Hanya mengenang masa lalu: I

75 18 19
                                    

Dea pov

F L A S H B A C K  O N

Kaki ku berlari mengitari taman didekat rumahku. Rasa bahagia terpancar dari wajahku, senang rasanya mengingat hari ini adalah hari ulang tahunku.
Penat,aku mendekat pada ayah dan ibuku,samar-samar ku dengar bahwa ayah dan ibu sedang beradu mulut di ujung taman dengan seseorang yang tak aku kenal,

"Siapa dia?" Batinku.

Aku semakin mendekat pada mereka dan mendengar apa yang mereka katakan,mereka tengah membahas hutang dan kerugian yang ayah terima dari kantornya,astaga mengapa ayah yang menanggungnya padahal yang membawa pergi uang kantor itu adalah teman ayah dan bukan ayah. Apa ini? Aku tak mengerti siapapun tolong jelaskan padaku apa ini.

Saat pulang aku hanya diam,maksudku kami hanya diam, ayah dan ibu pun diam,bahkan terlihat sekali bahwa ibu sangat terkejut namun,mereka menutupinya dariku. Perayaan ulang tahunku yang kesepuluh ini sangat buruk. sangat-sangatlah buruk.
Setelah perayaan kecil ulang tahunku selesai,ayah mendapatkan surat bahwa ayah telah dipecat dari pekerjaannya. Ayah sangat terpukul,dan ibu sangat sedih. Saat itu aku hanya bisa diam. Tak ada yang bisa ku lakukan.

Ayah pulang-pergi mencari pekerjaan tak henti hentinya ia berusaha mendapatkan kembali pekerjaan,sampai pada akhirnya ayah diterima di satu perusahaan ia pun menjadi salesman walau gajih nya tak sebesar gajih nya yang dulu,ayah tetap bersyukur. Aku merasa saat itu ayah ku adalah pahlawan di hidupku.

Tak lama,aku pun naik kelas tapi, ada satu hal yang rasanya berubah di kelasku. Teman temanku. Mereka berubah,mereka seperti menjauhiku di awal semester,saat memasuki semester genap mereka mulai mencibirku,menendang-nendang ku,bahkan mereka berani memukulku. Entahlah,mengapa mereka melakukan itu padaku? Mungkin mereka iri denganku karena prestasi ku. Saat itu aku bodoh,aku masih saja berharap bisa kembali berteman dengan mereka seperti biasa. Namun,pada nyatanya? Aku terus tersakiti. Aku mulai mengalami tekanan batin,aku berani menyakiti diriku sendiri,aku terus menangis didalam kegelapan,bahkan parahnya aku suka menjambak rambutku sendiri. Setelah kejadian disekolah itu berlangsung cukup lama dan aku mampu bertahan hidup walau sebenarnya batinku kalah. Aku pun lulus dari sekolah itu,aku mencari sekolah baru yang cukup jauh dari rumahku,agar teman-temanku yang mem-bully-ku tak akan bisa melakukan itu lagi padaku karena kami akan berbeda sekolah.

Ternyata, segala yang kurasakan itu belum berakhir bahkan itu baru permulaannya. Kejadian selanjutnya adalah ketika aku menduduki bangku pertama disekolah menengah pertama. Memang, aku tidak mendapatkan bullying dari teman-teman baru ku tapi,keadaan keluarga ku mulai tak terkendali. Ayah selalu saja dihantui oleh hutang dan kerugian yang diperoleh orang lain,dan buruknya lagi ayah-lah yang harus mengganti rugi. Sejenak aku sering melihat wajah Ayah,ia tak pernah menampakkan wajah lesu nya, namun aku tahu bahwa Ayah sedang bersedih.

Itu pun berlanjut hingga aku kelas delapan, Ayah tidak mempunyai pekerjaan apapun, aku dan keluargaku tidak bisa mencukupi kebutuhan kami, Bahkan ayah sempat lari dari rumah hingga berbulan-bulan,aku dan ibu sungguh sangat ketakutan saat itu kami mencari ayah kesana kemari hingga ibu pun menemukan ayah,yang sangat sedang sakit,saat itu tak tega aku melihatnya. Dalam sekejap rasa benciku pada ayah pun berangsur menghilang begitu saja,Lalu aku pun dipindahkan dari sekolah itu dengan alasan sekolahnya jauh dari rumahku,padahal alasannya adalah ayah dan ibu tak mampu membiayai aku. Aku pun pindah saat menaiki kelas sembilan.

Aku masuk dikelas yang aku anggap tidak bisa jauh dari masalah,tapi syukurnya aku bisa menyelesaikan itu.

Hari-hari ku selanjutnya berjalan seperti biasa,penuh masalah. Namun,aku selalu tetap berusaha agar aku bisa membahagiakan orang tuaku. Hingga akhirnya aku dapat memasuki universitas ternama di kota ini dengan bantuan beasiswa pintar berprestasi. Dikuliahan pun aku tidak lepas dari masalah, Orang tuaku yang selalu saja dikejar hutang,lalu orang-orang yang iri denganku. Tapi,aku tak lepas dari kata syukur karena aku masih bisa hidup dan bisa membahagiakan orang tuaku.

FLASHBACK OFF

Lamunanku buyar saat teman se-kantor ku, Zia, menegurku.

"Oi,Lo kenapa? Cepet selesain biar Lo bisa pulang. Gue duluan ya." Ucapnya padaku lalu berlalu pergi setelah aku menganggukkan kepalaku.

Brakkk, tempat penyimpanan pel dan sapu tadi jatuh karena tersenggol olehku.
"Astaga,aku harus pulang cepet. Kan aku harus ngebayar cicilan ayah." Ucapku pada diriku sendiri.

Mungkin,aku terlalu bersemangat karena hari ini adalah hari dimana gajih ku bisa aku ambil,senang rasanya.

Selesai,aku pun pulang dengan keadaan kantor besar itu yang sepi membuatku merinding dimalam hari seperti ini. Saat turun dari tangga pun aku sedikit berlari,sungguh kantor besar itu ketika malam hari sangatlah menyeramkan.

"Tunggu Dea!" Teriak seseorang dibelakang ku. Astaga,siapa yang meneriaki ku. Bukankah kantor ini sudah tidak ada orang lain lagi selain aku?

---__---

Kepercayaan ku, sudah hampir sirna pada ayah ku, karena apa? Karena dulu ayah pernah mengecewakan ku dan hampir meninggalkan aku dan ibuku
Memang,semua itu berlalu. Sudah berlalu tapi,rasa itu. Rasa sakit karena dikecewakan oleh ayah sendiri, itu tidak pernah bisa hilang. Bahkan,sangat membekas di hati. Aku pun sampai sekarang masih terbayang akan bayang bayang hitam masa lalu yang menyakitkan. Tapi yang benar saja aku tidak akan bisa membencinya,aku terlalu mencintainya hingga aku kecewa. Dia ayahku,Dan dia Pahlawanku.
- Dea Anastasya

Destiny Life | •T  A M A T• |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang