Gadis yang Sok Tahu

97 13 0
                                    

Hari ini, sepulang sekolah, karena kebetulan aku langsung pergi ke rumah sakit karena ada sedikit urusan, aku diminta teman sekelas untuk menjenguk teman kami, Reynanta, yang dirawat di sana. Bersama gadis bernama Nattaya, aku berangkat ke sana.

Bukan, bukan karena aku memang niat untuk menjenguk, atau karena aku merupakan "bagian" terpenting di kelas. Seperti yang kukatakan tadi, kebetulan saja hari ini aku harus ke rumah sakit untuk konsultasi.

Mungkin, inilah awal dari sebuah kisah kecilku yang akan terus melekat pada memoriku. Walau aku tak yakin ini merupakan awalan. Tapi, siapa tahu?

"Naik apa kita ke sana?" tanya Nattaya. Ia mempercepat langkahnya, mendahuluiku menuruni anak tangga.

"Angkot," jawabku singkat.

Gadis yang merupakan artis terkenal itu tampak berpikir. Dari ekspresinya, ia pasti mencari bahan pembicaraan agar kami saling bicara walau hanya sepatah-dua patah kata. Yah, aku memang tidak begitu dekat dengannya di kelas. Jadi kami masih saling merasa canggung.

"Terus, nanti kita bawakan apa untuk Rey?"

"Bunga dan buah. Nanti di jalan ada yang jual, kok. Mampir ke sana saja."

Nattaya melompat kecil menuruni anak tangga terakhir. Rambut panjang yang ia gerai terangkat, sehingga wajah cantiknya terlihat. Gadis yang sangat aktif. Sedangkan aku, yang biasa saja, sekarang masih harus melewati beberapa anak tangga sebelum mencapai lantai dasar. Nattaya mengembangkan senyumnya, seakan menyambutku di lantai dasar sana.

"Kudengar, Erick sering ke rumah sakit. Melakukan apa?" tanya Nattaya ketika aku mencapai lantai dasar. Kami berjalan berdampingan.

"Bukan apa-apa," jawabku sekenanya. Kalau aku menjawab dengan jawaban yang sebenarnya, kurasa, gadis yang penuh rasa penasaran ini akan mengorek semua informasi tentangku dan aku tidak suka itu.

"Memangnya kenapa Erick sering ke rumah sakit? Erick sakit? Sakit apa?" tampaknya, Nattaya tidak menghiraukan jawaban yang baru saja kukatakan. Dasar.

"Bukan apa-apa, Nat," kataku. "Kamu tidak pakai masker?"

Nattaya menggeleng dengan wajah polos. Ia nyengir, menunjukkan barisan gigi putihnya yang rapi. "Aku lupa bawa alat penyamaran."

Aku menghela napas. Sepertinya, ini akan merepotkan. Nattaya akan menjadi bahan keributan di angkot, di toko bunga, di kios buah, juga di rumah sakit. Dan aku berada di sana saat keributan terjadi.

Seperti yang sudah kukatakan, di angkot, Nattaya, penyanyi terkenal yang memang terkenal, menjadi bahan was-wes-wos ibu-ibu yang sepertinya baru selesai menghadiri arisan. Bahkan, ada ibu hamil yang meminta Nattaya menyentuh perutnya dengan harapan anak dalam kandungannya secantik Nattaya. Nattaya tampak tidak keberatan, tapi aku yang duduk di pojok benar-benar terpojok dan kurasa, dadaku mulai sesak.

Beruntung, beberapa menit selanjutnya, kami tiba di depan kios buah. Segera, aku meminta sopir angkot menghentikan angkotnya. Aku dan Nattaya lalu turun dan membayar ongkos.

"Kira-kira buah apa yang cocok untuk Rey, ya?" Nattaya bergumam.

"Apel saja," jawabku lirih. Tanganku terus memegangi dadaku. Sungguh, dadaku sangat sesak.

"Baiklah."

Setelah melakukan transaksi yang cukup lama karena sang penjual meminta berfoto bersama, Nattaya kembali ke tempatku. Ia menghampiriku dengan tangan yang membawa plastik berisi apel. Aku menghela napas. Sesak di dadaku mereda. Syukurlah.

"Ayo beli bunga," ajaknya melangkah manuju toko bunga yang tak jauh dari kios buah.

Aku mengangguk, berjalan di belakang Nattaya yang melangkah dengan gembira dan sesekali melambaikan tangan untuk orang yang memanggilnya. Ia juga "melayani" orang yang ingin berfoto dengannya tanpa merasa keberatan sedikitpun. Sedangkan aku hanya menjadi "tukang foto" Nattaya dengan fans-fansnya.

Kupu-Kupu yang Bahagia [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang