Cinta memarkirkan sepeda nya dan langsung menuju ke kubikelnya. Rutinitasnya setiap pagi di kantor kembali dia lakukan, hanya saja pagi ini dia tidak langsung mengantarkan bekal bos Bian nya, dia menunggu sekertaris bosnya itu datang agar bisa dia titipkan, Cinta sudah memikirkan semua ini semalam. Setelah semalam dia melihat Bain marah, dia tidak lagi mau berhubungan terlalu jauh dengan pria itu. Jika teman, maka ayo lakukan layaknya seorang teman.
Setelah kantor mulai ramai, Cinta menaiki lift untuk keruangan Bian. Disana dia melihat Desi sekertaris Bian yang cantik itu sedang memeriksa beberapa berkas.
"Hai Des," sapa Cinta sambil tersenyum."Eh Cinta, loe mau ketemu pak Bian ya? Pak bos ada sih, tapi lagi ada tamu."
Cinta mengernyit mendengar kata tamu, sepagi ini ada tamu. Siapa?? Pikir Cinta penasaran."Yang gue tau sih, itu mantan tunangan pak bos. Loe mau nunggu atau ntar gue kasih tau kalau wanita itu udah pergi?"
Cinta menggeleng lalu memberikan rantang yang dia bawa."Enggak gue cuma mau nitip ini buat pak Bian. Biasa katring nya pak Bian."
Desi tertawa kecil melihat Cinta."Loe pinter ya cari sampingan, apalagi yang katring pak bos. Pinter banget loe buat pak bos jatuh cinta."
"Apaan sih loe Des,"
"Kan bener gue bilang. Dari makanan itu bisa menimbulkan Cinta, tapi sayang ya Ta." Cinta tidak mengerti apanya yang sayang.
"Sayang pak bos lumpuh, coba kalau enggak. Gue rela bertaruh sama loe. Pasti pak Bain sempurna banget. Mapan, kaya raya, ganteng, pinter lagi."
Cinta menggelengkan kepalanya melihat Desi."Gak ada manusia yang sempurna Des, lagi kalau loe cinta sama seseorang itu gak melihat kesempurnaannya. Malah terkadang kekurangan seseorang itulah yang membuat kita semakin mencintainya."
Cinta tersenyum manis, perkataan Cinta barusan dapat didengar Bian dan wanita cantik disebelahnya. Bian sengaja tidak langsung keluar setelah mendengar suara Cinta."Oke deh, gue balik kerja ya. Jangan lupa titip sama pak bos."
"Okay,* jawab Desi semangat.
****
Jam kantor yang melelahkan karena hari ini begitu banyak yang harus dikerjakan Cinta. Dia bahkan tidak istirahat makan siang karena harus menyelesaikan pekerjaannya, dan itu membuat Bian kesal. Bekal makan nya dititipkan, dan yang membuat Bian kesal bahkan Cinta tidak keruangannya saat jam istirahat seperti sebelumnya.
Saat Bian mengecek cctv ruangan Cinta, ternyata wanita itu tidak keluar dari kubikelnya sedari tadi.
Ini sudah jam tiga sore, tapi Cinta tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Bahkan sekedar membuat kopi atau teh seperti yang biasa karyawan lakukan jika mereka butuh sesuatu untuk membuat mereka rileks lagi untuk bekerja. Cinta juga tidak ke toilet, Bian tahu hal itu karena sedari siang hingga sore ini Bian terus memperhatikan Cinta melalui cctv. Karena sudah tidak tahan melihat wanita yang dia cintai terus bekerja seperti itu, Bain memutuskan keluar dan menemui Cinta dikubikelnya. Dia tidak perduli apa tanggapan orang-orang dikantor nanti tentangnya dan Cinta.***
Cinta yang merasa ruangan sekitarnya berhenti berisik merasa heran dan dia melihat kearah belakangnya lalu terkejut, wajah pria yang memotivasinya kerja rodi hari ini ada disana. Dia mencoba tersenyum sopan tapi gagal, karena Cinta terintimidasi dengan tatapan Bian.
"Maaf ada yang bisa saya bantu pak?""Apa kamu mau membuat nama baik perusahaan saya hancur karena membiarkan salah satu karyawannya tidak makan siang demi mengerjakan pekerjaan kantor?"
Cinta melotot tak percaya dengan apa yang Bian katakan."Ikut keruangan saya sekarang." Bian membalikkan kursi rodanya, beberapa pasang mata melihat interaksinya dan juga Cinta yang terlihat menyedihkan saat ini.
"Tapi pak, pekerjaan saya masih banyak."
Cinta berusaha menolak, dia tidak mau lagi berurusan dengan Bian jika tidak ada hubungannya dengan pekerjaan."Bukan hanya kamu yang ada di divisi ini, dan saya adalah bos nya. Lakukan apa yang saya katakan."
"Karena anda bos, seharusnya anda mendukung apa yang saya kerjakan pak. Saya hanya mencoba yang terbaik untuk perusahaan ini, dan ini tugas saya. Jadi saya lah yang harus menyelesaikannya."
Nafas Cinta memburu menjelaskan hal itu kepada Bian, Bian membalikkan tubuhnya tapi tidak menggeser kursi rodanya."Kamu bilang apa? Mendukung? Kamu melupakan makan mu, dan kamu bilang mendukung. Kamu tidak tahu bagaimana saya khawatir kalau kamu sampai kelelahan dan berakhir dirumah sakit lagi?"
Pertengkaran mereka mulai membuat seluruh karyawan terusik dan makin penasaran. Sekarang jelas kalau Cinta dan Bian memang memiliki hubungan khusus."Saya tahu kondisi tubuh saya pak Bian, saya juga tidak merasakan lapar. Jika saya lapar pasti saya akan makan. Terimakasih atas perhatian bapak,"
"Cinta ikut saya sekarang !"
"Tapi pak sa-ya,.."
"Saya bilang ikut saya." Cinta terdiam dengan bentakan Bian itu, jelas terlihat kalau Bian marah saat ini. Tapi kemudian Bian membalik kursi rodanya, dia mendekati Cinta yang terdiam dikursinya.
Diraihnya tangan Cinta dan mengusapnya lembut, menatap wajah Cinta yang masih diam membisu."Pak ini kantor."
"Saya tahu. Dan biarkan mereka tahu kalau kamu sangat berarti bagi saya, karena itulah kenyataannya."
Cinta mendongak melihat wajah Bian, tatapan mata mereka bertemu."Maafkan kesalahan saya semalam, saya hanya tidak suka dengan apa yang saya lihat dan juga kecewa pada diri saya sendiri."
Cinta masih diam, hatinya menghangat mendengar ini semua. Dan ya ampun, Bian sangat manis saat ini. Dia merasa dilamar dikantor dengan semua mata yang diam-diam melihat mereka."Sekarang ikut saya ya."
Cinta hanya diam, tapi saat Bian menarik tangannya untuk mengikutinya Cinta bangkit dan mengikuti Bian.
Apa semudah ini hatinya luluh oleh Bian? Kenapa pria ini sulit sekali ditebak? Kenapa juga hatinya menghangat hanya dengan kata maaf Bian?Cinta sangat lemah dengan pria ini, dan itu membuat dia merasa sangat bodoh.
Bersambung...
Ditunggu vote dan koment nya ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
'LOVE' {TERBIT}
Lãng mạnNb : ada baiknya kalian follow akun saya terlebih dahulu sebelum membaca ya... 🙏🙏🙏 Pertamakali melihatnya aku terpesona. Kedua kali aku menatap bola mata indah itu aku tahu aku jatuh cinta. Pada dia yang menarik aku dari pusat tempat ku berpijak...