Gadis yang Menyebalkan

38 7 1
                                    

Seorang gadis bermulut bak ember jebol berseru saat aku baru saja memasuki kelas. Untungnya, kelas masih sepi, jadi aku tak perlu repot-repot menutupi wajahku karena sikap gadis yang terlalu aktif ini.

"SELAMAT DATANG KEMBALI, ERICK!" suaranya yang menggelegar bahkan terus berputar di telingaku. Aduh...

Nattaya menghampiriku lalu duduk di sampingku. Wajahnya seakan mengisyaratkan kalau ia bahagia, namun senyumnya justru dapat kuartikan kalau itu senyum yang memiliki maksud tersembunyi.

Tanpa harus bertanya maksud senyumnya itu, Nattaya telah menjawabnya dengan tiket taman bermain yang sama dengan yang kemarin ia tunjukkan padaku. Matanya menatapku penuh harap.

"Sudah kubilang, jangan--"

"Aku sudah mengajak orang lain, tapi mereka menolaknya. Mereka punya acara lain hari Minggu nanti," Nattaya memasang ekspresi sedih. Sedih yang dibuat-buat.

"Yang kamu ajak itu siapa? Kamu mengajak orang yang pasti sibuk di hari Minggu, kan?"

Nattaya nyengir, memamerkan deretan giginya yang bila kusinari dengan senter, mungkin giginya itu akan memantulkan cahaya senter. "Hehe. Ketahuan, ternyata."

Aku angkat bahu, tak begitu peduli. Aku pun memainkan sebuah game di ponselku. Jangan tanya apa yang kumainkan. Pokoknya yang kumainkan adalah game yang seharusnya tidak dimainkan oleh anak usia 16 tahun.

"Cooking Mama!" Nattaya berseru sembari menunjuk ponselku.

Ya, ya, aku memainkan game untuk anak-anak. Alasannya, gambarnya terlihat menggemaskan dan aku suka itu. Dan alasan utamanya adalah bisa dimainkan saat aku kehabisan kuota internet.

"Ternyata kamu yang hampir mirip batu menyukai game yang imut," Nattaya mendekatiku, mencoba melihat ponselku dengan dekat. Kepalanya menghalangiku!

"Apa maksudmu soal aku yang hampir mirip batu?" karena kesal, aku mematikan ponselku lalu memasukkannya ke dalam kolong mejaku setelah menyelesaikan satu resep. Argh...padahal aku ingin main lebih lama.

Nattaya memiringkan sedikit kepalanya. Ia tersenyum. "Kamu kaku. Pernahkah kamu merasa kalau ada orang yang menyukaimu?"

"Membayangkannya pun tak pernah," aku angkat bahu, setengah acuh tak acuh dengan pertanyaan Nattaya.

"Lho, kenapa?"

"Hanya orang aneh yang menyukai laki-laki payah sepertiku."

Nattaya mengerucutkan bibir merah jambunya. Pipinya perlahan memerah. Tiba-tiba ia membuang muka. "Dasar Batu!"

Ha? Apa, sih? Aneh sekali gadis bermulut ember jebol di hadapanku. Tiba-tiba ramah, tiba-tiba merasa kesal. Padahal, aku saja tidak tahu penyebab ia merasa kesal. Gadis yang moody.

Satu per satu siswa berdatangan. Semakin waktu mendekati jam masuk, semakin banyak siswa yang datang. Hingga bel masuk berbunyi, kedatangan siswa pun dihentikan dan dimulailah kegiatan sekolah hari ini.

~*~

Nattaya--dengan tanpa merasa bersalah atau malu sedikitpun--duduk di kursi depanku yang kini kosong karena sang pemilik tengah pergi ke kantin bersama Reynanta. Nattaya membalikkan kursinya menghadapku dan membuka kotak makannya yang bergambar kupu-kupu di mejaku. Senyum terukir di wajahnya, tak peduli tatapan tidak suka yang sejak tadi kulontarkan padanya.

"Ayo kita makan bersama," Nattaya mengangkat sendoknya.

Aku menghela napas pasrah. Ya, sudahlah. Kasihan juga kalau kutolak. Mungkin makan dengan Nattaya tidak akan buruk.

Kupu-Kupu yang Bahagia [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang