean seraya memajukan badannya ke arahku untuk membukakan pintu mobil.

Dasar picik.

Ice cream dan macaroon adalah kelemahanku.

"Ya sudah aku ikut kalau kamu memaksa!" kataku sambil menepis tangannya yang sudah berhasil menggapai pintu mobil.

Mean kembali duduk tegap.

"Katanya tadi tidak mau."

"Aku hanya kasihan padamu jika harus makan sendiri. Sudahlah jangan banyak bicara. Cepat nyalakan mobilnya!!"

RENJANA /ren.ja.na/ [MEANPLAN LOVE STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang