Confront

4K 849 123
                                    

Seokjin memukulkan kepalan tangannya ke roda kemudi dengan kesal. Dia tidak menyangka Namjoon akan benar-benar meninggalkannya begitu saja tanpa memberi kejelasan apapun terkait 'kekasih' barunya.

Sial, Seokjin ini teman baiknya! Bagaimana mungkin Namjoon berani menunjukkan punggungnya pada Seokjin?! Seokjin ini teman baiknya bahkan sebelum dia dan Namjoon mengerti apa itu arti kata 'teman'!

Seokjin menarik napas dalam dan menghembuskannya kasar lalu membawa mobilnya masuk ke halaman rumahnya. Setelah memarkirkan mobilnya, Seokjin segera berlari masuk tanpa mempedulikan suara langkahnya yang berisik dan berdebum.

Dia bergegas naik ke lantai dua menuju kamarnya kemudian membanting pintunya agar menutup. Seokjin tidak tahu kenapa tapi dia merasa benar-benar kesal sekarang.

Namjoon tidak seharusnya mengabaikannya seperti itu.

Seokjin meraih salah satu plushies yang berada di atas tempat tidurnya kemudian meremas-remasnya dengan gemas. Disaat dia sedang berlaku 'anarkis' pada salah satu bonekanya, pintu kamarnya diketuk dari luar.

"Siapa?" seru Seokjin tanpa sadar menggunakan nada marahnya.

"Oppa! Kau ini kenapa sih? Kenapa berlari-lari seperti itu?! Berisik!" seru seseorang di balik pintu.

Seokjin menghela napas saat mengenali siapa yang baru saja berteriak dari depan pintu, itu Jisoo, adiknya. "Berisik, Jisoo! Aku tidak ada mood untuk bertengkar denganmu."

Terdapat jeda selama tiga detik sampai kemudian pintu kamar Seokjin terbuka dengan Jisoo di baliknya yang memasang wajah kesal. "Siapa yang mengajakmu bertengkar?! Kau kenapa sih?!"

Seokjin memalingkan pandangannya dan tidak mau menatap adiknya. Mereka berdua dikenal sebagai pasangan kakak-adik yang terlampau dekat hingga sering dikira 'kembar'. Seokjin selalu menyukai anggapan itu karena artinya dia terlihat lebih muda, sementara Jisoo selalu marah karena sesungguhnya dia dan Seokjin berbeda tiga tahun.

"Kenapa, Oppa? Seseorang menginjak ekormu? Kenapa begitu moody?" ujar Jisoo seraya berjalan menghampiri Seokjin dengan berkacak pinggang.

Seokjin mendengus, "Ekor apa?! Aku hanya sedang kesal."

Jisoo menghela napas pelan, dia bergerak duduk di sebelah Seokjin. "Kenapa?"

Seokjin meremas-remas bonekanya lagi kemudian meraung frustasi. "Ini semua salah Namjoon!"

Jisoo mengerutkan dahinya, "Hah? Apa yang dilakukan Namjoon oppa?"

Seokjin menoleh ke arah Jisoo dengan mata berapi-api, dia menarik napas dalam untuk bersiap memuntahkan kekesalannya pada Namjoon ke adiknya. "Dia berani meninggalkanku, Jisoo!"

Jisoo mengerjap, "Meninggalkanmu? Maksudnya kalian putus?"

Seokjin mengerutkan dahinya, "Apa? Putus apa? Maksudku dia meninggalkanku pada saat aku bicara dengannya!" Seokjin berdecak, "Hubungan pertemanan mana bisa diputuskan begitu saja, kau ini bodoh ya."

Jisoo melirik kakaknya dengan malas, "Haish, si bodoh satu ini." gumam Jisoo kemudian dia mengangkat kakinya menjadi bersila dan memutar duduknya agar menghadap Seokjin. "Ceritakan dari awal, aku tidak mengerti."

Seokjin menarik napas dalam, dia melempar bonekanya kemudian memutar duduknya agar menghadap Jisoo. "Jadi.. Namjoon punya kekasih baru." Seokjin melirik Jisoo ragu-ragu, "Kekasihnya itu.. pria." Seokjin menunggu reaksi kaget Jisoo entah teriakan atau lainnya tapi Jisoo hanya diam.

Jisoo mengangkat sebelah alisnya karena kakaknya tidak melanjutkan, "Lalu?"

"Kenapa kau tidak terkejut?!" raung Seokjin.

[1] The Beginning of The RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang