Kau tau sekarang aku ada dimana?Ini seakan akan aku sedang makan permen pop yang meletup letup di mulut, semua ini begitu penuh kejutan.
Aku memandangi diriku mengenakan gaun pengantin yang telah disiapkan, warna putih dengan design yang sederhana, aku tak menyukai gaya yang berlebihan begini saja sudah kelewat cukup pikirku.
Aku lihat dari jauh, ia juga sedang sibuk merapikan tuxedo yang ia kenakan.
Aku tenggelam menatap orang yang akan ku nikahi itu, tak sadar ia juga balik menatap ku. Aku kaget dan langsung membalikkan badanku.
Aku mendengar derap langkah, apakah ia yang mendekati ku?
Hati ku terasa berdegup lebih kencang.
Deg.
Langkah itu terhenti.
"Nak, gimana udah pas?"
Ah ternyata ibu ku yang mendekat, astaga kenapa aku berharap berlebihan begini? Yang benar saja.
"Nanti siang ingat yaa, foto pre-wed nya."
"Iya Buu." Jawabku
Beberapa hari ini keluargaku dan keluarga Dirga tengah sibuk mempersiapkan pernikahan kami.
Dalam seminggu, semua ini harus sudah siap.
Begitu ujar beliau.
Secepat ini?
Aih, acara lamaran dadakan kemarin itu memang membuat ku terkejut setengah mati.
Memang pernikahan sebercanda ini?
Namun, saat mendengar jawaban Dirga tentang persetujuan perjodohan ini membuat ku kagum, membuat hatiku merasa tersentuh.
"Nanda siap kok pa, om. Nanda juga suka sama Dea, udah terlalu lama Nanda jauh dari kalian, dari Dea. Nanda gamau lagi kehilangan Dea."
"Sekalipun Dea lupa sama Nanda, Nanda bakalan tetap menjadi imam yang baik, menjadi sahabat nya yang baik, menjadi partner terbaiknya, menjadi tempat nya berbagi."
"Nanda siap. Meski ya, Dea sekarang mau nolak Nanda dari perjodohan ini. Gapapa,tapi nanti Nanda bakal coba lagi."
"Dea, mau ga jadi pendamping hidup Nanda, jadi istri sekaligus ibu buat anak anak Nanda."
Deg.
Deru napas ku tak karuan, jantung tak hentinya berdetak kencang.
Dirga berlutut dihadapanku, tanpa cincin-- karena ya ini memang terlalu dadakan.
Aku diam,ingin menangis. Rasa apa ini, tapi bukankah kita harus ada pendekatan dulu?
"Deaaa, Will u marry meee? Gapapa, abis nikah kan kita bisa lebih saling kenal lagi" Tambahnya dengan sorot mata memelas yang tidak aku mengerti.
Aku masih terdiam.
1
2
3
"Aku, Nerima lamaran kamu,insya Allah aku juga siap. Secara lahir dan batin aku." Jawabku entah darimana datang jawaban itu namun itulah yang aku ucapkan.
Dirga langsung terduduk, seakan akan ia merasa lega. Beban hidupnya telah ia lepas.
.
Lamunanku perlahan sadar ketika Dirga memanggil namaku.
"Deaa, kita ke studio foto nya sekarang ya. Bapa sama ibu, om sama Tante udah duluan ke pengadilan. Katanya kita gausah kesana. Siapin ini aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Life | •T A M A T• |
General FictionAku menatap langit,berkata mengapa ini begitu berat,begitu sakit. Sudah sekitar 15 tahun sejak bermulanya kejadian-kejadian kelam yang membawaku sampai disini,menjadi seorang office girl disebuah kantor yang besar,walaupun aku seorang sarjana. Ah mi...