Ingatlah: IV

29 8 3
                                    

-13 tahun yang lalu.

"Wiraa!" Teriak seseorang dari kejauhan.

Wira pun berbalik dan mencari siapa yang memanggilnya tadi.

"Eh Tio ada apa?" Tanya Wira pada si pemanggil tadi.

"Kau mau kemana? Aku panggil ingin bicara sesuatu." Ucap Tio agak kikuk.

"Aku mau kedepan, Santai saja kau mau bicara apa?" Jawab Wira sambil sedikit tertawa.

"Ah itu, aku mau pinjam catatan orderan mu,sekalian ingin melihat target untuk Minggu ini. Kau sudah capai kan?" Sahut Tio.

"Hm, baiklah nanti aku pinjamkan. Santai saja." Ucap Wira menepuk pundak Tio.

Wira tak sadar tujuan Tio meminjam catatan itu bukan untuk membaca saja tapi ada hal lain yang Tio inginkan, Dia ingin membuat semua uang yang mengalir ke Wira datang padanya. Tio itu iri melihat pencapaian Wira yang setiap Minggunya meningkat. Sedangkan ia? Ia pemalas, tapi iri dengan orang lain seharusnya jika iri diikuti bukan diculasi.

Sudah berminggu-minggu catatan Wira masih ada pada Tio,saat ditanya dimana catatannya Tio beralasan tertinggal lah, masih ku bacalah, dan sampai pada titik dimana semua pegawai harus mengumpulkan catatan nya terpaksa Wira mendatangi langsung Tio ke rumahnya. Namun sayang, Tio sudah tidak ada dirumahnya bahkan ternyata ia diam diam mengundurkan diri.

"Astaga! Kemana Tio ini!?" Batin Wira kesal.

Sesampainya pada pengumpulan data pegawai. Ternyata catatan yang tertuju pada Wira tidak ada yang  beres bahkan aliran dana pencapaiannya bulan ini mengalir bukan ke rekening kantor melainkan rekening pribadi. Wira bersumpah dia tidak sama sekali memakai ataupun mengalihkan aliran dana tersebut.

"Sumpah pa, saya bahkan tidak punya uang sekarang." Ucap Wira bersimpuh.

"Tapi Wir, maaf bukti sepenuhnya menyalahkan kamu." Ucap bapa yang bertanggung jawab atas pengumpulan data itu.

"Bukan saya pak bukan." Ucap Wira sekali lagi.

"Kami sekali lagi akan menyelidiki semua ini Wir ini demi kau, saya percaya. Namun maaf jika memang bukti menuju pada dirimu." Ucap bapa itu.

-

Semua pegawai pulang kerumahnya namun tidak untuk Wira.
Wira masih mencari cari orang yang membawa kabur puluhan juta itu.

"Astaga, aku sudah percaya padanya tapi ia!" Batin Wira.

Wira tak tahu ia harus kemana, orang bilang Tio pindah keluar kota ada yang bilang dia pindah ke kampung sebelah.

Ah entahlah kemana!

Padahal besok perayaan ulang tahun anaknya, anak semata wayangnya! Ia harus bagaimana.

Besoknya.

"Selamat ulang tahun anak ayah." Ucap Wira pada gadis kecil didepannya.

"Makasih ya Yah! Dea senang sekali kita bisa jalan jalan ditaman." Jawab Dea.

Tapi tidak lama dari itu, seorang perwakilan dari kantor Wira datang, memberikan surat pengeluaran diri untuk Wira tanpa pesangon dan bahkan mendapat cicilan utang dari kantornya. Masalah terbesarnya adalah utang itu berjumlah puluhan juta.

Wira masih tak percaya, dia membentak orang yang memberi surat tadi. Bahkan Ratih istrinya bingung apa yang sebenarnya terjadi.

Dari kejauhan gadis kecil itu hanya bisa duduk tak mengerti apa yang sedang terjadi. Wira yang sedang emosi memandangi anaknya hingga hampir menangis. Ya bayangkan saja kamu tidak salah apa apa tapi malah dipecat dan diminta untuk membayar utang sebanyak itu.

Destiny Life | •T  A M A T• |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang