part...four

3 2 0
                                    


*************

Menjelang pagi tiba, veonka menggeliat karena terusik dengan mentari pagi.

Ia terbangun dan mencoba mengumpulkan nyawanya, ia mengernyit bingung kemudian ia tersadar bahwa ia ketiduran dibalkon.

Ia pun memutuskan untuk mandi walaupun tulang tulangnya seakan hancur karna tidur di lantai balkon.

Setelah semua selesai veonka bergegas turun dan menuju ketempat dimana ia menuntut ilmu.

Kosong...

Itu yang menggambarkan meja makan saat veonka menuruni anak tangga.

Ia memutar memory indahnya dulu saat ia disambut hangat oleh mama dan papa nya di meja makan, bahkan veonka sangat ingat apa yang selalu diucapkan mamanya.

"Veonka makan nya yang banyak ya sayang biar cepet besar"ucap sang mama pada gadis berusia 8 tahun.

"Huft....gak ma yang ada nanti veo gemuk, veo gak mau punya perut buncit, trus pipi kayak bak pao."

"Lagi pada ngomongin apa nih, kayaknya asik sampai papa turun tangga gak disambut."

"Itu pa....masak mama suruh veo makan banyak...nanti kalau veo gemuk gimana?"

"Bagus dong kalau gitu....jadikan keliatan kalau mama kamu tuh ngasih makan veo." Goda papa veo sembari menoel pipi veo dengan gemas karena veo yang mendengus kesal.

Semua hanya tinggal kenangan semata, ibu tirinya sekarang tak pernah memperdulikan veonka, setiap hari veonka selalu sarapan disekolah terkadang ia menggerutu dengan sifat ibu tirinya itu. Bagamana tidak? Jika setiap hari ibu tirinya itu selalu memasak hanya untuk papanya dan kakak tirinya.

Veonka pun melangkah lesu keluar dari rumahnya. Saat ini perutnya sungguh membutuhkan asupan makanan karena sejak kemarin pagi veonka belum menyentuh makanan sama sekali. Rasanya ia ingin sekali berteriak dengan takdirnya yang seperti ini.

Veonka berjalan menuju tukang ojek yang menjadi langganan veo saat ingin berangkat sekolah.

"Eh ....pagi neng, mau berangkat sekolah ya?"
Veonka hanya mengangguk sebagai balasannya. Dan melesat menaiki tukang ojek yang menjadi langganan nya.

"Eh...mang agus berhenti di perempatan aja."ucap veonka pada tukang ojek -mang agus

"Iya neng."
"Nih mang ongkosnya, makasih ya mang."ucap veonka.
"Sip dah neng , semangat belajarnya ya neng." Yang mendapat anggukan dari veonka.

Veonka sengaja berhenti diperempatan yang tak jauh dari sekolah karna ia ingin berjalan kaki sekalian meregangkan otot kakinya.

Pluk...

Veonka mengusap kepalanya, karna seseorang telah melemparinya dengan permen.
Ia pun mencari dalangnya, sembari mengusap kepala nya ia memutar tubuh nya kearah belakang.

"Hei upil kebo..." ucap seseorang dibelakangnya yang menampilkan cengengesannya.
Veo hanya mendengus kesal pasalnya yang menyapanya ialah sahabat tergilanya.

"Ngapain lu kutil ayam cengengesan kek gitu....jan bilang lo ya yang nimpuk gue pake nih permen" ujar veonka menajam kan matanya.
"Hehe....selow e...lah, nih gue bawa bekal dari bunda, lo belum sarapan kan?"tanyanya.

"Wah...bunda pengertian banget sa..."belum veonka meneruskan ucapannya sudah dipotong terlebih dahulu.
" salam cup-cup buat bunda tersayang."ucap sahabat veonka menirukan gayanya.
Veonka hanya menampilkan deretan gigi putihnya.

"Bunda doang nih yang dapet salam cup-cup?, kan gue juga yang nganter tuh bekal selamat sampai tujuan."

"Iyadeh makasih ya SEKAR ANECTH DJANDRA sahabat. paling. gila."ucap veonka penuh penekanan, setelah itu berlari menuju kearah gerbang sebelum mendapat amukan dadakan dari sahabatnya itu.

"Ish....DASAR UPIL KEBO." teriak sekar tanpa sadar mengundang tatapan aneh dari orang yang berada di sekitarnya, tak ingin menambah malu ia pun menyusul veonka.

***

"Eh dev lo kemaren ngapain aja ama tuh cewek?" Tanya andreo sembari mengepulkan asap rokok diudara.

"Hah?!?! Cewek yang mana nih....weittsss lo bisa naksir cewek juga ya dev, gue kira kagak." Timbrung seseorang menepuk bahu davan.

"Ckck... lo kira gue homo, gak ada kerjaan lain apa lo sat."ucap devan pada orang itu - satria.

Devan dan andreo saat ini tengah duduk manis (engga manis-manis juga sih) di warung langganan mereka, setiap pagi mereka selalu berkumpul di warung itu sekedar untuk berangkat sekolah bersama.

"Eh ngomong-ngomong sat, lo kagak ada job entar malem?" Ucap andreo.

"Pengennya sih ada tapi gak tau juga bos tua belom ngabari gue soalnya. Lo berdua kagak berangkat sekolah? Udah jam 8 nyet."ucap satria menyeruput kopinya.

"Nunggu anak siput belom nongol-nongol."

Pletakkk.....

"Siapa yang lo katain anak siput? Hah!?" Ucap alfin yang sudah datang.
"Elah lo mah, dateng-dateng udah nganiaya anak orang lo, sakit hati dedek bang." Ujar andreo melebih lebihkan.
"Jijik gue bego."

"Udah gih lo pada berangkat sonoh, belajar yang pinter, maksut gue belajar nakhlukin cewek...biar lo pada kagak terkena virus homo...tiap hari nongkrong kagak ada kerjaan lain apa."ucap satria.

"Diem elah zigot tua ...lo kagak ngaca apa? Kan lo juga ikut nongki alias nongkrong."tegas andreo

"Udah gih berantem mulu kayak romeo and juliet, kapan berangkatnya nih kalau lo pada berantem."lerai devan.

Pletakk....

"Eh kutu kampret sejak kapan romeo and juliet suka berantem?!?! Yang ada malah dunia berasa milik mereka berdua yang lain mah ngontrak." Tukas satria.

"Pada waras dikit napa...buruan telat nih dasar lelet."ucap alfin berjalan menuju motornya.

"Lah?!?! Kan dari tadi kita nunggu tuh anak ....ngapain tuh anak jadi ngatain kita yang lelet." Ujar andreo.
Devan dan satria hanya menggelengkan kepala mereka, bukan karena setuju dengan ucapan andreo melainkan meng-istighfar kan serta mengagumi persahabatan yang mereka jalani ini. Terkadang mereka merasa aneh dengan persahabatan yang mereka jalani, namun bukan kah itu yang membuat persahabatan mereka menjadi semakin dekat?!. Sahabat itu adalah orang gila ....kenapa gila? ....karena dia mau sahabat dengan kita, dan mau berjuang melewati susah senang hidup ini.

"Bro duluan ya..." ucap devan pada satria sembari berjotos ala mereka yang diikuti andreo setelahnya.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading :v

DeVkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang