Kesalahpahaman memang harus diakhiri : V

24 9 2
                                    

Pagi akhir pekan itu begitu sejuk, semua orang sibuk melaksanakan kegiatannya masing masing.

Dan Dirga telah kedatangan tamu, Orang tuanya datang untuk menjenguknya.

"Ayo, kita kerumah Wira, Antarkan aku ananda." Ucap Ayah dirga--Mahesa dengan tiba-tiba.

Sebelum itu saat mereka tiba dirga telah mengisahkan kalau dia sudah bertemu dengan Dea, bahkan telah lama bertemu dengannya. Dan itu membuat Mahesa terkejut.

Bagaimana bisa ia tidak tahu, lalu bagaimana kabar Wira? Wira telah menjauh dari kota kelahirannya dan pergi merantau beserta keluarga kecilnya dan semua itu karena dia.

Penyesalan selalu datang terlambat, bukankah begitu kalimatnya?

Mahesa menyesal, ia merasa bersalah. Bukannya saling membantu pada saat itu. Mahesa malah menyalahkan kawan lamanya itu. Wira satu satunya kawan yang paling ia percaya, Bukankah ia telah menodai persahabatan mereka?

Dirga bingung, apakah harus tiba tiba datang kesana? Sedangkan kondisi Dea pun masih tidak diketahui nya.

Namun, Ayahnya--Mahesa bersikeras untuk tetap kesana.

Apalah daya, Dirga meng-iya-kan.

-

Dirumah kecil nan sederhana itu, tiba tiba kedatangan tamu.

Hawa disekitar pun menjadi canggung,ah entahlah bukan canggung namun semuanya menjadi tegang.

Disini yang tidak mengerti situasi hanya lah Dea, ia bingung siapa mereka? Hubungan apa yang Pa Dirga-nya ini punya dengan kedua orang tuanya?

Lamunannya buyar, ketika Mahesa angkat bicara. Ia tiba-tiba bersimpuh sesekali terisak-isak.

"Wir, aku minta maaf. Aku kalap, aku bingung apa yang harus aku lakukan, Aku mohon maafkan aku." Ucapnya dengan penuh penyesalan.

Wira tak tega melihat sahabatnya itu begitu, Dirga langsung membantu bapa nya untung bangun.

Wira terdiam, seakan bingung harus apa.

Ia tidak tahu apa yang harus ia perbuat, apa ini kenapa harus tiba tiba seperti ini, batinnya.

"Sa, aku-aku sudah maafkan kau. Aku memang merasa sakit sa saat kau tiba-tiba bilang tidak percaya padaku, aku hanya berpikir bukankah kita ini teman namun mengapa kau tidak percaya aku? Aku tau, aku paham mengapa kau berbuat begitu. Aku juga merasa menyesal saat mengenalkan Tio padamu, sudahlah ini sudah berlalu. Kau bilang kita ini kawan selamanya bukan?" Jawab Wira.

"Sudah lah sa, umur mu berapa jadi kau menangis seperti itu? Ayolah." Ucap Wira sambil menepuk bahu Mahesa.

Ah, amarah memang membawa petaka bagi yang merasakannya. Namun, kata Maaf adalah penangkalnya.

Percaya pada teman adalah kunci untuk persahabatan, Jika kita tidak percaya lantas bagaimana semua ikatan bisa terjalin dengan aman?

"Hmm, hmmm.."

"Em, Nanda mau tanya, kenapa Dea lupa sama Nanda?" Tiba tiba Dirga berucap, dan membuat Dea setengah mati terkejut.

Sebentar, Nanda ?!

Heh siapa Nanda, aku tidak tau? Astaga Nanda-Ananda? Ananda Dirgantara?, Batin Dea.

Destiny Life | •T  A M A T• |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang