Penutup

41 2 1
                                    

Keesokan harinya.
Pagi sekali ayah ku membukakan pintu kamar ku.
Ayah ku memperbolehkan ku untuk kerumah kekasih ku itu.
2 teman ku yg semalam menemani ku sudah berada di depan rumah untuk mengantarkan ku ke sana.
Gegas ku mandi dan bersiap.
Masih seolah tak percaya jika berita yg ku dapatkan itu benar adanya.
Ku di giring menuju rumah itu.
Dengan mata bengkak ku kuatkan niat ku . Setiba di sana berdirilah sebuah tenda dan lambang bendera hijau yg menandakan bahwa ada orang yg meninggal.
Masih dengan ketidakpercayaan ku.
Ku masuk menuju rumah itu melewati jalan samping rumah nya.
Setiba ku di pintu rumah, kakak tertuanya kekasih ku itu langsung memeluk ku dan berusaha menyabarkan ku.
Lemas kaki ku saat itu, tak sanggup ku berdiri dan ku di topang oleh kakak menemui ibu kekasih ku itu.
Saat melihat wajah ibu nya, isak tangis semakin dalam pada diri ku.
Peluk erat ibu nya seolah tak lepas dari tubuh kecil ku.
Ku di giring menuju ia yg terbaring tak bernafas di kelilingi banyak orang.
Pingsanlah ku saat itu dalam pelukan ibunya.
Sontak membuat banyak orang syokk melihat tubuh ku sudah terlemah seperti itu.
Hampir 5 menit ku tak sadarkan diri.
.
.
Setelah itu ku terbangun, ku lihat jenazah kekasih ku itu di angkat untuk di mandikan. Tak kuasa air mata ku membasahi pundak ibu kekasih ku itu. Ku lihat bercak darah terlihat jelas di bantal kepalanya. Sontak teriakan ku mengeras melihat itu.
..
. Ibu, kakak dan teman-teman  berusaha menenangkan ku kala itu.
Tak lama setelah itu jenazah nya selesai di mandikan.
Tampak jelas ku lihat wajahnya yg tampan itu sudah tak bernyawa di hadapan ku.
Ingin sekali ku cium dan ku peluk tubuh kaku itu, namun karena ia sudah dalam keadaan suci dan akupun bukan mahramnya aku dilarang.
Yaa hanya sontak tangis yg ada hari itu.
.
.
Setelah dikafankan.
Ia di shalatkan Di masjid.
Dengan tubuh gemetar ku ikut bersama ibunya menuju ke tempat pemakaman. Dengan langkah perlahan dan tubuh yang lemas ku kuatkan untuk menghantarkan nya menuju tempat peristirahatan terakhirnya.
.
Tak sela 15 menit jenazahnya mulai di angkat menuju liang lahat tanah itu.
Isak teriak ku mengeras membuat semua orang tercengang, dan tubuh ku kembali melemah tak sadarkan diri.

Banyak guru dan teman-teman ku yg mengurusi ku disana.
Kembali ku sadarkan diri, dan ku lihat timbunan tanah itu sudah menggunung.
Hanya air mata yg bisa mengartikan betapa terpukulnya aku hari itu.
Rasa tak percaya selalu menerka otak ku.
Seolah itu hanyalah mimpi buruk dikala tidur malam ku.
Namun percaya tidak percaya itulah kenyataan nya.
.
.
Semua orang pulang menuju rumah dan aku juga.
.
Karena keluarga ku tidak mengizinkan aku sendiri takut terjadi sesuatu yg tidak diinginkan, maka teman-teman ku mengajak ku kerumah nya agar aku tidak merasa kesepian.
.
Masih terjadi dengan spontan, air mata ku tak bisa ku sembunyikan.
. Lama ku berdiam melamun apa yang terjadi,.
. 15 menit setelah itu dering ponsel ku berbunyi, ku terima dengan suara terisak-isak. Ku dengar suara wanita yang dengan nada keras saat itu yang mengatakan "karna kamu yupan meninggal, kamu yg menyebabkan yupan meninggal, akan ku beri pelajaran kepada ku fitri, hidup ku tidak akan tenanh, ingat itu".
Air mata ku bercucur dengan keras saat mendengar kalimat itu.
Ku berikan kabar kepada ibu kekasih ku itu atas apa yg ku terima,.

Dengan berat hati segala hal yg terjadi ku terima.
Sempat berpikir ingin bunuh diri. Namun Allah masih menyayangi ku saat itu.
Dan tepat di tanggal 22 desember ia meninggalkan kami semua dengan menyisakan kenangan indah di pagi hari itu yang merupakan hari ibu.
Ia sempat mencium kaki dan meminta maaf ke pada ibunya pagi itu.

Dan masih tersisa membekas hingga detik ini kisah cinta pertama ku yg berakhir di 2 tahun 6 bulan itu.

Tamat

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Allah lebih menyayangi Nya dari pada akuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang