b ↬ 0:45

210 89 148
                                    

"kenapa dipanggil amy sih?" tanya hanbin yang makin penasaran.

kini posisi keduanya sudah tidak berdiri lagi, canggung. mereka memilih untuk berjalan-jalan dan duduk di sebelah mesin minuman otomatis.

hanbin yang memilih tempat itu. katanya agar gadis disampingnya ini tidak kedinginan. memang benar. mesin ini mengeluarkan energi panas— hangat di sekitarnya.

"karena kalau amethyst kepanjangan?" balas gadis yang bernama amethyst itu ragu.

"kenapa nama lo amethyst?"

"mama suka sama amethyst. suka banget."

hanbin mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. mulai terbayang di kepalanya bagaimana bentuk batu amethyst itu. setau hanbin, batu itu berwarna keunguan dan berkerlap-kerlip. cantik, pas sama orangnya— pikir hanbin.

"lo emang biasa jalan-jalan tengah malem gini?" tanya hanbin.

"lo pikir gue lagi jalan-jalan?" tanya amy balik.

hanbin menggaruk tengkuknya lagi. iya juga ya, kondisi amy saat ini memang tidak bisa digambarkan sebagai orang yang tengah berjalan-jalan. dasar hanbin.

"terus apa? kabur?" tanya hanbin lagi.

"iya." amy menjawabnya dengan cepat.

hanbin lagi-lagi terdiam. hanbin bersumpah tebakannya tadi hanya asal-asalan, hanya bercanda. tapi kenapa daritadi tebakannya itu benar? hanbin menatap gadis itu aneh.

"jangan macem-macem. daerah sini banyak preman." ucap hanbin pelan sambil mengocok-ngocok botol cat pilox yang selalu ia bawa di kantong jaketnya.

"lo preman juga jangan-jangan?"

aktivitas mengocok hanbin terhenti. aktivitas mengocok piloxnya, maksudnya.

"kalo gue preman, lo mau kabur lagi?"

gadis ber-rambut panjang itu menggeleng.

"buang-buang tenaga. palakin aja gue, gue udah gapunya apa-apa atau siapa-siapa." ucap amy.

"maksudnya?"

gadis itu lagi-lagi menggeleng.

"lagian gue tau lo bukan preman." kata amy.

"sok tau," ucap hanbin sembari melanjutkan mengocok-ngocok cat piloxnya.

"itu lo kan? yang suka corat-coret tembok di jalanan? yang lagi heboh diberitain di mana-mana?" tanya amy sambil memainkan ujung piyamanya.

"lagi heboh?" tanya hanbin tidak mengerti. maksudnya, apa yang dihebohkan dari pemuda yang mencorat-coret tembok jalanan? bukannya itu sudah biasa?

"iya. walikota kita yang baru kan lagi gencar-gencarnya nyari pelaku vandalism yang ada di kota. katanya mau nata ulang fasilitas kota." ucap amy semangat.

"tunggu, vandalism? jadi nge-mural sekarang dikategoriin sebagai perbuatan vandal?" tanya hanbin makin tidak mengerti.

"kaya gatau aja," sahut amy cuek.

tapi di sini lah hanbin. ia benar-benar tidak tau. yang hanbin tau, perbuatannya dan teman-temannya itu adalah seni—hobi. lagipula hanbin dan teman-temannya membuat tembok-tembok yang kosong itu menjadi lebih berwarna, kenapa perbuatan seperti itu digolongkan sebagai vandalism? hanbin tidak mengerti.

"kok lo tau berita-berita gitu?" tanya hanbin. "gue belum pernah denger, tuh."

"holy moly! beritanya ada di mana-mana!"

"gue ga pernah denger?"

"oh mungkin belum diberitain kali, ya?" tanya amy pada dirinya sendiri. ia mengerjapkan matanya beberapa kali. entah kenapa hanbin yang melihatnya lega, mungkin ia membayangkan membuka mata se-lama itu dan jarang mengerjapkannya. untuk manusia normal, pasti matanya akan kering sekali.

"kalo belum diberitain, kenapa lo bisa tau?"

"papa kan walikota barunya."





























a/n : whatsup! maaf masih banyak kekurangan lol its been a whileeeee since i write last fanfiction heheheh.

votes dan comments kalian berarti banget, lho!<3

minute to minuteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang