The Other Side of Him

4.3K 887 119
                                    

Seokjin pertama kali bertemu Namjoon ketika dia masih di taman kanak-kanak. Namjoon adalah si anak pendiam namun sangat pintar yang membantu Seokjin di tugas origami pertamanya.

Kala itu Seokjin merasa bahwa dia telah menemukan teman yang akan terus bersama dengannya. Seokjin selalu berada di sekitar Namjoon dengan tujuan agar Namjoon mengingat Seokjin dan akhirnya mau berteman dengannya.

Seokjin rasa cara itu berhasil karena Namjoon mulai menganggapnya sebagai teman. Mereka selalu bersama bahkan hingga mereka dewasa dan duduk di bangku universitas. Selama mereka berteman, Seokjin selalu merasa dia tahu segalanya tentang Namjoon.

Namjoon adalah teman terbaiknya. Namjoon selalu berada di sisinya dan membantunya, Namjoon adalah sosok paling berarti dan paling penting dalam hidup Seokjin setelah keluarganya.

Namun kali ini Seokjin menemukan satu fakta yang membuatnya mempertanyakan dirinya sendiri sebagai 'sahabat baik' Namjoon.

.
.
.

Seokjin berdiri di depan gerbang rumahnya untuk menunggu Namjoon datang. Mobil Seokjin sudah selesai diperbaiki dan dia bermaksud untuk mengambilnya ke bengkel. Seokjin akui dia tidak bisa menghilangkan bayangan dari apa yang dilihatnya semalam. Bahkan semalam saat Hoseok mengantarnya pulang, Seokjin tidak bersuara sedikitpun. Seokjin tidak tahu apa Hoseok akan merasa curiga atau tidak, tapi saat ini Seokjin rasa itu tidak penting.

Seokjin tahu Namjoon sangat terkenal di fakultasnya. Namjoon memiliki music sense yang terlampau bagus dan beberapa demonya selalu mendapat pujian dari dosen. Namjoon juga tinggi, tubuhnya tegap dan bagus efek dari klub taekwondo yang diikutinya.

Bisa dibilang Namjoon nyaris tanpa cela, dan karena itu bagi Seokjin tidak aneh Namjoon sering berada di sekitarnya dengan kekasih yang berganti-ganti.

Akan tetapi Seokjin tidak pernah melihat Namjoon berkencan dengan pria. Seokjin belum pernah berkencan selama ini dan dia tidak memahami esensi dari berkencan dan apa keuntungan yang akan dia dapatkan.

Seokjin merasa dia sudah bahagia dengan hidupnya sekarang. Dia memiliki keluarganya yang memperhatikannya, adik perempuan sebagai teman bicara dan juga teman berbelanja, serta Namjoon sebagai seseorang yang hampir selalu berada di sampingnya.

Seokjin rasa dia tidak masalah tidak memiliki kekasih ataupun teman kencan. Seokjin rasa dia sudah memiliki segalanya.

Lagipula Seokjin rasa cinta bukan sesuatu yang harus dikejar dengan terburu-buru. Seokjin menundukkan kepalanya namun dia segera mengangkatnya lagi saat mendengar deru halus suara mesin motor yang mendekat. Seokjin melihat sebuah motor sport berwarna hitam kelam lengkap dengan Namjoon di atasnya yang menuju ke arahnya dan akhirnya berhenti di depan Seokjin.

Namjoon membuka kaca helm full-facenya untuk menatap Seokjin, "Hei, menunggu lama?"

Seokjin menggeleng, "Tidak," Seokjin memiringkan kepalanya, "Tidak biasanya kau agak terlambat, Joon. Kau terlambat bangun?" tanya Seokjin karena biasanya Seokjin tidak perlu menunggu Namjoon datang di depan rumahnya seperti ini, Namjoon selalu tepat waktu.

Namjoon meraih helm lainnya yang dia tempatkan di belakangnya. "Ayo, kita harus bergegas atau kita akan terlambat ke kelas." ujarnya, mengabaikan pertanyaan Seokjin.

Seokjin mendengus kesal tapi dia tetap menyambar helm yang diberikan Namjoon dan bergerak naik ke motor Namjoon. Seokjin bergerak untuk berpegangan di pakaian Namjoon seperti biasa kemudian dia tertegun.

[1] The Beginning of The RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang