🌻"Aku kuat,aku tegar,aku disegani banyak orang, dan itu hanya aku yang kelihatan, didalam kau tak akan sangka betapa rapuhnya aku"🌻
🌻🌻🌻
Axel melajukan kencang motornya ditengah kepadatan ibu kota, tak menghiraukan caci maki dari pengendara lainnya
Hanya butuh beberapa menit hingga Axel tiba di area balapan yang tadi dikirim Bimo padanya
"Gue kira lo ga bakal datang, lo udah telat 15 menit" Kata Bimo dengan gadis cantik berpakaian minim menggandeng ganas tangannya
Axel melirik sekilas, mengabaikan kedipan genit perempuan yang dibawa Bimo itu, ia tak tertarik
"Hmm" Katanya singkat mengalihkan pandangannya, lalu menatap lalu lalang orang orang di area balapan itu
Bimo mendecak "Come On lah Xel, gausah serius banget, lo bisa senang senang disini, Ayolah" kata Bimo heran sendiri melihat sahabatnya yang satu ini, padahal ia hanya tinggal memilih wanita-wanita cantik disini, sekali kedip saja mungkin Axel sudah dikelilingi wanita cantik berbody aduhai
"Gue gak tertarik" katanya tajam seolah mengultimatum bahwa dirinya tak mau dipaksa
"Mana lawan gue" lanjut Axel, jengah mendengar ocehan Bimo dari tadi
Bimo menghela nafasnya kesal, ia sudah menebak jawaban sahabatnya itu, seperti biasa, tak tertarik.
Dengan malas Bimo menunjuk kesalah satu pembalap yang dikelilingi wanita-wanita cantik
Mata Axel menyipit, lalu menggangguk pelan setelahnya, ia sangat mengenal lawannya itu, Steven Anggara dari SMA Garuda, ia selalu kalah bila balapan dengan Axel, tapi sepertinya lawannya ini memiliki cukup banyak nyali untuk menantang Axel kembali diarena balapan
"Balapan akan dimulai" intruksi kang Andi
Suara deru motor mendominasi area itu, para pembalam sudah stanbay dengan motornya
"Siap!!" teriak seorang perempuan dengan sebuah bendera ditangannya
"1"
"2"
"3"Pada teriakan ketiga, kedua pengendara itu memacu motornya dengan kecepatan maksimum, membelah jalanaan yang hanya diisi mereka berdua, setelah adegan salip menyalip, Axel berhasil meraih garis finish terlebih dahulu, diikuti Steven yang tertinggal agak jauh
Axel sudah menduga, Steven bukan lah tandingannya, Axel membuka helm full facenya tersenyum miring sekilas kearah lawannya, lalu kembali melaju kencang meninggalkan area balapan, urusan penerimaan hadiah sudah di limpahkannya pada Bimo, ia tau sahabatnya itu pasti bisa diandalkan
🌻🌻🌻
Jam menunjukkan pukul 3 subuh saat Axel tiba di depan rumah luas bak Istana, ditatapnya sebentar rumah itu, dulu Axel akan selalu rindu untuk pulang, tapi sekarang rumah itu layaknya neraka bagi Axel
Ia mengenyahkan jauh jauh bayangan itu, lalu melangkah masuk menuju kamarnya, sebelum sebuah suara, ralat lebih tepatnya teriak memanggil namanya
"Axel!!"
Axel sangat mengenal suara itu, tapi ia tetap berjalan lurus, mengacuhkan orang yang memanggilnya itu
"Axel, sekali lagi Papa panggil!'' Bentaknya marah, karna panggilannya tak dihiraukan
"Apa?" kata Axel tajam, menghentikan langkahnya, tanpa berbalik menatap pria yang dulu ia sebut Papa itu, garis bawahi DULU
"Dasar anak kurang ajar" kata Papanya marah
Rahangnya Axel mengeras, mukanya sudah merah padam, tapi sebisanya ia menyembunyikan emosi yang sudah disimpannya sendiri dari lama agar tak meluap
"Cepat saya tidak punya banyak waktu berurusan dengan Anda" Katanya tajam
" Siapa yang mengajari kamu seperti ini Axel!" bentaknya marah, lagi lagi anaknya yang satu ini selalu berhasil mulus memancing emosinya
"Anda yang membuat saya seperti ini! Kemana Anda saat Tania sekarat, kemana Anda saat Mama depresi karena kehilangan anaknya, apa Anda peduli, HAHAHA bahkan anda bersenang senang dengan si jalang itu tanpa memperdulikan kami!!" kini Axel sudah berbalikk dengan muka merah dan rahang mengeras, ia sudah tidak bisa menahan isi hatinya lagi, tak perduli lawan bicaranya adalah Papa nya sendiri
"Axel, kita sudah bicarakan tentang hal ini, Papa.."
"Papa, HAHAHA bahkan anda gak pantas untuk ucapan mulia itu!" potongnya cepat, dengan tawa sinis diwajahnya
Plakkk...
Emosi lelaki tua itu sudah dipuncak, tak bisa ia menahannya lagi.
Axel yang mendapatkan tamparan maut itu hanya diam menatap dingin orang didepannya, ada yang terluka darinya, bukan fisiknya, tapi hatinya.
🌻🌻🌻
Sekarang Axel sudah berada dikamarnya, Ia hanya menatap kosong jendela yang menampilkan pemandangan malam perumahan elit yang tampak sepi itu.
"Mama Axel kangen" lirihnya perih
Sekarang dia kembali sendiri, menghadapi perihnya kenyataan, tanpa ada siapapun disampingnya,
Terkadang Axel berfikir begitu hina kah dia hingga adik dan mamanya meninggalkan nya, di tambah lagi sosok yang selama ini di banggaan malah menjadi penyebab Axel kehilangan segalanya. Adiknya meninggal karena mengidap Leukimia, Mamanya depresi karena kehilangan anaknya ditambah lagi fakta Papanya yang selingkuh dan memiliki anak lain, Mamanya pun memutuskan pergi, ntah dimana beliau sekarang, apakah ia masih menginjak bumi yang sama dengan Axel, atau sudah menjadi salah satu bintang diatas sana, mengigat itu semua membuat luka lama itu kembali menganga, setetes air mata membasahi wajah tampan itu, Axel rapuh, ia bahkan tak memiliki alasan untuk bertahan lagi, ia hanya menutupi segalanya dibalik topeng kekerasan yang menjadikannya manusia kejam tanpa hati. Axel melipat tangannya diatas meja yang berada disebelah jendela, menutup matanya mencoba melupakan apa yang terjadi hari ini, ia pun tertidur ditemani mimpi yang tentunya lebih baik dari kehidupan nyatanya yang hancur.
🌻🌻🌻
Hai Welcome back hehe, Jangan lupa Vote dan Komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Stay
Fiksi RemajaSaat hatimu bertemu dengan hati beku yang sudah lama tak tersentuh, ingin menjauh tapi sudah terlanjur jatuh. Begitulah yang dirasakan Kasela Agatha saat ini, semua bermula saat gadis ceria berparas cantik itu bertemu dengan Axel Zeno Dinarta...