+++
"come on, draw with me."
+++
now playing : dean - come over
"percaya ga percaya, usaha papa buat menang pemilu ini sukses, bin. terus karena keluarga mama baru ngerasa ga dapet feedback apa-apa, jadi kasarnya mereka pengen ngerebut harta papa yang ada di gue, supaya jadi punya mereka. kaya tabungan, beasiswa, gitu."
hanbin menaikkan kedua alisnya.
"gue awalnya ga percaya, tapi waktu itu kakak tiri gue jemput gue dari sekolah. terus kita kecelakaan. dia lecet doang, gue gegar otak. kepala gue kebentur sampe kornea dan retina gue rusak. akhirnya gue buta."
hanbin mengangguk-anggukkan kepalanya. sekarang ia tidak perlu bertanya lagi bagaimana amy bisa mengalami kebutaan.
"oiya, biar gue perjelas. kakak tiri gue ini bedanya cuma beberapa bulan lebih tua dari gue, tapi ayah negasin buat manggil dia sebagai kakak. jadi setelah gue koma dan akhirnya bangun-bangun jadi buta, gue berhenti sekolah. beasiswanya pindah ke tangan kakak gue. padahal itu beasiswa gue dapet dari badan amalnya mama dulu." sekarang suara amy menjadi melemah.
hanbin merasa kasihan, tapi ia tadi sudah berjanji untuk tidak merasa kasihan.
"setelah gue buta, rasanya gue kaya dibuang. ga pernah diperhatiin lagi sama papa. rasanya tuh kaya apa, ya? useless aja gitu. setiap hari dikurung di kamar, ga boleh keluar. awal-awal gue masih main sama temen-temen gue. tapi lama kelamaan kayanya temen-temen gue juga cape bawa-bawa temen butanya kemana-mana." lagi-lagi amy tertawa miris.
hanbin tidak banyak berkomentar, masih menyimak dengan seksama.
"gue muak di rumah. udah kaya babi, kerjaannya makan sama tidur doang. papa lebih suka ngabisin waktu bareng kakak. kalaupun gue diajak ke acara bareng-bareng mereka, gue disuruh bersikap seolah-olah ga terjadi apa-apa. seolah-olah keluarga kita ini harmonis banget. gue disuruh yakinin ke media kalo penyebab gue buta ini ya emang kecelakaan. gaada konspirasi apa-apa. padahal mah, ya...," ucap amy, suaranya mulai bergetar.
"hidup gue di rumah dikekang banget. main sama maid aja ga boleh. ga tau deh tujuannya apa. sampe akhirnya gue muak. gue waktu itu udah nyoba bunuh diri, tapi gagal. gue juga nyadar kalo bunuh diri itu salah. nanti mama gamau ketemu gue di atas. soalnya gue punya janji buat nemenin papa sampe akhir hidupnya, gantiin mama. tapi kalo gue bunuh diri— mama pasti marah karena gaada yang jagain papa, soalnya mama sayang banget sama papa."
"lo kalo jadi gue, mending bunuh diri atau jangan?" tanya amy untuk memecah keheningan. masalahnya daritadi hanya suaranya yang rasanya memenuhi ruang antara hanbin dan amy.
"kalo gue jadi lo, ya mending bunuh diri lah. ngapain banget gue hidup juga ga ada gunanya." kata hanbin ringan.
amy tersenyum, lalu bertepuk tangan.
"gue ga pernah denger jawaban itu sebelumnya, realistis banget!" ucap amy— lebih terdengar seperti bangga.
"iya. tapi itu kalo gue jadi lo. kan lo bukan gue. jadi lo gak boleh ngelakuin itu. lo tuh masih punya kerabat, masih punya potensi buat ngelanjutin hidup." hanbin memperbaiki posisi duduknya.
"tau dari mana lo, kalo gue punya potensi?" tanya amy.
"nebak aja." ucap hanbin. "biasanya orang kaya selalu punya bakat, main musik misalnya. lo pasti bisa main satu instrumen, atau paling enggak lo bisa nyanyi, lah. iya, 'kan?"
"nyanyi doang. itu pun gue nanyi kalo ada acara di gereja aja," balas amy.
"jadi lo kabur gara-gara keluarga lo yang gila gara-gara politik?" tanya hanbin, menyimpulkan.
"keluarga gue berubah jadi psycho gara-gara politik. lo jangan ikut politik-politikan ya." saran amy.
"ogah juga."
amy meregangkan tubuhnya, "hanbin, kalo lo jadi gue, lo bakal ngapain setelah berhasil kabur dari rumah?" tanya amy.
"nge-mural." jawab hanbin.
"gue pengen, deh, gambar-gambar gitu. cuma gimana, ya. orang buta kaya gue bisa gambar apa?" ucap amy sembari mengulum bibirnya yang diam-diam hanbin perhatikan. warna bibirnya merah muda. hanbin bisa melihatnya bahkan dengan penerangan minim.
hanbin sama sekali tidak setuju dengan pernyataan amy tadi, apa tadi katanya? orang buta kaya dia bisa gambar apa?
hanbin berdiri. refleks tangan amy menggapai kaki hanbin lagi.
"mau ke mana lo?" tanya amy sambil menengadah, tau jika lawan bicaranya sudah berdiri.
"gambar. yuk." ucap hanbin sambil meraih tangan amy lalu digandengnya lagi. mereka berjalan menyusuri sepinya gang jalanan untuk mencari tembok kosong untuk menjadi lahannya menggambar.
setelah menemukan lahan, hanbin mengeluarkan cat pilloxnya dari dalam jaketnya yang ia bawa ke mana-mana. lalu memberikannya pada amy.
"nih, pegang. ini pillox. tau 'kan cara pakenya? tinggal di arahin ke dinding terus disemprot." ucap hanbin. amy meraba-raba pillox yang diberi hanbin tadi.
senyum amy merekah saat ia pertama kali menyemprotkan pillox itu ke tembok.
"seru banget, hanbin!!" kata amy setelah beberapa kali menyemprotkan secara asal pillox di tembok. hanbin tersenyum mendengarnya.
"ini warna apa?" tanya amy, masih menyemprotkan pillox ke sembarang arah.
"hitam." jawab hanbin.
"yaah," suara amy terdengar kecewa. ia tidak suka warna hitam. gelap. seperti apa yang dilihatnya sepanjang hari.
hanbin yang berdiri di belakangnya berkata, "warna yang lain ada sama temen-temen gue. makanya nanti kita ketemu mereka, ya?"
amy mengangguk semangat. lalu ia mulai menyemprotkan pilloxnya lagi. ia terlihat seperti sedang menggambar sesuatu. hanbin memperhatikan dari belakang.
beberapa menit kemudian, amy berbalik badan. menghadap ke arah hanbin.
"gimana, bin? keren gaaak???" tanya amy dengan senyum lebarnya, seperti sangat bangga dengan apa yang digambarnya.
melihat amy tersenyum, hanbin jadi iku tersenyum juga. lalu mendekat ke arah amy, membalikkan badan amy lagi ke arah hasil karyanya.
"ini apa?" tanya hanbin sambil memerhatikan gambaran amy.
hanbin tidak terlalu mengenali apa yang digambar amy. seperti gambaran abstrak— tapi masih memiliki garis-garis yang membentuk sesuatu. tapi hanbin tidak tau itu apa. mungkin seperti—
"mata. gue gambar mata." jawab amy dengan penuh rasa bangga. ia senang sekali bisa menggambar sesuatu.
tebakan hanbin benar. amy menggambar mata, walaupun tidak terlalu jelas. tapi cukup bagus untuk gadis buta. gambar mata amy dicoret, hanbin tidak mengerti apa maksudnya.
"bagus, gak?" tanya amy sekali lagi.
hanbin mengangguk mantap, "banget."
amy tertawa mendengar jawaban hanbin. "bohong. pasti hancur!"
"dih, emang beneran bagus kok???" jawab hanbin lagi.
tapi amy masih tertawa. amy tau gambarannya tadi pasti benar-benar abstrak. secara, amy saja tidak bisa melihat apa yang dia gambar, pasti hasilnya jadi hancur.
tapi menurut hanbin, gambar mata karya amy tadi sangat menggemaskan. padahal cuma mata, tapi kalau itu yang gambar amy, langsung menjadi gambar yang menggemaskan bagi hanbin. mirip yang menggambarnya.
+++
a/n : double update yay! btw itu lagunya dean sangat direkomendasikan untuk didenger pas lagi baca HUHU VIBENYA DAPET BGT:(
sampai jumpa di chapter berikutnya, jangan lupa sisihkan waktu untuk vote dan comment, ya supaya ketemu hanbin-amy lagi =3
KAMU SEDANG MEMBACA
minute to minute
Fanfictiontentang hanbin dan gadis yang ditemuinya saat tengah malam di jalanan sepi kota.