Setibanya mereka bertiga di depan gerbang belakang sekolah. mereka pun memarkirkan motor mereka tepat didepan pintu gerbang sekolah yang sudah terkunci rapat oleh gembok pagar. Mereka memilih gerbang belakang karna tidak ada yang menjaga disana, hanya satpam keliling saja yang sekedar mengecek.
Andreo turun dari motornya dan melepas helm yang melekat di kepalanya lalu bersiul tanpa sesuai nada serta sangat sumbang jika didengar menggunakan telinga telanjang .
"Darling....nya akuh....bukain gerbang dong..."teriak andreo.
Tak lama muncul seorang siswi dengan penampilan yang terlihat nyentrik dari rambut yang ia kepang dua dengan hiasan pita pink yang mencolok serta dandanan yang melebihi topeng monyet serta kaos kaki dan sepatu berwarna senada dengan pitanya.
"Akhirnya kamu dateng bebeb, kamu mah lama, aku nunggu in kamu sampe lumutan, apalagi kulitku yang terkena matahari." Keluh siswi itu sembari membuka gerbang dengan kunci entah ia dapat darimana .
Andreo yang mendengar keluhan siswi itu hanya melengos menaiki motornya kembali, setelah gerbang terbuka lebar barulah devan dan temannya masuk ke area sekolah namun Andreo menghentikan motornya tepat di depan siswi yang membukakan gerbang untuknya dan teman-temannya dan tersenyum simpul pada siswi itu.
Dapat dipastikan bahwa siswi itu berjingkrak kesenangan karna senyuman andreo padanya.
"Thanks ya bebeb, bsok lagi ya bay-bay abang nuntut ilmu dulu yak " ucap Andreo menjalankan motornya menyusul Devan dan Alfin.
"Anak orang tuh yang lo baperin, kena karma tau lo." Ujar Alfin saat Andreo sudah tiba dan memarkirkan motornya disamping devan.
"Yaiyalah anak orang masak gue minta tolong ama anak jin."sahut Andreo.
"Udah deh lo pada ribut."lerai Devan.
Devan dan kedua sahabatnya berjalan melewati koridor kelas yang tampak sepi karna sedang berlangsung pelajaran, terkadang devan dan kedua sahabatnya juga mengambil rute yang berbeda untuk menghindari guru yang sedang berpatroli memantau sekolah.
Sesampainya mereka diroftop sekolah. Nampaklah seorang pemuda yang duduk dengan menselonjorkan kakinya di atas meja, kedua tangannya yang sibuk dengan benda pipih yang ia kesampingkan tak lupa dengan rokok yang terselip dikedua bibir nya. Kaos hitam yang melekat pada tubuh pemuda itu pun tak menunjukkan kode etik seorang pelajar.
Devan mengambil duduk disebelah pemuda itu diikuti dengan Andreo dan juga Alfin.
"Sejak kapan?" Ucap datar devan mengejutkan pemuda yang tengah fokus dengan benda pipihnya."Eh jaelangkung nyasar, kaget gue kamvret " seru pemuda itu, Dialah arka. Sedangkan Arka menghembuskan nafas kasar, karna tau bagaimana kelakuan para sahabatnya.
Devan menatap intens Arka membuat ia menelan ludahnya . Lantas Devan mengambil rokok dari saku celananya dan menyalakannya.
Itulah Devan yang selalu mengekspresikan perasaannya lewat rokok, entah itu saat marah, sedih, senang, bahagia atau apapun terkadang itu yang membuat para sahabatnya ingin mengambil benda laknat itu karna Devan jarang memperhatikan tempat atau kondisi kecuali jika sedang berada dirumah, karna ibu nya yang tak tahan dengan asap rokok.
"Semalem" jawab sendu Arka.
"Dan ga ngasih tau kita?" Bukan devan yang menyahut namun Alfin yang juga tengah menatap lekat Arka."Tega lo sama kita-kita, kalo lo diculik trus di mutilasi kan kasian jumlah kebon binatang kurang satu." Sahut Andreo.
"Ngomong aja lo gak ada temen nya di kebon binatang."
"Enak ae lo Fin, gini-gini juga emak-emak pada naksir gue. Pesona babang Andreo mah gak perlu diraguin"
"Jijik kadal, mak nya siapa lagi yang lo godain ha?!?!"
" Adiba mipa 2."
Alfin yang paham maksud dari seorang Andreo pun lantas bergidik ngeri mendengarnya.
"Jangan maen lo dirumah gue, entar mak gue kecantol ama buaya cupang kayak lo lagi."
"Ya bagus dong, entar lo manggil gue papa Andreo." Ucap enteng Andreo menarik turunkan sebelah alisnya.
Seketika Alfin mendelik kesal "Njir mati ae lo sonoh."
Devan dan Arka yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan kedua sahabatnya itu hanya menggeleng."Ntar malem lo tidur di rumah gue." Tegas Devan membuang puntung rokok yang hampir habis lantas menginjaknya dan pergi meninggalkan roftop.
Devan berjalan menuruni tangga, entah kemana tujuan nya ia sekarang, saat di belokan koridor tak sengaja ia menabrak bahu seorang cewek, naas nya cewek itu tak bisa menyeimbangi tubuhnya yang mengakibatkan cewek itu tersungkur di dinginnya lantai.
Shhh....arghhh
Ringis cewek itu, Devan hanya menatap sekilas wajah cewek yang ia tabrak tanpa memperdulikan suara ringisan kesakitan cewek itu, saat Devan ingin melanjutkan langkahnya, ada tangan yang menarik sebelah kakinya sehingga Devan menghentikan langkahnya.
"Tanggung jawab dong lo, sakit nih" ucap cewek itu meringis menahan sakit.
"Gue gak mau nikahin lo buat tanggung jawab." Ucap dingin Devan.
"Eh...eh bukan itu yang gue maksud, bantuin berdiri kek." Ujar cewek itu gelagapan.
"Mandiri." Ucap Devan meninggalkan cewek itu yang mungkin sekarang tengah menyumpah serapahi Devan.
Devan pergi menuju parkiran motor dan segera melaju meninggalkan sekolah, ia kehilangan mood pagi nya dan hanya ada satu orang yang bisa mengembalikan mood buruknya pagi ini yaitu....
ALENA PUTRI WANGSA
Ibunya sendiri. Perempuan yang merawatnya dengan penuh kelembutan dan berlimpah kasih sayang tak luput juga dengan ketegasan.
VANO BAKERY
Motor Devan berhenti tepat disebuh toko roti kecil milik ibunya. Ia membuka pintu toko itu sehingga ia dapat melihat pemandangan banyaknya tumpukan roti yang berjajar tertata rapi.
"Vano?! Loh jam segini kok kamu pulang? Jangan bilang kamu bolos ya?!" Ucap seseorang dengan tatapan intimidasinya.
Devan hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari mengumpat akan kebodohnnya yang tak melihat jam terlebih dahulu.
Arrghhhh....
.
.
.
:')