Derap langkah kaki itu semakin mendekat,membuat Dea takut sekaligus gugup karena kantor ini memang sudah sangat sepi.
"Kenapa belum pulang?" Ucap suara parau dari kejauhan.
Dea masih tak bisa berkutik ditempatnya,ia bingung siapa yang sedang berbicara dengannya karena tempat itu lumayan gelap dan membuatnya tidak bisa melihat sekitarnya.
Dea tersentak,"Siapa?" Cicitnya.
"Ini aku,Dirga." Sahut lelaki itu sambil mendekat pada Dea.
"Astaga,pak bos?" Ucap Dea sambil setengah teriak.
"Kenapa kamu belum pulang?" Sekali lagi Dirga bertanya.
"U-uumm saya tadi mengerjakan pekerjaan saya yang belum saya selesaikan." Jawab Dea bingung harus berbuat apa.
"Yasudah ikut aku saja,biar aku yang antar pulang." Ajak Dirga.
"Ah tidak pak,terima kasih saya bisa pulang sendiri." Tolak Dea dengan halus,Dea tak ingin dianggap orang lain apa karena telah berani menumpang dengan pak bos nya padahal ia hanya seorang office girl dikantor itu.
Setelah menolak tawaran CEO itu, Dea meninggalkan kantor besar tadi. Ia tidak menaiki taksi atau transportasi apapun,ia hanya berjalan kaki karena berjalan kaki membuatnya sehat dan juga hemat begitu pikirnya.
Dea berjalan menyusuri jalanan yang ramai akan kendaraan yang berlalu-lalang,
"Langit malam ini indah." Batinnya.Sebelum pulang ke rumah Dea mampir ke ATM untuk mengambil gajinya dibulan ini.
"Alhamdulillah,uangku cukup untuk membayar cicilan itu dan untuk biaya hidup,aku harus bisa membaginya." Ucap Dea saat berada dalam ATM.
Dea berjalan pulang untuk kerumahnya, perjalanan masih panjang ditemani gelapnya malam,tapi ia tak merasa lelah bahkan senyuman terus terukir diwajahnya.
Tiitttttt ...... Bunyi klakson mengejutkan Dea dari belakang. Dea menoleh mengingat mobil siapa itu?
Seseorang membuka kaca mobilnya,"Cepat naik,tak ada bantahan." Teriak Dirga dari atas mobil nya.
Dea terkejut,tentu saja. Karena ia bingung mengapa bos dari kantornya itu mengikuti nya, mengikutinya? Yang benar saja pikir Dea.
Dea pun menaiki mobil Dirga,mobil nya sangat harum penuh dengan harum bunga,interior mobilnya pun sangat berkelas namun tidak mewah.
"Astaga dari mobilnya saja sudah menggambarkan siapa dia" Batin Dea.
Hening tak ada yang berbicara di mobil itu, Dea dan Dirga hanya memandangi jalanan tanpa menoleh satu sama lain. Bingung. Mungkin itu yang dipikirkan oleh Dea.
"Pak, kenapa bapak mengajak saya untuk naik mobil bapak?" Tanya Dea sambil memulai pembicaraan sekaligus penasaran akan apa yang dilakukan Dirga.
"Karena aku ingin." Jawab Dirga singkat padat dan sangat jelas.
Tapi, Dea masih bingung mengapa. Ah sudahlah yang penting ia dapat tumpangan gratis pikir Dea.
"Kenapa pa Dirga tahu rumah ku dijalan ini?" Batin Dea.
"Astagfirullah apa pa Dirga ngefans denganku?" Pikirnya sekali lagi.
Pertanyaan-pertanyaan aneh pun mulai muncul dalam benak Dea.
"Kok bapa tau jalan rumah saya?" Tanya Dea yang memang sedari tadi sudah sangat ingin sekali bertanya."Aku disini bosnya jadi aku tau." Jawab Dirga.
Itu saja jawabannya? Astaga kenapa Dea bisa punya bos yang sesinis dan sedingin ini. Entahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Life | •T A M A T• |
General FictionAku menatap langit,berkata mengapa ini begitu berat,begitu sakit. Sudah sekitar 15 tahun sejak bermulanya kejadian-kejadian kelam yang membawaku sampai disini,menjadi seorang office girl disebuah kantor yang besar,walaupun aku seorang sarjana. Ah mi...